Anda di halaman 1dari 73

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………… 1
BAB II Tinjauan Teori……………………………………………………………….… 3
BAB III Tinjauan Kasus…………………………………………………………….…. 17
BAB IV Pembahasan………………………………………………………….……….. 57
BAB V Penutup………………………………………………………………………… 69
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 71

Page i of 74
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Fungsi limfosit pada manusia adalah sebagai salah satu pemebentuk system
imun dalam tubuh. Sedangkan sistem imun pada manusia adalah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Darah, cairan transportasi
tubuh yang utama, melakukan fungsi vital dengan mempertahankan homeostasis
(keseimbangan fisiologis dan alami lingkungan internal tubuh). Melalui saluran
limfatik sistem imun juga melakukan fungsi transportasi.
Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran mengenai penyakit
yang muncul dalam masyarakat. Semula penyakit yang dialami oleh manusia ialah
berupa penyakit infeksi baik di saluran gastrointestinal atau di saluran napas, penyakit
jantung, gagal ginjal dan lain sebagianya. Sedangkan sekarang penyakit yang
menyerang manusia adalah berupa penyakit yang menyerang system imunitas manusia
diantaranya SLE (Sistemics Lupus Eritemathosus), Limfoma Non-Hodgkin dan
Limfoma Hodgkin.
Penyakit limfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam
kasus interna/kasus penyakit dalam. Pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal
sistem limfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah
bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya. Oleh karena itu penelitian
terus dilakukan untuk mengembangkan kasus ini. (Lynn Cecily, 2009)
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permasalahan
tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual. Secara fisik dapat menimbulkan terganggunya pola
nafas karena ada penekanan dari benjolan yang muncul didaerah leher sihingga
mengganggu system pernapasan atau kesulitan dalam menelan makanan sehingga
mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat
menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun bahkan
bisa mengakibatkan perilaku menarik diri. Secara sosial bisa mengakibatkan kerusakan
interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan secara
spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin
sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.

Page 1 of 74
Melihat hal dan permasalahan di atas penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak
penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita.
Pada kasus yang dialami oleh Ny. “T” didapatkan adanya benjolan yang ada di
pelipis kanan serta di dekat leher sebelah kanan. Kondisi klien pada saat dioperasi telah
mengalami post-operasi benjolan di pelipis kanannya, padahal biasanya untuk kasus
limfoma non-hodgkin ini munculnya benjolan di daerah sekitar leher, namun pada
kasus ini adanya benjolan juga di pelipis. Untuk itu kami mengangkat kasus ini sebagai
kasus untuk diseminarkan karena melihat tanda dan gejala dari klien yang unik dan
sedikit berbeda dengan teori yang biasa diketahui dalam dunia kesehatan mengenai
NHL tersebut.

b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan praktek dan penyusunan asuhan keperawatan diharapkan bisa
membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Lymfoma Non Hodgkin.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian terhadap klien dengan NHL


b. Melakukan analisa data
c. Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
d. Merencanakan tindakan keperawatan
e. Melakukan tindakan keperawatan
f. Melakukan evaluasi
g. Mendokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis

Page 2 of 74
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Limfoma Non-Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang
besifat padat. Biasanya ditemukan pada klien dengan keadaan defisiensi imun dan yang
mendapat obat-obat imunosupresif, seperti pada klien dengan transplantasi ginjal dan
jantung (Santoso dam Krisifu, 2004).
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar keseluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lain
menyebar dengan cepat (Anies, 2006). Selain itu,
Limfoma Non-Hodgkin adalah kanker jaringan limfe yang disebabkan oleh
keganasan limfosit-B dan sistem sel limfosit-T, menyebar luas melalui organ limfoid,
termasuk kelenjar limfe, hati, limpa dan sumsum tulang serta dapat ditemukan pada
sinus-sinus (Elizabeth, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologik persisten yang
menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan
virus Epstein Barr terutama pada limfoma Burkitt. LNH kemungkinan ada kaitannya
dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga
menderita LNH maka risiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar
dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu.

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Ronald A. Sacher (2004), proliferasi abnormal tumor dapat memberikan
kerusakan, penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang dengan gejala yang
bervariasi luas. Sering ada panas yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan
berat badan. Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara kromosom
Page 3 of 74
8 dan 14 atau translokasi yang lainnya. Berdasarkan sistem tingkatan menurut Ann Arbor
(Ann Arbor Staging Sysem) tahap dari LNH adalah sebagai berikut :
Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi ekstranodal
tunggal.
Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama
dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi ekstranodal dan dua atau
lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari diafragma.
Tahap III : melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma. Bisa
melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata keduanya. Disni melibatkan
abdomen atas dan abodmen bawah.
Tahap IV : difus atau diseminasi satu atau lebih organ ekstralimfatik atau jaringan
dengan atau tanpa ada hubungannya dengan kelenjar getah bening.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang sering muncul menurut Cecily Lynn (2009)
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Keterlibatan intraabdominal:
a. Kemungkinan gejala yang menyerupai apendisitis (nyeri, myeri tekan di kuadran
kanan bawah)
b. Intususepsi
c. Massa ovarium, pelvis, retroperitoneal
d. Asites
e. Muntah
f. Diare
g. Penurunan berat badan
2. Keterlibatan mediastinum:
a. Efusi pleura
b. Kompresi trakea
c. Sindrom vena kava superior
d. Batuk, mengi, dispnea, gawat pernapasan
e. Edema ekstremitas atas
f. Perubahan status mental
3. Keterlibatan primer nasal, paranasal, oral dan faringeal

Page 4 of 74
a. Kongesti nasal
b. Rinorea
c. Epistaksis
d. Sakit kepala
e. Proptosis
f. Iritabilitas
g. Penurunan berat badan

Menurut Santoso dan Krisifu (2004), gejala utama NHL adalah pembesaran
kelenjar yang paling sering dan mudah dideteksi adalah pembesaran kelenjar di daerah
leher. Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis jelek) dan pada penyakit yang sudah dalam
stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu: panas yang tidak jelas
sebabnya, berkeringat malam dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan.
Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri kalau penderita minum alkohol. Hampir semua
sistem dapat diserang penyakit ini, seperti traktus gastrointestinal, traktus respiratorius,
sistem saraf, sistem darah, dan lain-lain.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Cecily Lynn (2009), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada non-
hodgkin limfoma meliputi:
1. Biopsi sumsum tulang untuk mengidentifikasikan sel-sel ganas dengan keterlibatan
sumsum tulang
2. Pungsi lumbal untuk menetapkan adanya sel ganas dalam sistem saraf pusat (SSP)
3. Hitung darah lengkap diagnostic untuk disfungsi sumsum tulang, dapat
memperlihatkan peningkatan kadar hemoglobin, hematrokit, dan hitung trombosit.
4. Uji fungsi hati dan ginjal untuk nilai uji fungsi hati dapat meningkat jika hepar
terkena, nilai uji fungsi ginjal dapat meningkat jika ginjal terkena.
5. Kadar dehidrogenase laktat meningkat akibat lisis tumor
6. Kadar asam urat serum meningkat akibat beban sel tumor
7. Virus Epstein Barr hasil positif telah dikaitkan dengan NHL
8. Pemindaian tulang
9. Radiografi dada
10. CT dan MRI

Page 5 of 74
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Elizabeth (2009), penatalaksanaan pada limfoma non-Hodgkin yaitu:
1. Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut. Penyakit yang difus
biasanya memerlukan terapi yang lebih agresif.
2. Kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP (siklofosmid, doksorubisin,
vonkristin, dan prednisone) ditambah terapi radioterapi adjunvant te;ah digunakan.
Untuk klien berusia kurang dari 61 tahun yang menderita limfoma sel B luas yang
terlokalisasi, regimen intensif dengan kombinasi obat lainnya. ACVBP
(doksorubisin, siklofosmid, vindesin, bleomisin, prednisone), tampak kuat dari
CHOP.
3. Kemoterapi konservasif mungkin digunakan untuk pertumbuhan limfoma yang
lambat dan untuk terapi paliatif.
4. Radioterapi juga digunakan dan pembedahan untuk mengangkat tumor yang
berukuran besar.
5. Transplantasi sumsum tulang mungkin dilakukan.
Sedangkan menurut Santoso dan Krisifu (2004), penatalaksanaan Hodgkin
menurut klasifikasi keganasan yaitu:
1. Derajat Keganasan Rendah (DRK)/indolen
a. Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)
b. Radioterapi : LNH sangat radiosensitive. Radioterapi ini dapat dilakukan untuk
local dan paliatif. Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy
saja.
2. Derajat Keganasan Menengah (DKM)/agresif limfoma
a. Stadium I: kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU) + radioterapi. CHOP
(Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, Prednisone)
b. Stadium II-IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk tujun
paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
a. Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

Page 6 of 74
b. Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada:
1). Setelah siklus kemoterapi ke-empat
2). Setelah siklus pengobatan lengkap

G. KOMPLIKASI
Menurut Cecily Lynn (2009), komplikasi utama dari non-hodgkin limfoma adalah
sindrom lisis tumor (sebagai akibat pengobatan)
1. Hiperurisemia
2. Hiperkalemia
3. Hiperfosfatemia
4. Hipokalsemia

H. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
 Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
 Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
 Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
 Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang me-
nunjukkan kelelahan.
2. Sirkulasi
 Palpitasi, angina (nyeri dada).
 Takikardia, disritmia.
 Sianosis wajah dan leher.
 Ikterus sklera dan ikterik umum.
 Pucat (anemia), diaforesis (keringat malam).
3. Pernafasan
 Dispnea saat kerja atau istirahat: nyeri dada.
 Takikardia.
 Batuk kering non produktif.
 Tanda distress pernafasan seperti peningkatan frekuensi
pernafasan dan kedala-man, penggunaan otot bantu, stridor dan sianosis.

Page 7 of 74
4. Neuro Sensori
 Nyeri saraf (neuralgia).
 Kelemahan otot, parestesia.
 Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum
terhadap sekitar.
 Paraplegia.
5. Integritas Ego
 Faktor stress.
 Takut/ansietas.
 Masalah finansial.
 Status hubungan.
 Perilaku, seperti: marah, menarik diri dan pasif.
6. Eliminasi
 Perubahan karakteristik urine dan faeces.
 Obstruksi usus.
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran
pada palpasi (hepatomegali).
 Anuria, urine gelap/pekat.
 Disfungsi usus dan kandung kemih.
7. Makanan dan Cairan
 Anoreksia.
 Disfagia.
 Penurunan BB.
 Pembengkakkan wajah, leher, rahang atau tangan
kanan.
 Edema ekstremitas bawah.
 Asites.
8. Nyeri/Kenyamanan.
 Nyeri tekan pada nodus limfa yang terkena.
 Nyeri punggung dan tulang.
 Nyeri pada area yang terkena setelah minum alkohol.
9. Keamanan
Page 8 of 74
 Resiko infeksi.
10. Seksualitas.
 Fertilitas dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
 Penurunan libido.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
 Faktor resiko keluarga.
 Pekerjaan.
 Perawatan dan pengobatan, pemulangan

Page 9 of 74
I. PATHWAY (Crowlin, 2009)

Page 10 of 74
Page 11 of 74
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi.
2. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolik, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,
pengobatan dan perawatan.

J. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan INTERVESI


Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
1. Hipertermi berhubungan NOC : Treatment demam
dengan tak efektifnya Thermoregulasi 1. Monitor suhu
termoregulasi sekunder  Suhu tubuh dalam sesering
rentang normal mungkin
 Nadi dan RR dalam 2. Monitor warna
rentang normal dan duhu kulit
 Tidak ada perubahan 3. Monitor intake
warna kulit dan tidak ada dan output
pusing cairan
4. Kompres klien
pada lipatan
paha dan
aksila
5. Berikan
Page 12 of 74
pengobatan
untuk
mencegah
menggigil
Regulasi suhu
6. Monitor TD,
nada, RR
7. Monitor tanda-
tanda
hipertermi
8. Ajarkan
indikasi dari
hipertermi dan
penanganan
yang
diperlukan
Monitor vital sign
9. Monitor TD,
nadi, RR
sebelum dan
sesudah
aktivitas
10. Monitor suhu,
warna dan
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis perifer
2. Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan interupsi sel saraf Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Kontrol nyeri 1. Lakukan
Tingkat kenyamanan pengkajian
nyeri secara
Kriteria hasil : komprehensif
Page 13 of 74
 Mampu mengontrol nyeri termasuk
(tahu penyebab nyeri, lokasi,
mampu menggunakan karakteristik,
teknik farmakologi untuk durasi,
mengurangi nyeri, frekuensi,
mencari bantuan) kualitas dan
 Melaporkan bahwa nyeri factor
bekrurang dengan presipitasi
menggunakan 2. Evaluasi
manajememn nyeri pengalaman
 Mampu mengenali nyeri nyeri masa
(skala, intensitas, lampau
frekuensi dan tanda 3. Bantu klien
nyeri) dan keluarga
 Menyatakan rasa nyaman untuk
setelah nyeri berkurang menemukan
dukungan
4. Control
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
5. Ajarkan
tentang teknik
no-
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri
6. Berikan

Page 14 of 74
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
7. Monitor
penerimaan
klien tentang
manajemen
nyeri
8. Tingkatkan
istirahat klien
9. Kolaborasi
dengan dokter
saat ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Status nutrisi Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh Status nutrisi : intak manakan 1. Kolaborasi
berhubungan dengan dan minuman dengan ahli
intake yang kurang, Control berat badan gizi untuk
meningkatnya kebutuhan menentukan
metabolic, dan Kriteria hasil : jumlah kalori
menurunnya absorbsi zat  Adanya peningkatan dan nutrisi
gizi berat badan sesuai yang
dengan tujuan dibutuhkan
 Berat badan ideal sesuai klien
dengan tinggi badan 2. Monitor
 Mampu mengidentifikasi jumlah nutrisi
kebutuhan nutrisi dan kandungan
 Tidak ada tanda-tanda kalori yang
malnutrisi klien konsumsi
 Menunjukkan 3. Berikan
Page 15 of 74
peningkatan fungsi informasi
pengecapan dari menelan tentang
 Tidak terjadi penurunan kebutuhan
berat badan yang berarti nutrisi
Monitor nutrisi
4. Berat badan
klien dalam
batas normal
5. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
6. Monitor
aktivitas klien
7. Monitor mual
dan muntah
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor kalori
dan intake
nutrisi
4. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan Konservasi energy 1. Kaji adanya
kelemahan, pertukaran Intoleransi aktivitas sesak nafas
oksigen, malnutrisi, dan nyeri
kelelahan Kriteria hasil : setelah
 Tidak ada keluhan saat aktivitas
melakukan aktivitas 2. Tingkatkan
 Tidak ada sianosis dan level aktivitas
akral dingin saat klien sesuai
mobilitas kondisi
 Tidak ada perubahan 3. Ciptakan
tanda-tanda vital saat lingkungan
mobilitas yang tenang da
Page 16 of 74
 Mampu aktivitas secara aman selama
bertahap aktivitas
4. Edukasi
tentang level
aktivitas yang
boleh
dilakukan
klien
5. Monitor
adanya
kecemasan
6. Monitor intake
nutrisi sebagai
sumber energy
7. Kaji
pengetahuan
keluarga
tentang
kelelahan
5. Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan kurang Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan
pengetahuan tentang Tingkat kecemasan 1. Gunakan
penyakit, prognosis, Koping pendekatan
pengobatan dan yang
perawatan Kriteria hasil : menenangkan
 Klien mampu 2. Nyatakan
mengidentifikasi dan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan
cemas terhadap
 Mengidentifikasi, perilaku klien
mengungkapkan dan 3. Jelaskan
menunjukkan tehnik semua
untuk mengontrol cemas prosedur dan
 Vital sign dalam batas apa yang
Page 17 of 74
normal dirasakan
 Postur tubuh, ekspresi selam prosedur
wajah, dan tingkat 4. Temani klien
aktivitas menunjukkan untuk
berkurangnya kecemasan memberikan
keamanan dan
mengurangi
ketakutan
5. Dorong
keluarga untuk
selalu
menemani
klien
6. Bantu klien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
7. Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
anti-depresan

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
Page 18 of 74
I. PENGKAJIAN
Identitas Klien/Pasien
a. Tanggal pengkajian : 21 April 2014 Jam : 08.00 WIB
b. Tanggal masuk : 16 April 2014 Jam : 16.30 WIB
c. Ruangan : Melati I/2H
d. Identitas
 Nama : Ny. T
 No. Rekam medik : 01-25-05-41
 Umur : 84 Tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Petani
 Suku : Jawa
 Bahasa : Jawa
 Alamat : Madiun
 Pembiayaan kesehatan: BPJS

1. Identitas Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. S
b. Umur : 33 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Suku : Jawa
f. Bahasa : Jawa
g. Alamat : Madiun, Jawa Timur
h. No. telepon : ----

2. Keluhan utama :
Klien mengeluh Nyeri
P : Luka post operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
Page 19 of 74
R : Nyeri kepala bagian kanan menjalar ke leher hingga dada kanan
S : skala nyeri 6 dari 10
T : terus menerus

3. Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengatakan 3 minggu yang lalu, klien menyadari ada benjolan di pelilpis kanan dekat mata.
Klien hanya mengira benjolan dari bekas gigitan semut. Akan tetapi 2 minggu benjolan tidak
kempes dan bahkan semakin membesar. Akhirnya klien memeriksakan ke RSUD Madiun. Di
RSUD Madiun klien menjalani operasi dan hanya menginap sehari semalam. Setelah 5 hari klien
merasakan nyeri dan panas, dan terlihat bengkak di dekat luka operasi. Klien membawanya kembali
ke RSUD Madiun, dari pihak rumah sakit klien dirujuk ke RSUD Dr. Moewadi pada tanggal 16
April 2014. Klien dirawat di ruang Melati I. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 April 2014,
keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis dengan TD : 10/80 mmHg, Nadi : 84 x/ menit,
RR : 20 x/menit, terlihat luka bekas operasi di pelipis kanan, klien mendapat terapi cairan infus
RL : 20tpm di tangan kiri klien.

4. Riwayat penyakit dahulu :


Klien sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit, klien mengatakan tidak pernah mempunyai
riwayat penyakit seperti hipertensi atau darah tinggi, kencing manis, atau penyakit lainnya. Klien
tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

5. Riwayat penyakit dalam keluarga :


Klien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang memiliki atau menderita penyakit yang sama
dengan klien. Menurut klien dan keluarga mereka tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti jantung, hipertensi, DM atau penyait menular lainnya seperti TBC, hepatitis yang
menyebabkan masuk rumah sakit untuk dilakukan perawatan yang lebih intensif. Penyakit yang
pernah diderita hanya batuk, pilek, panas dan hanya berobat ke dokter atau membeli obat kemudian
klien dan keluarga sembuh.

Genogram

Page 20 of 74
Keterangan gambar :
: Laki-laki
: Klien : Tinggal dalam satu rumah
: Perempuan / : Meninggal

6. Pemeriksaan Fisik (Head to toe) :


a) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis E4M6V5
Antropometri : TB : 149 cm BB : 44 kg
Tanda-tanda vital :
No Tanggal Tekanan Nadi Respiration Suhu
Darah Rate
1. Pengkajian
21 april 2014
Pagi : 11.30 WIB 110/90 84 x/menit 20 x/menit 36,3 °C
mmHg

Siang : 16.00 WIB 110/80 78 x/menit 20 x/menit 36,5 °C


mmHg
2. Hari ke-2
22 April 2014
Pagi : 10.30 WIB 120/80 88 x/menit 20 x/menit 36,6 °C
Page 21 of 74
mmHg

Malam : 04.45 WIB 110/80 80 x/menit 20 x/menit 36,4 °C


mmHg

3. Hari ke-3
23 April 2014
Pagi : 11.30 WIB 110/70 80 x/menit 20 x/menit 36,4 °C
mmHg
4. Hari ke-4
24 April 2014
Pagi : 10.30 WIB 110/70 80 x/menit 20 x/menit 36,2 °C
mmHg

Siang : 16.00 WIB 120/80 88 x/menit 20 x/menit 36,4 °C


mmHg
5. Hari ke-5
25 April 2014
Pagi : 10.30 WIB 110/80 80 x/menit 20 x/menit 36,5 °C
mmHg

Siang : 14.30 WIB 110/80 80 x/menit 20 x/menit 36,6 °C


mmHg

Malam : 05.00 WIB 110/70 80 x/menit 20 x/menit 36,2 °C


mmHg
6. Hari ke-6
26 April 2014
Pagi : 12.00 WIB 110/80 84 x/menit 20 x/menit 36,4 °C
mmHg

Grafik Vital Sign

Page 22 of 74
b) Kepala
Inspeksi Bentuk kepala mesochepal, rambut panjang, bersih, putih beruban.
Penyebaran merata dan tidak terdapat lesi
Palpasi Tidak terdapat massa atau benjolan, ada nyeri tekan di luka post operasi
dengan skala 6 dari 10

c) Mata
Inspeksi Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera non-ikterik, reaksi
Page 23 of 74
pupil terhadap cahaya positive atau isokor, mata kanan dan kiri isokor,
diameter pupil 3 mm, kelopak mata tampak bengkak dan kemerahan,
penglihatan kabur, penyebaran bulu mata merata
Palpasi Terdapat nyeri tekan pada daerah kelopak mata kanan

d) Hidung
Inspeksi Simetris antara lubang kanan dan kiri, tidak nampak adanya lesi, jejas,
secret, warna kulit coklat merata, dapat membedakan bau, tidak
menggunakan alat bantu pernapasan
Palpasi Tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan

e) Mulut
Inspeksi Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak terdapat stomatitis, tidak ada
radang, gusi tidak berdarah, tidak ada pembengkakan tonsil
Palpasi Tidak nampak adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

f) Telinga
Inspeksi Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak ada lesi,
pendengaran baik
Palpasi Daun telinga elastis, tidak ada massa dan nyeri

g) Leher
Inspeksi Terlihat adanya pembesaran kelenjar limpa, tidak ada lesi, jaringan parut,
proses menelan baik, tidak ada peningkatan vena jugularis, denyut nadi
karotis teraba
Palpasi Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

h) Paru-paru
Inspeksi Pengembangan dada kanan dan kiri sama dan simetris, penggunaan otot
pernapasan intercostae, bentuk dada simetris
Palpasi Taktil fremitus antara kanan dan kiri sama, tidak ada fraktur intercostal
dan flail chest
Perkusi Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, tidak ada suara ronchi ,maupun wheezing pada
paru kanan dan kiri

Page 24 of 74
i) Jantung
Inspeksi Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba pada IC V mid clavikula sinistra
Perkusi Pekak
Auskultasi Bunyi lup dup dan tidak ada bunyi tambahan seperti galoop atau mur-
mur

j) Abdomen
Inspeksi Datar, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang merata
Auskultasi Bising usus 5x/menit
Perkusi Timpani
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, terdapat distensi abdomen

k) Genetalia
Jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan, tidak terpasang DC, tidak Nampak
adanya hemoroid dan keputihan.

l) Ekstremitas
No. Ektremitas Kanan Kiri
1. Pergerakan/movement Atas Aktif Aktif
Bawah Aktif Aktif
2. Akral Atas Dingin Dingin
Bawah Dingin Dingin
3. Oedem Atas Tidak ada Tidak ada
Bawah Tidak ada Tidak ada
4. Nyeri Atas Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Bawah Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
5. Kekuatan otot Atas 5 5
Bawah 5 5
6. Terpasang infus Atas Infuse RL 20 Tidak terpasang
tpm infuse
Bawah Tidak terpasang Tidak terpasang
Infuse infuse
7. Capillary refill Atas Kurang dari 3 Kurang dari 3
detik detik
Page 25 of 74
Bawah Kurang dari 3 Kurang dari 3
detik detik

7. Pengkajian Fungsional
A. Oksigenasi
a. Sebelum sakit :
Klien tidak merasa sesak napas, klien bernapas tanpa menggunakan alat bantu apapun.
b. Selama sakit :
Klien bernapas tanpa alat bantu, RR : 20 x/menit, tidak sesak napas, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak nampak adanya sianosis.

B. Nutrisi dan Cairan


a. Sebelum sakit :
Klien makan sehari 3 kali, 1 porsi, komposisi makanan adalah nasi, sayur. Tidak
ada pantangan terhadap jenis makanan dan alergi makanan. Minum 6-7 gelas
dalam sehari berupa air putih dan terkadang teh.
BB tubuh : 44 kg
b. Selama sakit :
Klien makan sehari 3 kali, 1 porsi dengan komposisi makanan lunak/bubur, lauk,
dan sayur. Tidak ada keluhan muntah, mual, klien minum 5-6 gelas/hari berupa
air putih dan teh.
BB tubuh : 42 kg

C. Eliminasi
a. Sebelum sakit :
Klien BAB 1x/hari, tidak ada hambatan dalam mengeluarkan feses, feses
lunak. BAK 3-4 x/hari, jumlah tidak terobservasi, tidak ada hambatan proses
BAK.
b. Selama sakit :
Klien belum BAB sejak masuk rumah sakit, BAK 4-5 x/hari, warna kuning
jernih dan tidak ada hambatan pada proses BAK.

D. Termoregulasi
a. Sebelum sakit :
Page 26 of 74
Klien tidak mengalami demam
b. Selama sakit :
Suhu klien dalam rentang normal, 36,3 C. Teraba akral dingin
E. Aktifitas Latihan/Mobilisasi
a. Sebelum sakit :
Tidak terdapat gangguan sistem pergerakan tubuh, klien aktif dan dapat
beraktifitas secara mandiri.
b. Selama sakit :
Klien lebih banyak melakukan aktivitasnya di atas bed rumah sakit dan
sesekali turun dari bed untuk buang air kecil , tidak ada gangguan dan masalah
pada sistem pergerakan, tidak ada parase, paralise dan oedem.

F. Seksualitas
a. Sebelum sakit :
Klien sudah menikah dengan suaminya sekarang selama 68 tahun dan telah
dikaruniai 4 orang anak. Klien tinggal satu rumah dengan suaminya.
b. Selama sakit :
Klien dan suaminya sekarang telah menikah selama 68 tahun dan telah
dikaruniai 4 orang anak. Selama sakit suami klien tidak menemani dirinya.

G. Psikososial (Stress, Koping, dan Konsep Diri)


- Stress :
Klien mengeluh cemas dengan penyakitnya. Klien takut kondisinya semakin parah.
- Koping :
Klien memasrahkan sakitnya dan selalu berdoa pada Tuhan YME. Klien juga
banyak cerita keluhan kepada keluarganya.
- Harga diri :
Klien mengatakan tetap percaya diri dan tidak terganggu dengan perubahan yang
dialami.
- Peran diri :
Klien menyadari perannya sebagai seorang ibu dan nenek.
- Citra diri :
Klien mengatakan tidak terganggu adanya luka bekas operasi.

Page 27 of 74
- Ideal diri :
Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat beraktivitas seperti semula.

H. Rasa Aman dan Nyaman


Klien mengeluh nyeri
P : Luka post operasi
Q : nyeri seperti tertusuk jarum
R : nyeri kepala bagian kanan menjalar ke leher hingga dada
S : skala nyeri 6 dari 10
T : terus menerus merasakan nyeri

I. Spiritual
a. Sebelum sakit :
Klien mengatakan beragama Islam, rajin menjalankan ibadah.
b. Selama sakit :
Di rumah sakit klien rajin menjalankan ibadah sholat di kamarnya dan berdoa
mengharapkan kesembuhannya. Klein mengatakan menerima sakitnya sebagai
cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan akan berusaha untuk sembuh.

J. Higiene
a. Sebelum sakit :
Klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1 kali dalam seminggu
atau bila klien merasa rambutnya kotor, mengganti baju 1 kali dalam sehari,
potong kuku bila kuku panjang.
b. Selama sakit :
Klien mandi atau sibin 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, belum pernah
keramas dan memotong kuku selama di rumah sakit.

K. Istirahat Tidur
a. Sebelum sakit :
Klien sehari semalam tidur selama 6-8 jam. Malam : dari jam 21.00 dan bangun
jam 04.00. Klien tidak terbiasa tidur siang.

Page 28 of 74
b. Selama sakit :
Klien tidur sehari semalam 6-8 jam. Malam : mulai pukul 23.00 sampai 04.00.
siang hari tidur 1-2 jam dari pukul 13.00 sampai 15.00.

L. Aktualisasi Diri
a. Sebelum sakit :
Di usia 84 tahun klien termasuk orang yang aktif dan sering bergaul dengan
orang-orang disekitarnya.
b. Selama sakit :
Klien jarang berinteraksi dengan orang disekitarnya sebab klien lama dirawat di
rumah sakit.

M.Rekreasi
a. Sebelum sakit :
Di waktu luang, klien sering menghabiskan waktunya untuk menonton televisi
bersama keluarga. Klien juga senang sekali berkebun.
b. Selama sakit :
Klien lebih suka dan banyak beraktivitas di tempat tidur ditemani oleh
keluarganya. Selama sakit klien ditemani keluarganya yaitu anak dan menantunya,
sehingga klien merasa senang dan tetap mendapat perhatian dari keluarga.

N. Kebutuhan Belajar
Klien menanyakan tentang penyebab penyakitnya dan apakah bisa sembuh atau tidak.
Klien juga menanyakan tujuan setiap prosedur atau tindakan yang diberikan.

Page 29 of 74
Pemeriksaan Penunjang

Kesan
Jenis
Hasil Nilai Normal (meningkat/menurun Interpretasi
Pemeriksaan
/dll)

Darah Rutin 19/04/2014

Hemoglobin 13,4 g/dl 13.7-17.5 g/dl Menurun Anemia

Hematrokit 37% 33-45% Normal -

Leukosit 7.7 ribu/ul 4.5-11.0 ribu/ul Normal -

Trombosit 309 ribu/ul 150-450 ribu/ul Normal -

Eritrosit 4.48 juta/ul 4.5-5.9 juta/ul Normal Anemia

MCV 81.8/fL 80-100 fL Normal -

MCH 30.0 pg/sel 28-34 pg/sel Normal -

MCHC 36.6 d/dl 32-36 g/dl Meningkat Indikasi sferositosis

Page 30 of 74
RDW 13.8 % 11.6-14.6 % Normal -

HDW 2.9 g/dl 2.2-3.2 g/dl Normal -

MPV 7.0 fl 7.2 11.1 fl Menurun Anemia

PDW 38 % 25-65 % Normal -

Eosinofil 2.30 % 0.00-4.00 % Normal -

Basofil 0.30 % 0.00-2.00% Normal -

Netrofil 71.70 % 55.00-80.00 % Normal -

Limfosit 18.80 % 22.00-44.00 % Menurun Limfopeni

Monosit 5.20% 0.00-7.00 % Normal -

Laborat 21/04/2014
Hemotastis

PT 10.0-15.0 detik
13.1 detik Normal -
APTT 10.0-40.0 detik
27.2 detik Normal -
INR
-
1.010

Kimia Klinik
21/04/2014
Natrium darah
132 mmol/L 132-146 mmol/L
Normal -
Kalium darah
3.7 mmol/L 3.7-5.4 mmol/L
Normal -
Calcium ion
0.95 mmol/L 1.17-1.29 mmol/L
Menurun Hipokalsemia

Haematologi
23/04/2014
Hemoglobin
11.2 g/dl 10.9-15.5 g/dl
Normal -
Hematokrit
33-45 %

Page 31 of 74
35 % 4.5-11.0 ribu/ul Normal -
Leukosit
6.0 ribu/ul 150-450 ribu/ul Normal -
Trombosit
249 ribu/ul 4.10-5.10 juta/ul Normal -
Eritrosit
4.03 juta/ul Menurun Anemia

Kimia Klinik
23/04/2014 0.6-1.4 mg/dl
Creatinin
0.4 mg/dl < 50 mg/dl Menurun -
Ureum
28 mg/dl Normal -
Elektrolit
23/04/2014 132-146 mmol/L
Natrium darah
132 mmol/L 3.7-5.4 mmol/L Normal -
Kalium darah
3.7 mmol/L 1.17-1.29 mmol/L Normal
Calsium ion
0.95 mmol/L Menurun Hipokalsemia
Kimia Klinik
24/04/2014 6.2-8.1 g/dl
Protein total
6.5 g/dl 3.2-4.6 g/dl Normal -
Albumin
3.8 g/dl - Normal -
Globumin
2.7 g/dl

Pemeriksan tanggal 19 April 2014


Survai tulang tanpa kontras
Kesimpulan : Multiple lesi titik di sistema tulang yang tervisualisasi dan osteodestruksi pedide
VLS dan caput humerus kanan dapat merupakan bone. Metastasis-skoliosis troracalum bolis.

Pemeriksaan tanggal 22 April 2014


USG Abdomen
Kesimpulan : Multiple limfadenopaty para aorta
Hepar/ GB Pankreas/Lien/ Kedua ren/ bladder/uterus tak tampak kelainan.

Page 32 of 74
Terapi

Jenis Indikasi dan Cara Efek


Dosis Rute Peran Perawat
Terapi Kerja samping

RL (Ringer 20 tpm Parenteral Indikasi: Overload 1. Memonitor tetesan


Laktat) (kelebihan infuse
Mengembalikan
cairan) 2. Memonitor
keseimbangan
terjadinya emboli
elektroit pada
udara/tromboflebitis,
keadaan dehidrasi
infeksi, inflamasi,
dan syok
maupun hematoma
hipovolemik

Cara kerja:

Larutan ringer
laktat adalah
komposisi elektrolit
dan konsentrasinya
sangat serupa
dengan kandungan
cairan ekstraseluler.
Elektrolit-elektrolit
ini dibutuhkan
untuk
menggantikan

Page 33 of 74
kehilangan cairan
pada dehidrasi dan
syok hipovolemik
termasuk syok
perdarahan

Aminofusin 500ml/hari Parenteral Indikasi : Nutrisi Mual, Evaluasi respon klien


parenteral untuk muntah dan monitor efek
pasien dengan samping penanganan
gangguan fungsi hati
kronik untuk
membantu
mempertahankan
kesadaran.

Cara kerja : BCAA


(valine, leucine,
isoleucine) memiliki
efek
hepatoprotektor dan
meningkatkan
regenerasi sel hati.
LOLA (L-ornithine-
L-aspartate) bekerja
pada siklus urea
untuk
meningkatkan
produksi urea dari
amonia.

Vit B 3x1 tablet Per oral Indikasi: Tinja Memasukkan obat


complex Mencegah dan berwarna dengan prinsip tujuh
mengobati hitam, sakit benar, memantau efek
kekurangan vitamin perut, samping yang
B complex sembelit, ditimbulkan oleh obat

Page 34 of 74
Cara kerja: mual,
Mensuplai muntah,
kebutuhan vitamin B perubahan
complex untuk warna urine
metabolisme protein
dan karbohidrat
dalam tubuh

PCT 500mg Per oral Indikasi: Kerusakan Memasukkan obat


Sebagai hati (dosis dengan prinsip tujuh
3x1
antipiretik/analgesic, besar dan benar, memantau efek
termasuk bagi klien dalam samping yang
yang tidak tahan jangka lama) ditimbulkan oleh obat
asetosal. Sebagai
analgesic misalnya
untuk mengurangi
rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi,
sakit waktu haid dan
sakit pada otot,
menurunkan demam
pada influenza dan
setelah vaksinasi
Cara kerja:
Menghambat
prostaglandin
(mediator nyeri) di
otak tetapi sedikit
aktivitas sebagai
penghambat
prostaglandin perifer

Medikasi / Dibilas dengan NaCl 0,9 % 500cc/30 menit


Kemoterapi 1. Cyclofosfamid 650mg/m2 (715 mg) dilarutkan dalam aquades secukupnya.
2. Doxorubicin 40 mg/m2 (44 mg = 40 mg) dalam D5% = 100 cc infus cepat 1 jam.
Page 35 of 74
Dibilas dengan D5% atau RL 100cc/30 menit
3. Vincristin 14 mg/m2 (1,54 mg = 1,5 mg) dalam D5% 100cc infus cepat 1 jam.
4. Prednison 1x20 tab/hari untuk 5 hari berturut-turut

Page 36 of 74
2. Analisa Data
NO Data Masalah Etiologi
DS : Nyeri akut Interupsi sel saraf
1. - Klien mengatakan
merasa nyeri di bagian
kanan dan menjalar ke
leher hingga dada
kanan.
- P : Luka post operasi
Q : Nyeri seperti
tertusuk jarum
R : Nyeri kepala bagian
kanan menjalar ke
leher hingga dada
S : Skala nyeri 6 dari
10
T : Terus menerus
merasakan nyeri
DO :
- Klien tampak
memegangi daerah
yang terasa nyeri
- Ekspresi wajah klien
terlihat meringis
menahan nyeri
- Skala nyeri 6

2. DS : Resiko infeksi Prosedur infasif


- Klien mengatakan
merasa nyeri dan panas
pada daerah luka post
operasi
DO :
- Tampak luka post
operasi di pelipis kanan
klien
- Klien tampak
mengeluhkan nyeri
- Tampak luka
bentuknya bengkak di
daerah kelopak mata
kanan dekat luka
operasi, kemerahan dan
tampak berair
- Limfosit klien 18.8 %

Page 37 of 74
3. DS : Ansietas Defisit pengetahuan tentang
- Klien mengatakan penyakit dan proses penyakit
khawatir dengan
munculnya tiba-tiba
benjolan di dekat mata/
pelipis bagian kanan.
- Klien mengatakan
khawatir matanya
bengkak dan takut bisa
menyebabkan kebutaan
- Klien menanyakan
apakah penyakitnya
bisa segera
disembuhkan dan
bagaimana prosedur
pengobatannya.
DO :
- Wajah klien tampak
sedikit gelisah
- Klien tampak
menanyakan tentang
penyakit yang
dideritanya.
- PA = LNH Diffuse
Lage Cell

4. DS : Konstipasi Kurangnya asupan serat


- Klien mengatakan
belum BAB sejak awal
masuk rumah sakit
- Klien mengatakan bisa
BAB 1x/hari di rumah
- Klien mengatakan
selama dirawat di
rumah sakit tidak
pernah mengkonsumsi
sayur.
- Klien mengatakan tidak
makan buah-buahan
selama di rawat.
- Klien mengatakan
selama sakit klien
makan bubur, lauk-
pauk dan sayur dan
tidak dihabiskan

DO :
- Perut klien teraba keras
Page 38 of 74
di kuadran kiri bawah.
- Bising usus <5 x/menit

3. Diagnosa Keperawatan
Jam/Tanggal Jam/Tanggal
No. Dx. Keperawatan TTD
ditemukan Teratasi
1. 08.00 WIB Nyeri akut berhubungan dengan 26 April 2014 Andrian
21 April 2014 interupsi sel saraf 07.00 WIB

2. 08.00 wib Resiko infeksi berhubungan dengan 23 April 2014 Risqi


21 April 2014 prosedur invasif 14.00 WIB

3.
08.00 wib Ansietas berhubungan dengan defisit 22 April 2014 Risqi
21 April 2014 pengetahuan tentang penyakit dan 14.00 WIB
prosedur pengobatan

4. 08.00 wib Konstipasi berhubungan dengan 26 April 2014 Putri


21 April 2014 kurangnya asupan serat 14.00 WIB

Page 39 of 74
4. Perencanaan
NO TGL DX KEP INTERVENSI
/JAM TUJUAN TINDAKAN RASIONALSASI TTD
1. 08.00 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui Risqi
WIB berhubung asuhan (PQRST) tingkatan nyeri
21/4/ an dengan keperawatan dan intervensi
2014 interupsi selama 6x24 jam, yang akan
sel saraf masalah nyeri dilakukan
klien dapat teratasi 2. Monitor tanda 2. Mengetahui
dengan kriteria vital dan skala tingkat
hasil : nyeri secara perkembangan
1. Tidak ada teratur kondisi klien.
keluhan 3. Ajarkan teknik 3. Untuk
nyeri relaksasi napas mengurangi
2. Ekspresi dalam sensasi nyeri
wajah pada klien.
rileks
3. TD pada 4. Tingkatkan 4. Istirahat dapat
rentang istirahat membantu
normal proses
100/70 – penyembuhan
120/80 dan
mmHg mempertahanka
4. Skala nyeri n kondisi klien.
klien pada 5. Minimalkan 5. Untuk
rentang 0-3 stimuli yang mencegah nyeri
dari rentang menyebabkan klien semakin
0-10 peningkatan nyeri bertambah.
Page 40 of 74
5. HR dalam 6. Ciptakan 6. Lingkungan
rentang lingkungan yang yang nyaman
normal 60- nyaman untuk membuat klien
100 x/menit klien lebih rileks.
7. Kolaborasi
pemberian
analgesik
2. 08.00 Resiko Setelah dilakukan 1. Dorong masukan 1. Nutrisi yang Risqi
WIB infeksi asuhan nutrisi yang cukup cukup dapat
21/4/ berhubung keperawatan meningkatkan
2014 an dengan selama 3x24 jam kondisi tubuh.
tindakan masalah infeksi 2. Dorong masukan 2. Cairan dapat
invasive klien dapat teratasi cairan yang cukup menjaga
dengan kriteria kondisi tubuh
hasil : 3. Dorong klien untuk dan mencegah
1. Klien bebas istirahat dehidrasi.
dari tanda 3. Istirahat dapat
dan gejala membantu
infeksi mempercepat
2. Jumlah penyembuhan
leukosit penyakit
dalam batas 4. Kolaborasi dengan 4. Antibiotik
normal pemberian mempercepat
(5000- antibiotik sesuai penyembuhan
10.000) resep penyakit
3. Suhu dalam 5. Monitor leukosit 5. Kadar leukosit
rentang klien tinggi
normal mengindikasika
36,5 °C – n adanya
37, 5 °C infeksi
4. HR dalam 6. Monitor tanda dan 6. Untuk
rentang gejala infeksi mengetahui
normal 60- perkembangan
100 x/menit pada luka klien
5. Limfosit dan mencegah
dalam infeksi semakin
rentang bertambah
normal 22- 7. Ajarkan keluarga 7. Agar infeksi
44 % dan klien cara klien tidak
menghindari semakin
infeksi bertambah
parah
3. 08.00 Ansietas Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk Risqi
WIB berhubung asuhan kecemasan mengetahui
21/4/ an dengan keperawatan tingkat
2014 pengetahu selama 2x24 jam, kecemasan
an tentang masalah ansietas klien dan
penyakit klien dapat teratasi menentukan
dan dengan kriteria intervensi yang
prosedur hasil : sesuai.
Page 41 of 74
pengobata 1. Klien 2. Dengarkan dengan 2. Mendengarkan
n mempunyai penuh perhatian dengan penuh
/ kecemasan klien perhatian dapat
mengetahui menumbuhkan
koping hubungan
untuk saling percaya
cemasnya antara klien dan
2. Klien tidak perawat.
mengataka 3. Dorong klien untuk 3. Agar klien
n cemas mengungkapkan merasa lebih
3. Tanda vital perasaan, ketakutan dapat
dalam batas dan persepsi mengekplorasi
normal perasaan yang
dialami.
4. Beri penjelasan 4. Agar klien
tentang prosedur mengetahui
tindakan dan mengenai
penjelasan tentang tindakan yang
penyakit kepada akan dilakukan
klien kepadanya dan
tidak terlalu
kebingungan
terhadap
penyakitnya.
5. Temani klien untuk 5. Menemani
memberikan klien dapat
keamanan dan memberikan
mengurangi keamanan dan
ketakutan mengurangi
kecemasan.
6. Dorong keluarga 6. Dengan adanya
untuk selalu keluarga di sisi
menemani klien klien dapat
menumbuhkan
rasa tenang dan
nyaman pada
diri klien
sehingga
kecemasan
klien dapat
menurun.

4. 08.00 Konstipasi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk Risqi


WIB berhubung asuhan gejala konstipasi menentukan
21/4/ an dengan keperawatan derajat
2014 kurangnya selama 6x24 jam, konstipasi.
asupan masalah konstipasi 2. Monitor bising 2. Untuk
serat klien dapat teratasi usus memantau
dengan kriteria perkembangan
hasil : dan
Page 42 of 74
1. BAB tiap peningkatan
hari 1-3 keadaan klien.
kali 3. Monitor feses dari 3. Mengetahui
2. Feses lunak frekuensi, kondisi dan
3. Bising usus konsistensi dan keadaan
5-30 volume pengeluaran
x/menit feses klien
4. Bebas dari 4. Identifikasi faktor 4. Untuk
ketidaknya penyebab dari menentukan
manan konstipasi intervensi yang
konstipasi sesuai pada
klien
5. Dukung intake 5. Intake cairan
cairan yang adekuat
dapat
mengurangi
konstipasi
dengan
mengencerkan
feses
6. Edukasi klien dan 6. Serat dapat
keluarga untuk memperlancar
memperbanyak BAB
makan serat
7. Kolaborasi 7. Laktasif dapat
pemberian laktasif meningkatkan
bakteri baik
dalam usus
sehingga BAB
klien lebih
lancar.

Page 43 of 74
5. Implementasi
NO DX.KEP TGL /JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
1,2,3,4 21 April 2014 Mengkaji keadaan klien dan S : - Klien mengatakan Risqi
1. keluhan klien merasa nyeri dan
08.00 WIB panas pada kepala
bagian kanan dan
menjalar keleher
hingga dada kanan
- Klien mengatakan
tidak tahu
penyebab
penyakitnya dan
matanya itu
bengkak
- Klien mengatakan
belum BAB selama
dirumah sakit
O : - Skala nyeri 6
- Kelopak mata
kanan klien
bengkak dan berair
- Bising usus
5x/menit

08.15 WIB Menganjurkan klien untuk S : Klien menanyakan Risqi


minum banyak dan makanan apa yang
mengonsumsi makanan banyak mengandung
berserat serat
O : Klien tampak tidak
pernah menghabiskan
sayur dan jarang
makan buah selama di
rumah sakit

08.20 WIB Mengkaji tingkat kecemasan S : Klien mengatakan Risqi


dan perasan klien tidak pernah sakit
seperti ini sebelumnya
dan merasa khawatir
jika mengakibatkan
kebutaan
O : Klien tampak gelisah
Page 44 of 74
dan mengeluh

08.25 WIB Memberikan penjelasan S : Klien mengatakan Risqi


tentang penyakit klien dan mulai mengerti
memberikan saran tentang penyakitnya
O : Klien mulai tampak
tenang dan menerima
kondisinya

08.40 WIB Memberikan paracetamol (500 S : Klien mengatakan Risqi


mg) dan memberikan B akan segera minum
complex 1 tablet (5 mg) obatnya
O : tidak ada alergi
terhadap obat. Tidak
ada efek samping
yang dirasakan klien.

09.20 WIB Melakukan ganti balutan untuk S : Klien mengatakan Risqi


luka post-operasi dan meras nyeri
manganjurkan klien untuk bertambah ketika
napas dalam ditekan
O : Klien terlihat
meringis menahan
sakit

11.30 WIB Mengkaji tanda-tanda vital S : Klien mengatakan Risqi


tidak sesak napas
O : TD = 110/90 mmHg
S = 36,3 °C, RR = 20
x/menit, N = 84
x/menit

13.00 WIB Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan Risqi


istirahat dan memberikan akan segera istirahat
lingkungan yang nyaman dan tidur
untuk klien O : Klien tampak nyaman
jika dilingkungan
sunyi

14.20 WIB Mengkaji keadaan klien dan S : Klien mengatakan Andrian


keluhan klien masih merasa nyeri
pada bagian kepala
sebela kanan
O : Klien terlihat
meringis

14.40 WIB Mengkaji tingkat kecemasan S : Klien mengatakan Andrian


klien kapan saya bisa
sembuh dan pulang ke
rumah
Page 45 of 74
O : Klien tampak gelisah
dan khawatir

16.00 WIB Mengukur tanda-tanda vital S : Klien mengatakan Andrian


klien tidak sesak
O : RR : 20 x/menit, TD
= 110/80 mmHg, Nadi
= 78 x/menit, Suhu =
36,5 °C

16.15 WIB Memberikan paracetamol 500 S : Klien mengatakan Andrian


mg akan segera minum
obatnya
O : klien terlihat sedang
meminum obatnya

16.30 WIB Memonitor asupan nutrisi klien S : Klien mengatakan Andrian


masih merasa mual
saat mau makan
O : Klien makan habis ½
porsi dari rumah sakit

19.00 WIB Edukasi kepada keluarga klien S : Keluarga klien


tentang makanan yang kaya menanyakan buah apa
serat yang boleh
dikonsumsi dan kaya Andrian
akan serat.
O : Klien terlihat
menyanggupi saran
yang diberikan oleh
perawat

20.00 WIB Dorong adanya intake cairan S : Klien mengatakan Andrian


dan infuse minum air putih dan
teh
O : infuse RL 20tpm
Memasok intake
cairan pada tubuh
klien.

2. 22 April 2014 Mengkaji keadaan klien dan S : Klien mengatkan Risqi


08.00 WIB keluhan klien saat ini masih nyeri dan
belum bisa BAB
O : Mata klien masih
tampak bengkak,
kuadran nyeri kiri
bawah perut klien
teraba keras

Page 46 of 74
08.30 WIB Memberikan obat oral B S : Klien mengatakan Risqi
kompleks 1 tablet (5 mg) dan akan segera
cairan parenteral aminoflusion meminum obatnya
O : Tidak ada reaksi
alergi terhadap obat.
Klien tampak lebih
enakan dan tidak
begitu nyeri.
08.35 WIB Mengkaji tingkat kecemasan S : Klien mengatakan Risqi
klien mulai sudah tidak
merasakan khawatir
lagi dan akan segera
konsul kedokter mata
O : Klien sudah tampak
tenang

10.00 WIB Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan Risqi


minum banyak dan memotivasi hari menghabiskan
untuk menghabiskan makan makanannya dan
1porsi akan memperbanyak
minum
O : Klien menyediakan
buah-buahan untuk
camilan

11.00 WIB Mengkaji tanda-tanda vital S : Klien mengatakan Risqi


tidak demam
O : TD = 120/80 mmHg,
N = 88 x.menit, RR
= 20 x/menit, S =
36,6 °C

12.00 WIB Memotivasi klien untuk S : Klien mengatakan di Risqi


banyak istirahat dulu rumah sakit terbiasa
tidur siang
O : Klien tampak akan
istirahat

12.10 WIB Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan Risqi


berganti-ganti posisi akan melakukannya
O : Klien tampak
merubah-rubah
posisinya

14.00 WIB Memonitor keadaan klien S:- Risqi


O : Klien tampak tertidur
nyenyak

21.30 WIB Mengkaji keadaan klien dan S : Klien mengatakan Putri


keluhan klien sudah tidak cemas
Page 47 of 74
dengan penyakitnya
O : Klien tampak lebih
segar, klien meringis
menahan kesakitan

21.45 WIB Memonitor asupan nutrisi klien S : Klien mengatakan Putri


tadi habis ½ porsi
O : Klien mual

23.40 WIB Kolaborasi pemberian obat S : Klien mengatakan Putri


oral b-plex 1 tab mau minum obat
segera
O : Klien tampak
meminum obat

23 April 2014 Memonitor istirahat klien S:- Putri


00.00 WIB O : Klien tampak tertidur
pulas

05.45 WIB Mengukur tanda-tanda vital S : Klien mengatakan Putri


klien saya tadi malam tidur
dari jam 12 malam
O : TD = 110/80 mmHg,
Nadi = 80 x/menit,
RR = 20 x/menit,
Suhu = 36,4 °C

06.00 WIB Edukasi kepada keluarga klien S : Klien mengatakan Putri


tentang makanan yang kaya saya suka makan
serat sayur
O : Klien habis ½ porsi
dari rumah sakit

06.30 WIB Dorong adanya intake cairan S : Klien mengatakan Putri


dan infuse minum air putih habis
1 botol kecil
O : Terpasang cairan
infuse RL 20tpm

23 April 2014 Memonitor keadaan dan S : Klien mengatakan Risqi


08.00 WIB keluhan klien saat ini nyerinya sudah
berkurang dan mulai
jarang terasa
O : Skala nyeri 4, klien
nampak bugar

09.00 WIB Memberikan obat oral B S :Klien mengatakan Risqi


kompleks dan aminoflumicin sudah merasa sehat
O : Tidak ada tanda-tanda
Page 48 of 74
alegi obat

10.00 WIB Mengganti balutan luka post- S : Klien mengatakan Risqi


operasi matanya sudah tidak
terlalu bengkak
O : Bengkak dimata klien
berkurang, tidak
terlihat kemerahan

10.15 WIB Mengkaji kemampuan BAB S : Klien mengatakan Risqi


klien belum merasa ingin
BAB
O : Perut kiri bawah
klien masih terasa
keras

11.30 WIB Mengkaji tanda-tanda vital S : Klien mengatakan Risqi


temen sudah sehat
O : TD = 110/70 mmHg,
Nadi = 80 x/menit,
RR +20 x/menit, Suhu
36,4°C

13.30 WIB Memotivasi klien untuk S : Klien mengatakan Risqi


menambah asupan makanan tidak ada pantangan
makan
O : Klien tampak
kooperatif

4. 24 April 2014

08.00 WIB Memonitor keadaan dan S : Klien mengatakan Putri


keluhan klien saat ini merasa sedikit nyeri
dan pusing.
Klien mengatakan
masih belum ingin
BAB
O : bising usus klien <5
kali/menit, skala
nyeri 4

10.30 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Putri


klien sedikit pusing
O: TD: 110/70mmHg
Nadi: 80x/menir
RR: 20x/menit
Suhu: 36,2oC

13.30 WIB Memantau tingkat S: Klien mengatakan Putri


Page 49 of 74
kenyamanan klien sudah merasa nyaman
O: Klien tampak nyaman
dan tidak terganggu

14.30 WIB Menentukan masukan serat S: Klien mengatakan Putri


yang dikonsumsi klien menyediakan buah-
buahan untuk asupan
seratnya
O: Klien terlihat mau
mengikuti saran

16.00 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Putri


klien tekanan darahnya
tidak pernah tinggi
O: TD: 120/80mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,4oC

16.30 WIB Memotivasi klien untuk S: Klien mengatakan Putri


melakukan aktivitas sering menghabiskan
waktu hanya untuk
berbaring di tempat
tidur
O: Klien terlihat
mengubah-ubah
posisinya di atas
tempat tidur

19.30 WIB Memonitor adanya rangsangan S : Klien mengatakan Putri


untuk BAB, mengecek adanya belum ada keinginan
keinginan BAB dan untuk BAB
mempalpasi perut klien O : Klien tampak tidak
ada ekspresi ingin
BAB

20.00 WIB Memotifasi klien untuk S: Klien mengatakan


melakukan relaksasi rileks setelah napas Putri
dalam
O: Klien terlihat
melakukan napas
dalam sebanyak lima
kali

5. 25 April 2014

08.00 WIB Memonitor keadaan dan S: Klien mengatakan Putri


keluhan klien saat ini mulai merasa ingin
BAB
Page 50 of 74
O: Perut klien masih
teraba keras, klien
merasa kurang
nyaman

10.00 WIB Mengkaji nyeri klien S: Klien mengatakan Putri


nyerinya sudah tidak
mengganggu
O: Skala nyeri 3

10.30 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Putri


klien tidak pernah ada
keluhan dengan
tekanan darah
O: TD: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,5oC

13.30 WIB Menentukan masukan serat S: Klien mengatakan hari Putri


yang dikonsumsi klien ini mengonsumsi
buah semangka
O: Klien tampak
mengikuti saran

14.30 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Andrian


klien tidak ada keluhan
O: TD: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,6oC

16.00 WIB Memotivasi klien untuk S: Klien mengatakan Andrian


melakukan aktivitas sudah
memperbanyak
aktivitas dan
berganti-ganti posisi
O: Klien tampak
mengikuti saran

19.30 WIB Memonitor adanya rangsangan S: Klien mengatakan Andrian


untuk BAB sudah BAB tadi 1x
dengan feses yang
lunak
O: Klien terlihat lebih
nyaman, bising usus 8
kali/menit
26 April 2014

05.00 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Risqi


Page 51 of 74
klien tensinya selalu
normal
O: TD: 110/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR:20x/menit
Suhu: 36,2oC

06.00 WIB Mengkaji tingkat nyeri klien S: Klien mengatakan Risqi


sudah tidak terganggu
dengan nyerinya
O: Skala nyeri sudah
berkurang menjadi 3

6. 26 April 2014

08.00 WIB Memantau kemampuan BAB S: Klien mengatakan Andrian


klien sudah merasa lega
karena kemarin sudah
BAB
O: Klien terlihat merasa
nyaman dan tidak
ada keluhan

10.00 WIB Memantau konsistensi feses S: Klien mengatakan Andrian


klien sudah BAB hari ini
sekitar jam 09.30
dengan feses lunak
O: Bising usus
12x/menit, perut
kuadran kiri bawah
tidak teraba keras

12.00 WIB Mengukur tanda-tanda vital S: Klien mengatakan Andrian


tensinya selalu stabil
O: TD: 110/80mmHg
Nadi: 84x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,4oC

13.00 WIB Mengedukasi klien untuk S :Klien mengatakan Andrian


mengkonsumsi makanan sudah mulai rutin
berserat untuk memakan
makanan yang berserat
O : Klien Nampak makan
buah dan sayur yang
sudah disediakan oleh
rumah sakit
Page 52 of 74
14. Evaluasi
(perkembangan setiap hari dalam bentuk SOAP)
NO TGL/JAM DX KEP EVALUASI TTD
1. 21 April 2014 1 S: Putri
21.00 WIB P : Luka post operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
R :Nyeri kepala bagian kanan menjalar keleher
hingga dada kanan
S : skala nyeri 6 dari 10
T : terus menerus
O : - Skala nyeri 6
- Klien terlihat meringis kesakitan
A : Masalah nyeri klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital dan skala
nyeri klien
2. Tingkatkan istirahat
3. Kolaborasi memberikan analgesik
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman

2 S : Klien mengatakan matanya bengkak setelah Putri


operasi, nyeri dan terasa panas
O : - Terlihat kemerahan disekitar luka klien
- Limfosit menurun 18,8 %
A : Masalah resiko infeksi klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya tanda-tanda infeksi
2. Dorong untuk menambah asupan nutrisi
dan cairan
3. Dorong klien untuk istirahat

3 S : Klien mengatakan tidak tahu penyebab Putri


sakitnya dan khawatir akan terjadi
kebutaan
O : Klien tampak gelisah
A: Masalah ansietas klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi tingkat kecemasan klien
2. Dengarkan dengan penuh perhatian
keluhan klien

Page 53 of 74
3. Beri klien penjelasan tentang
penyakitnya

4 S : Klien mengatakan belum BAB dari awal Putri


masuk rumah sakit hingga sekarang
O : - Bising usus klien < 5 x/menit
- Perut kuadran bawah kiri klien teraba
panas
A : Masalah konstipasi klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan banyak minum dan perbanyak
konsumsi serat
2. Kaji bising usus klien
3. Anjurkan klien untuk berpindah-pindah
posisi

2. 23 April 2014 1 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri dan Putri


07.00 WIB panas dibagian kepala kanan
P : Luka post operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
R :Nyeri kepala bagian kanan menjalar keleher
hingga dada kanan
S : skala nyeri 6 dari 10
T : terus menerus
O : klien tampak masih terganggu dengan nyeri-
nya
A : Masalah nyeri klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital dan skala
nyeri klien
2. Tingkatkan istirahat
3. Kolaborasi memberikan analgesic
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman

2 S : Klien mengatakan matanya masih bengkak Putri


dan nyeri
O : Mata kanan klien masih Nampak bengkak
dan nyeri
A : Masalah resiko infeksi klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya tanda-tanda infeksi
2. Dorong untuk menambah asupan nutrisi
dan cairan
3. Dorong klien untuk istirahat

3 S: Klien mengatakan sudah tidak Putri


mengkhawatirkan penyakitnya lagi dan
memasrahkan semua pada Tuhan YME
Page 54 of 74
O : Klien tampak tenang dan menerima
A : Masalah ansietas klien teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Anjurkan keluarga untuk selalu
menemani klien.

4 S : Klien mengatakan tidak ada keinginan untuk Putri


BAB
O : Perut klien masih teraba keras di kuadran
kiri bawah
A : Masalah konstipasi klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Motivasi klien untuk mengonsumsi
banyak serat
2. Kolaborasi dengan pemberian laksatif
jika diperlukan.

3. 23 April 2014 1 S : Klien mengatakan nyerinya berkurang dan sudah


Risqi
14.00 WIB tidak terlalu terganggu
P : Luka post operasi
Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
R :Nyeri kepala bagian kanan
S : skala nyeri 4 dari 10
T : terus menerus
O : klien tampak lebih nyaman
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Minimalkan stimulasi yang
menyebabkan peningkatan nyeri

2 S: Klien mengatakan bengkak di mata sudah Andrian


berkurang, tidak ada rasa panas
O : - Bengkak klein sudah mengecil
- Leukosit klien 6,0 rb/Ul
A : Masalah resiko infeksi klien sudah teratasi
P : Pertahankan itervensi
- Dorong klien dan keluarga untuk
memberikan asupan nutrisi dan cairan
yang cukup untuk klien.

4 S : Klien mengatakan belum ada keinginan Risqi


untuk BAB
O : Masih taraba kerat diperut bagian kiri
bawah
A : Masalah konstipasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian laksatif

Page 55 of 74
4. 24 April 2014 1 S : - Klien mengatakan masih merasa sedikit Putri
21.00 WIB nyeri pada pelipis kanannya
- Klien mengatakan pusing
O:
P : luka post-op
Q : seperti
R : dibagian pelipis kanan dekat mata
S : skala nyeri klien 4
T : hilang timbul
A : Masalah nyeri klien teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

4 S : Klien mengatakan belum ada keinginan untuk


Putri
melakukan BAB
O : Bising usus klien 4 kali/menit
A : Masalah konstipasi klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

5. 26 April 2014 1 S : Klien mengatakan nyerinya sudah tidak


Risqi
07.00 WIB mengganggu aktivitasnya
O : P : luka post operasi
Q : seperti tertusuk jarum
R : pelipis kanan
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
A : Masalah nyeri klien teratasi
P : Pertahankan intervensi

4 S : - Klien mengatakan sudah muncul keinginan untuk


Risqi
BAB
- Klien mengatakan sudah mampu BAB 1 kali
dengan konsistensi sedikit padat
O : Bising usus meningkat 8 kali/menit
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

6. 26 April 2014 4 S : Klien mengatakan perutnya sudah tidak terasa


Andrian
14.00 WIB penuh dan BAB lancar
O : - Bising usus normal 12 kali/menit
- Perut klien pada bagian kuadran kiri
bawah teraba tidak teraba keras
A : Masalah keperawatan konstipasi teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

Page 56 of 74
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesenjangan yang ditemukan pada kasus
non-hodgkin limfoma (NHL) pada Ny. “T” di ruang melati 1 RSUD Dr. Moewardi dengan
teori mengenai penyakit NHL.
Non-Hodgkin Limfoma merupakan suatu jenis kelainan yang disebabkan oleh keganasan
imun dalam tubuh itu sendiri khususnya yang dihasilkan oleh kelenjar limfa yaitu sel limfosit
sel B dan sel T. Kelainan ini sering terjadi pada lambung, paru-paru dan tulang yang
mengakibatkan munculnya karakter gejala pada penyakit yang biasanya menyerang organ-
organ tersebut.

A. Pengkajian
Pada pengkajian secara teori pada klien dengan non-hodgkin limfoma biasanya
ditemukan tanda gejala seperti adanya benjolan di daerah leher yang disertai rasa
nyeri diikuti dengan adanya demam dan gangguan pola nafas serta sakit kepala.
Benjolan tersebut dapat terjadi pada tubuh bagian kanan, seperti yang kita ketahui
pembuluh limfa yang berukuran besar itu ada dua macam yaitu ductus limfatikus
dexter atau pembuluh limfa kanan dan ductus thoracisus atau pembuluh limfa dada.
Ductus limfaticus dexter ini mengangkut limfa yang berasal dari kepala, dada sebelah
kanan dan lengan kanan. Pembuluh limfa kanan bermuara pada pembuluh balik
dibawah vena subclavia dextra atau (vena yang melewati tulang selangka). Sedangkan
yang ductus thoracicus mengangkut limfa berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara
pada pembulh balik dibawah vena subclavia sinestra (vena yang melewati tulang
selangka kiri).

Page 57 of 74
Pada klien non-hodgkin limfoma biasanya dilakukan pembedahan pada bagian
yang mengalami benjolan, hal ini bertujuan untuk mengangkat kanker secara
keseluruhan sebelum menjalar ke organ tubuh yang lain.
Sedangkan pada kasus klien Ny.”T”, didapatkan keluhan nyeri dan panas pada
luka post-operasi yaitu didaerah pelipis kanan dekat dengan mata dan terkadang nyeri
dirasakan merambat sampai leher, dada dan perut. Klien juga mengeluhkan pusing
pada daerah luka post-operasi hingga hari ke 10 pada saat pengkajian dilakukan.
Kemerahan dan bengkak juga ditemukan pada daerah disekitar mata.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka didapatkan kesenjangan antara kasus dan teori,
dimana pada saat pengkajian post-opersi didapatkan adanya dua benjolan pada tubuh
klien yaitu di sekitar pelipis kanan dan di leher bagian kanan. Munculnya benjolan
disebelah kanan menandakan adanya kelainan dikelenjar limfa ductus limfaticus
dexter hal sesuai teori. Sedangkan proses pembedahan hanya dilakukan pada benjolan
yang muncul di sebelah pelipis kanan. Munculnya benjolan yang ada di pelipis
sebelah kanan merupakan indikasi menjalarnya keganasan dari sel limfosit B dan
limfosit T yang biasanya hanya ditemukan benjolan di sekitar bagian leher.
Pembedahan pada klien Ny “T” hanya dilakukan pada daerah benjolan di pelipis
kanan, hal ini disebabkan karena efek dari adanya benjolan tersebut membuat
penurunan kemampuan penglihatan klien, serta bengkak pada kelopak mata kanan
atas dan bawah. Mata klien juga mengeluarkan cairan dari bengkak akibat dari
munculnya tanda-tanda infeksi pasca post-operasi. Rasa panas yang muncul pada
daerah luka dimungkinkan terjadi infeksi didaerah tersebut. Adanya infeksi ini tubuh
mengkompensasikan dengan memperbanyak aliran darah pada daerah tersebut untuk
mengirimkan lebih banyak antibodi dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
Untuk nyeri yang dikeluhkan klien terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat seperti histamin atau zat kimia bioaktif sehingga menimbulkan
nyeri. Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi
gangguan atau sesuatu yang tidak normal. Adanya kemerahan pada daerah disekitar
mata menunjukkan adanya peradangan pada daerah tersebut. Kemerahan tersebut
akibat ateriol yang mensuplai daerah tersebut melebar. Dengan demikian lebih banyak
darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya

Page 58 of 74
kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini
dinamakan hiperemia.

B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil bahwa diagnosa yang sering muncul pada klien dengan diagnosa
NHL biasanya muncul sebagai berikut :

Untuk masalah yang didapatkan pada penerapan asuhan keperawatan post-operasi


pada klien dengan diagnosa non-hodgkin limfoma di ruang Melati I RSUD Dr.
Moewardi yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan interupsi saraf
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
3. Ansietas berhubungan dengan deficit pengetahuan tentang penyakit dan proses
penyakit
4. Konstipasi behubungan dengan kurangnya asupan serat

 Munculnya diagnosa pertama sebagai prioritas itu nyeri akut brhubungan dengan
interupsi sel saraf hal ini disebabkan dari keluhan klien yang mengatakan bahwa dia
merasa nyeri dibagian pelipis kanan yaitu pada luka post-operasi dengan hasil
pengkajian :

P : Luka post operasi


Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
R : Nyeri kepala bagian kanan menjalar ke leher hingga dada kanan
S : skala nyeri 6 dari 10
T : terus menerus
Klien juga tampak memegangi daerah yang nyeri yaitu pada pelipis kanan dan
ekspresi klien terlihat meringis menahan nyeri menandakan klien tidak merasa
nyaman.

Page 59 of 74
 Diagnosa kedua yaitu resiko infeksi berhungan dengan prosedur infasif munculnya
diagnosa ini berdasarkan dari hasil pengkajian yang menunjukkan klien mengeluh
merasa nyeri dan panas pada daerah luka post-operasi, selain itu tampak adanya
bengkak di daerah kelopak mata kanan, kemerahan dan terlihat ada cairan yang keluar
dari mata kanan.

 Diagnosa ketiga yaitu ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang


penyakit dan proses penyakit hal ini ditunjukkan dari keluhan klien yang
mengkhawatirkan munculnya tiba-tiba benjolan di pelipis bagian kanan, serta
bengkaknya daerah disekitar kelopak mata kanan. Wajah klien tampak adanya
kegelisahan dan klien menanyakan tentang penyakitnya.

 Diagnosa terakhir adalah konstipasi berhubungan dengan kurangnya asupan serat,


munculnya diagnosa ini disebabkan munculnya keluhan klien yang mengatakan belum
bisa BAB sejak masuk rumah sakit, dari data pemeriksaan fisik didapatkan hasil
penghitungan bising usus klien 5 x/menit, dan perut klien teraba keras dibagian kiri
bawah. Konstipasi yang dialami klien disebabkan oleh kurangnya supan serat selama
di rumah sakit karena klien menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah
sakit namun asupan sayuran tidak klien makan.

Dari data tersebut diatas mengenai diagnosa yang muncul pada Ny. “T” adanya
konsep teori dan kasus. Adapun diagnosa yang ada pada teori namun tidak terdapat
pada kasus Ny. “T” adalah :
6. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi.
Karena pada klien Ny. “T” saat pengkajian dilakukan sudah pada hari ke-10 post-
operasi, sehingga panas yang timbul terkait dengan hipertermi terjadi pada awal
post-operasi ditunjukkan dengan data pengkajian pada klien mengatakan setelah
post-operasi badan klien mengalami peningkatan temperatur. Sedangkan pada
post-operasi hari ke-10 ini klien hanya merasakan panas pada bagian luka post-
operasi yang hilang timbul yang merupakan indikasi timbulnya resiko infeksi.

Page 60 of 74
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
Diagnosa ini tidak muncul pada klien Ny. “T” karena dari data objektif dan
subjektif yang didapat saat pengkajian klien tidak menunjukkan adanya perubahan
pada status gizi dan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan klien. Selain itu juga
tidak ada perubahan atau penurunan berat badan klien.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
Pada data subjektif dan objektif yang didapatkan saat pengkajian tidak
menunjukkan adanya gangguan ditunjukkan dengan jumlah hemoglobin pada
kisaran normal yaitu 13,4 g/dl, tidak ada tanda kelemahan ataupun keletihan yang
ditunjukkan dengan pemeriksaan fisik kekuatan otot klien dari ekstremitas kanan
dan kiri semua pada nilai 4. Untuk status pernapasan klien tidak juga tidak
mengalami gangguan yaitu klien tidak menggunakan bantuan pernapasan berupa
oksigen.

C. Intervensi Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan interupsi sel saraf

1. Kaji nyeri (PQRST)

Rasionalisasi : untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien dari penyebab,


kualitas, lokasi, skala dan waktu terjadinya nyeri.

2. Monitor tanda vital dan skala nyeri secara teratur

Rasionalisasi : mengetahui tingkat perkembangan kondisi klien.

3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

Rasionalisasi : untuk mengurangi sensasi nyeri pada klien.

Page 61 of 74
4. Tingkatkan istirahat

Rasionalisasi : istirahat dapat membantu proses penyembuhan dan


mempertahankan kondisi klien.

5. Minimalkan stimuli yang menyebabkan peningkatan nyeri

Rasionalisasi : untuk mencegah nyeri semakin bertambah.

6. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

Rasionalisasi : Lingkungan yang nyaman membuat klien lebih rileks.

7. Kolaborasi pemberian analgesik

Rasionalisasi : untuk mengurangi nyeri klien.

 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv


1. Dorong masukan nutrisi yang cukup

Rasionalisasi : Nutrisi yang cukup dapat meningkatkan kondisi tubuh.

2. Dorong masukan cairan yang cukup

Rasionalisasi : Cairan dapat menjaga kondisi tubuh dan mencegah dehidrasi.

3. Dorong klien untuk istirahat

Rasionalisasi : Istirahat dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit

4. Kolaborasi dengan pemeberian antibiotik sesuai resep

Page 62 of 74
Rasionalisasi : Antibiotik mempercepat penyembuhan penyakit.

5. Monitor leukosit klien

Rasionalisasi : Kadar leukosit tinggi mengindikasikan adanya infeksi.

6. Monitor tanda dan gejala infeksi

Rasionalisasi : Untuk mengetahui perkembangan pada luka klien dan mencegah


infeksi semakin bertambah.

7. Ajarkan keluarga dan klien cara menghindari infeksi

Rasionalisasi : Agar infeksi klien tidak semakin bertambah parah.

 Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit dan prosedur


pengobatan
1. Identifikasi tingkat kecemasan

Rasionalisasi : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien dan menentukan


intervensi yang sesuai.

2. Dengarkan dengan penuh perhatian kecemasan klien

Rasionalisasi : Mendengarkan dengan penuh perhatian dapat menumbuhkan


hubungan saling percaya antara klien dan perawat.

3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan dan persepsi

Page 63 of 74
Rasionalisasi : Agar klien merasa lebih dapat mengekplorasi perasaan yang
dialami.

4. Beri penjelasan tentang prosedur tindakan dan penjelasan tentang penyakit


kepada klien

Rasionalisasi : Agar klien mengetahui mengenai tindakan yang akan dilakukan


kepadanya dan tidak terlalu kebingungan terhadap penyakitnya.

5. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi ketakutan

Rasionalisasi : Menemani klien dapat memberikan keamanan dan mengurangi


kecemasan.

6. Dorong keluarga untuk selalu menemani klien

Rasionalisasi : Dengan adanya keluarga di sisi klien dapat menumbuhkan rasa


tenang dan nyaman pada diri klien sehingga kecemasan klien
dapat menurun.

 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya asupan serat


1. Monitor tanda dan gejala konstipasi

Rasionalisasi : Untuk menentukan derajat konstipasi.

2. Monitor bising usus

Rasionalisasi : Untuk memantau perkembangan dan peningkatan keadaan klien.

3. Monitor feses dari frekuensi, konsistensi dan volume

Rasionalisasi : Mengetahui kondisi dan keadaan pengeluaran feses klien.

Page 64 of 74
4. Identifikasi faktor penyebab dari konstipasi

Rasionalisasi : Untuk menentukan intervensi yang sesuai pada klien

5. Dukung intake cairan


Rasionalisasi : Intake cairan yang adekuat dapat mengurangi konstipasi dengan
mengencerkan feses.

6. Edukasi klien dan keluarga untuk memperbanyak makan serat

Rasionalisasi : Serat dapat memperlancar BAB.

7. Kolaborasi pemberian laktasif

Rasionalisasi : Laktasif dapat meningkatkan bakteri baik dalam usus sehingga


BAB klien lebih lancar.

D. Implementasi

Dari beberapa intervensi yang telah direncanakan dalam asuhan keperawatan pada
Ny. “T” dengan non-hodgkin limfoma telah dilakukan beberapa implementasi dari
intervensi tersebut untuk mengatasi masalah yang muncul pada klien antara lain :
1. Mangkaji keadaan klien dan keluhan klien, tindakan ini dilakukan disetiap
pergantian shif untuk mengetahui keadaan klien saat itu apakah ada perubahan
dari setiap shifnya dan keluhan yang sedang klien rasakan yang merupakan
implementasi dari semua diagnosa.
2. Menganjurkan klien untuk minum banyak dan mengkonsumsi makanan
berserat,tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah konstipasi klien yang
sudah tidak bisa BAB sejak masuk rumah sakit hingga saat dilakukannya
pengkajian, seperti yang ada pada jurnal yang berjudul “Management of
constipation” salah satu penatalaksanaan dari konstipasi adalah dengan
penatalaksanaan non-farmakologi yaitu berupa pemeberian diet makanan yang

Page 65 of 74
mengandung banyak serat, karena makanan yang berserat mudah dicerna oleh
saluran cerna seperti sayuran, buah-buahan.
3. Mengkaji tingkat kecemasan klien dan perasaan klien, merupakan tindakan untuk
mengatasi masalah ansietas klien.
4. Memberikan penjelasan tentang penyakit klien dan memberikan saran.
Penjelasan dan saran yang diberikan berupa pendidikan kesehatan yang berbentuk
leaflet, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas pada klien karena
kurangnya pengetahuan klien mengenai penyakit yang dialaminya.
(Leaflet terlampir)
5. Memberikan paracetamol 500mg dan pemeberian B-complex 1 tablet @ 5mg

6. Melakukan ganti balutan untuk luka post-operasi dan menganjurkan klien untuk
napas dalam, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah resiko infeksi pada
luka post-operasi dan kecemasan agar klien lebih rileks dengan nafas dalam.

7. Mengkaji tanda-tanda vital klien, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui nadi,
tekanan darah, suhu dan pernapasan klien apakah ada suatu keabnormalan yang
dapat memicu lamanya proses penyelesaian diagnosa.
8. Menganjurkan klien untuk istirahat dan memberikan lingkungan yang nyaman,
tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas klien.
9. Memonitor asupan nutrisi klien, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah
konstipasi klien.
10. Edukasi kepada keluarga klien tentang makanan yang kaya serat, tindakan ini
dilakukan untuk mengatasi masalah konstipasi klien.
11. Dorong adanya intake cairan dan infuse, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi
masalah konstipasi klien.
12. Mengkaji kemampuan BAB klien, tindakan ini dilakukan untuk memantau
kemampuan BAB klien sehingga dapat mengatasi masalah konstipasi klien.
13. Memberikan aminoflumicin.
14. Memotivasi klien untuk makan-makanan berserat dan menambah porsi makan,
tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah konstipasi klien.

Page 66 of 74
15. Memantau tingkat kenyamanan klien, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi
masalah nyeri dan ansietas klien.
16. Mengganti balutan post-operasi, tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah
resiko infeksi klien.
17. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitasnya, tindakan ini dilakukan untuk
megatasi masalah nyeri klien.
18. Memotivasi klien untuk melakukan relaksasi, tindakan ini dilakukan untuk
mengatasi masalah ansietas klien.
19. Mengkaji tingkat nyeri klien, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
penyebab, skala, kualitas, waktu terjadinya nyeri tersebut sehingga dapat
dilakukan kolaborasi dengan pemeberian antibiotic dan obat nyeri berupa
ketorolac seperti yang ada pada jurnal “Pengaruh Ketorolak Intravena dan
Deksketoprofen Intravena Sebagai Analgesia Pasca Bedah Terhadap Waktu
Perdarahan” bahwa obat ini dapat mengurangi terjadinya nyeri pada klien.
20. Memberikan kemoterapi

Pemberian kemoterapi klien berupa :


- Cyclofosfamid 650mg/m2 (715 mg) dilarutkan dalam aquades secukupnya.
- Doxorubicin 40 mg/m2 (44 mg = 40 mg) dalam D5% = 100 cc infus cepat 1
jam. Dibilas dengan D5% atau RL 100cc/30 menit
- Vincristin 14 mg/m2 (1,54 mg = 1,5 mg) dalam D5% 100cc infus cepat 1 jam.
- Prednison 1x20 tab/hari untuk 5 hari berturut-turut
Pemberian kemoterapi pada klien dengan keganasan NHL ini biasa disebut dengan
CHOP (Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincrisitine, Prednisone) untuk hasil dari
terapi sesuai dengan jurnal yang berjudul “ Asosiasi CA 125 dengan Respon Terapi
Pada Penderita Limfoma Non-Hodgkin Agresif yang Mendapat Kemoterapi ini
sampai sekarang belum terlalu memuaskan Cyclophosphamide, Doxorubicin,
Vincrisitine, Prednisone (CHOP) untuk mengatasi klien dengan NHL agresif.
Namun hasil yang paling bisa dilihat adalah dengan adanya kombinasi pemberian
obat ini pada kemoterapi dapat merubah status penyakit ini, yang sebelumnya
merupakan penyakit yang fatal menjadi salah satu penyakit yang dapat diobati
dengan complete response rate antara 60%-80% serta predicted 5-years survival
rate lebih dari 55%.

Page 67 of 74
Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincrisitine, Prednisone merupakan sebuah
regimen kemoterapi dengan intensitas tinggi yag merupakan pilihan pertama untuk
penanganan penderita NHL agresif.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Limfoma no-hodgkin (NHL) adalah neoplasma yang sangat ganas pada sistem
limfatik dan jaringan limfoid. Seperti halnya kebanyakan neoplasma, penyebab NHL
juga tidak diketahui, sejumlah faktor, seperti virus, imunodefisiensi, aberasi
kromosom, imunostimulasi kronis dan pemajanan terhadap lingkungan, telah memicu
terjadinya limfoma maligna.

Penyebab pasti dari NHL belum diketahui, ada empat kemungkinan penyebab
munculnya penyakit NHL pada manusia yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma
(HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan
(herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

Keluhan utama klien adalah nyeri. Keadaan klien saat dikaji adalah
- Klien mengatakan merasa nyeri di bagian kanan dan menjalar ke leher hingga dada
kanan
- Klien tampak memegangi daerah yang terasa nyeri
- Ekspresi wajah klien terlihat meringis menahan nyeri
- Skala nyeri 6
- Klien mengatakan merasa nyeri dan panas pada daerah luka post operasi
- Tampak luka post operasi di pelipis kanan klien
- Klien tampak mengeluhkan nyeri

Page 68 of 74
- Tampak bengkok di daerah kelopak mata kanan dekat luka operasi dan tampak
berair
- Limfosit klien 18.8 %
- Klien mengatakan khawatir dengan munculnya tiba-tiba benjolan di dekat mata/
pelipis bagian kanan.
- Klien mengatakan khawatir matanya bengkak dan takut bisa menyebabkan kebutaan
- Klien menanyakan apakah penyakitnya bisa segera disembuhkan dan bagaimana
prosedur pengobatannya.
- Wajah klien tampak sedikit gelisah
- Klien tampak menanyakan tentang penyakit yang dideritanya.
- Klien mengatakan belum BAB sejak awal masuk rumah sakit
- Klien mengatakan bisa BAB 1x/hari dirumah
- Klien mengatakan semama dirawat di rumah sakit tidak pernah mengkonsumsi
sayur.
- Klien mengatakan tidak makan buah-buahan semala di rawat.
- Perut klien teraba keras dikuadran kiri bawah.
- Bising usus <5 x/menit

Pada klien Ny. T diagnosa yang muncul adalah :


1. Nyeri akut berhubungan dengan interupsi sel saraf
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3. Ansietas berhubungan dengan deficit pengatahuan tentang penyakit dari prosedur
pengobatan
4. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya asupan serat

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 5x 24 jam didapat hasil bahwa:

1. Masalah ansietas klien teratasi pada tanggal 22 April 2014 pukul 14.00 WIB
2. Masalah resiko infeksi teratasi pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.00 WIB
3. Masalah nyeri klien teratasi pada tanggal 25 April 2014 pukul 07.00 WIB
4. Masalah keperawatan konstipasi teratasi pada tanggal 26 april 2014 pukul 14.00
WIB

Page 69 of 74
B. Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan adalah agar dapat melaksanakan
pengkajian perlu lebih cermatsehingga masalah kesehatan klien dapat diidentifikasi
dengan benar sehingga intervensi yang diberikan dapat sesuai dengan kondisi klien.
Saran bagi Perawat adalah agar dapat mendokumentasikan asuhan
keperawatan dengan lebih terstuktur dan sesuai dengan kaidah penulisan asuhan
keperawatan sehingga dapat dipetanggungjawabkan dikemudian hari.
Saran untuk penelitian adalah agar terus mengembangkan penelitaian
mengenai penyakit NHL ini sehingga pengobatan dan penatalaksaan lebih sesuai
dengan kondisi penderita. Berhubung penyebab penyakit ini belum dengan jelas
diketahui Dengan adanya penelitian yang memadai lebih dapat mengetahui penyebab
dan menambah referensi mengenai penyakit NHL ini sendiri.

Page 70 of 74
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. SUTET. Jakarta: Gramedia


Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Lynn Betz, Cecily. 2009. Buku Saku Keperawatan Pedriatri Edisi 5. Jakarta: EGC
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC
Santoso M dan Krisifu C. 2004. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin.
Dexa Media No. 4, Vol 17, Oktober-Desember.
Kristika Catur Setyono, Widya Istanto. Pengaruh Ketorolac Intravena dan Deksketoprofen
Intravena Sebagai Analgesia Pascabedah Terhadap Waktu Perdarahan. Universitas
Diponegoro 2009;1 : 1-2.
Kamlesh Garg. C. D. Tripathi. Management of Constipation. Department of Pharmacology,
Vardhman Mahavir Medical Collage and Safdarjung Hospital, New Delhi, India. 3 :
173-175.
Merlyna,S., et.all. Asosiasi CA 125 dengan Respon Terapi Pada Penderita Limfoma Non-
Hodgkin Agresif yang Mendapat Kemoterapi Cyclophosphamide, Doxorubicin,
Vincristine, Prednisone (CHOP). Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Airlangga. 12 : 200-209.

Page 71 of 74
Page 72 of 74

Anda mungkin juga menyukai