Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fungsi limfosit pada manusia adalah sebagai salah satu pemebentuk system imun
dalam tubuh. Sedangkan sistem imun pada manusia adalah untuk mempertahankan
tubuh dari serangan mikroorganisme. Darah, cairan transportasi tubuh yang utama,
melakukan fungsi vital dengan mempertahankan homeostasis (keseimbangan fisiologis
dan alami lingkungan internal tubuh). Melalui saluran limfatik sistem imun juga melakukan
fungsi transportasi.
Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran mengenai penyakit yang
muncul dalam masyarakat. Semula penyakit yang dialami oleh manusia ialah berupa
penyakit infeksi baik di saluran gastrointestinal atau di saluran napas, penyakit jantung,
gagal ginjal dan lain sebagianya. Sedangkan sekarang penyakit yang menyerang
manusia adalah berupa penyakit yang menyerang system imunitas manusia diantaranya
SLE (Sistemics Lupus Eritemathosus), Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma Hodgkin.
Penyakit limfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam
kasus interna/kasus penyakit dalam. Pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem
limfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening.
LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya. Oleh karena itu penelitian terus
dilakukan untuk mengembangkan kasus ini. (Lynn Cecily, 2009)
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permasalahan
tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual. Secara fisik dapat menimbulkan terganggunya pola nafas
karena ada penekanan dari benjolan yang muncul didaerah leher sihingga mengganggu
system pernapasan atau kesulitan dalam menelan makanan sehingga mengakibatkan
kurangnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat menimbulkan gangguan
konsep diri terutama mengenai body image, ataupun bahkan bisa mengakibatkan
perilaku menarik diri. Secara sosial bisa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial
karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan secara spiritual bisa
menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih
tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.
Melihat hal dan permasalahan di atas penulis mencoba mengangkat permasalahan
tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak penulis bisa
meringankan beban yang dialami penderita.
Pada kasus yang dialami oleh Ny. “T” didapatkan adanya benjolan yang ada di
pelipis kanan serta di dekat leher sebelah kanan. Kondisi klien pada saat dioperasi telah
1
mengalami post-operasi benjolan di pelipis kanannya, padahal biasanya untuk kasus
limfoma non-hodgkin ini munculnya benjolan di daerah sekitar leher, namun pada kasus
ini adanya benjolan juga di pelipis. Untuk itu kami mengangkat kasus ini sebagai kasus
untuk diseminarkan karena melihat tanda dan gejala dari klien yang unik dan sedikit
berbeda dengan teori yang biasa diketahui dalam dunia kesehatan mengenai NHL
tersebut.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan praktek dan penyusunan asuhan keperawatan diharapkan bisa
membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Lymfoma Non Hodgkin

2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap klien dengan NHL
b. Melakukan analisa data
c. Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
d. Merencanakan tindakan keperawatan
e. Melakukan tindakan keperawatan
f. Melakukan evaluasi
g. Mendokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI

Fisiologi sistem limfatik


Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan
sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan
tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam
cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah
dicerna, terutama lemak.

B. DEFINISI
NHL adalah suatu keganasan dari limfosit T dan B berupa proliferasi klonal yang
terdapat pada berbagai tingkat tumor.Keganasan ini tidak boleh disamankan dengan
kelainan limfoproliferatif poliklonik.Kedua kelompok penyakit tersebut terjadi dengan
frekuensi tertinggi pada anak dengan status imunodefisiensi herediter (Nelson,

3
2000).Limfoma maligna (LM) adalah proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur
yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Limfoma Secara Umum
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg dan/ atau
sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non Hodgkin
Klasifikasi NHL
Ada 2 klasifikasi besar penyakit NHL, yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama ‘agresif’
kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon
sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang penyakitnya tidak
berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering berhasil baik
dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma non
Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada limfoma
non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat.Secara tipikal, pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa
saat.Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang
kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat
diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin.
Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa
menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat
pertama terdiagnosis.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan–bahan limfogenik
seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Etiologi sebagian
besar LNH ini tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor risiko terjadinya LNH,
anatara lain:
4
 Immunodefisiensi
2 % kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain
adalah severe combined immunodeficiency hypogamma globulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskot-Alderich syndrome, dan Ataxia-telengiectasia.
Limfoma yang terjadi sringkali dihubungkan dengan Epstein-Barr Virus (EBV) dan
jenisnya beragam, mulai dari hyperplasia poloklonal B hingga limfoma monoclonal.
 Agen infeksius
EBV DNA ditemukan pada 95 % limfoma Burkitt endemic.Sebuah hipotesis
menyatak bahwa infeksi awal EBV dan factor lingkungan dapat meningkatkan jumlah
precursor yang terinfeksiEBV dan mneingkatkan risiko terjadinya kelainan genetic.
 Paparan lingkungan dan pekerjaan
Beberpa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan risiko tinggi adalah peternak
serta pekerja hutan dan pertanian.Hal ini disebabkan oleh karena adanya paapran
herbisida dan pelarut organik.
 Diet dan paparan lainnya
Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani,merokok, dan papaaran ultraviolet (sinar UV).

E. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS


Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi luas.Sering ada
panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan.Tumor dapat mulai di kelenjar
getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).Gejalanya
tergantung pada organ yang diserang, gejala sistemik adalah panas, keringat malam,
penurunan berat badan.
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan
melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat dari
satu tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan antara kelenjar
getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas
seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan
berat badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah dari pada
penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, Dapat
menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya efusi
pleura.Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan

5
dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama
nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur.Sering didapatkan dapat menyerang
lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak
lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea, hematemesis, dan
melena.Penyakit-penyakit susunan saraf pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat
timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik sel besar).

F. TAHAPAN
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH
yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan
serta memudahkan evaluasi hasil terapi.
Sistem TNM merupakan sistem standar dalam menentukan stadium kanker. Pada
sistem TNM, kanker ditandai dengan kategori T, N, dan M.
1. Kategori T (Tumor)
T menggambarkan tumor primer, dengan pembagian :
 Tx : berarti tumor tak terukur
 T0 : berarti tidak terdapat bukti bahwa tumor ada
 Tis : berarti kanker in situ (kanker belum menyebar ke jaringan sekitarnya)
 T1, T2, T3, T4 : berarti ukuran tumor dan level invasi kanker terhadap jaringan
sekitarnya

2. Kategori N (Lymph Node)


N menggambarkan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening setempat
 Nx : berarti penyebaran kanker ke kelenjar getah bening tak dapat
dievaluasi/ditentukan
 N0 : berarti kelenjar getah bening setempat tidak mengandung kanker
 N1, N2, N3 : menggambarkan ukuran, lokasi dan/atau jumlah kelenjar getah
bening yang terpengaruh

3. Kategori M (Metastase)
M menggambarkan metastasis (penyebaran kanker ke tubuh bagian lain)
 Mx : berarti penyebarab kanker tidak dapat ditentukan
 M0 : berarti tidak terdapat bukti bahwa metastasis ada
 M1 : berarti terdapat penyebarab jauh kanker

6
Klasifikasi yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971)
sebagai berikut:
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra limfatik
Stadium II Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas diafragma
dengan atau tanpa ekstra limfatik
Stadium III Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau disertai
limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Stadium IV Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau tanpa
melibatkan kelenjar limfe.

G. MANIFESTASI KLINIS

Kemungkinan
Gejala Penyebab
timbulnya gejala

Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening


20-30%
Pembengkakan wajah di dada

Hilang nafsu makan


Sembelit berat Pembesaran kelenjar getah bening
30-40%
Nyeri perut atau perut di perut
kembung

Penyumbatan pembuluh getah


Pembengkakan tungkai 10%
bening di selangkangan atau perut

Penurunan berat badan


Diare Penyebaran limfoma ke usus halus 10%
Malabsorbsi

Pengumpulan cairan di
Penyumbatan pembuluh getah
sekitar paru-paru 20-30%
bening di dalam dada
(efusi pleura)

Daerah kehitaman dan


menebal di kulit yang
Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
terasa gatal

7
Penurunan berat badan
Penyebaran limfoma ke seluruh
Demam 50-60%
tubuh
Keringat di malam hari

 Perdarahan ke dalam saluran


pencernaan.
 Penghancuran sel darah merah
oleh limpa yang membesar dan
terlalu aktif.
 Penghancuran sel darah merah
Anemia 30%, pada
oleh antibodi abnormal (anemia
(berkurangnya jumlah akhirnya bisa
hemolitik).
sel darah merah) mencapai 100%
 Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma.
 Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran.

Penyebaran ke sumsum tulang dan


Mudah terinfeksi oleh kelenjar getah bening,
20-30%
bakteri menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi

H. DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
 SDP bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin
ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
 SDM dan Hb/Ht menurun. Peneriksaan SDM dapat menunjukkan normositik
ringan sampai sedang, anemia normokromik (hiperplenisme).
 LED meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk
mendeteksi bukti dini pada berulangnya penyakit.
 Kerapuhan eritrosit osmotik meningkat.
 Trombosit menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh
limfoma dan oleh hipersplenisme)
8
 Test Coomb reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil
negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
 Besi serum dan TIBC menurun.
 Alkalin fosfatase serum meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
 Kalsium serum mungkin menigkat bila tulang terkena.
 Asam urat serum meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan
keterlibatan hati dan ginjal.
b. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan
dengan tindakan gstroskopy.
c. BUN mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL (SGOT),
klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan
organ.
d. Hipergamaglobulinemia umumhipogama globulinemia dapat terjadi pada penyakit
lanjut.
e. Foto dadadapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat, nodulus atau
efusi pleural.
f. Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang nyeri
tekan menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
g. Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada dilakukan bila adenopati
hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.
h. Skan CT abdomenial mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit nodus
pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
i. Ultrasound abdominal mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa retroperitoneal.
j. Skan tulang dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang. Skintigrafi Galliium-67:
berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit nodul, khususnya diatas
diagfragma.
k. Biopsi sumsum tulang menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum
tulang terlihat pada tahap luas.
l. Biopsi nodus limfamembuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada adanya
sel Reed-Sternberg.
m. Mediastinoskopi mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
n. Laparatomi pentahapanmungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi adalah
kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang tidak
biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.

9
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil
spesimen.

I. KRITERIA DIAGNOSIS LNH


 Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di tempat
lain
 Riwayat demam yang tidak jelas
 Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan
 Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
 Pemeriksaan histopatologis tumor, sesuai dengan LNH

J. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma
3. Leukemia, mononukleus infeksiosa: gambaran hematologik

K. PENATALAKSANAAN
LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
 Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
 Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah therapy utama
 Untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
Misalnya
Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermittenddengan
siklofosfamid
Dosis:
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg/m2 tiap hari atau
- 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin (oncovin),
prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1 – 5
Diulangi selang 3 minggu
Ideal:Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine, prednison
(MOPP)
10
2. Therapy Radiasi dan bedah
 Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan
 Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS type A dan B)

LYMFOMA NON HODGKIN


1. Therapy Medik
 Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
 Tanpa keluhan: tidak perlu therapy
 Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis
permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m2iv selang 3 – 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada
LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)


 Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy
utama
 Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal seperti therapy LH
Ideal: Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin, prednison
(CHOP) dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2iv hari I
H : hydroxo – epirubicin 50 mg/ m 2iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu

Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)


 Stadium IA kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
 Untuk stadium lain kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal: kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
Ideal: diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B

2. Therapy radiasi dan bedah


Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui
yim onkology ( di RS type A dan B)

11
PILIHAN TERAPI LAINNYA
 Derajat keganasan rendah (DKR/Indolen) pada prinsipnya simptomatik
 Kemotherapy: obat tunggal atau ganda (peroral), jika dianggap perlu
(cychlopospamide, oncovin dan prednison)
 Radiotherapy: low dose TOI + involved field radiotherapy atau involved field
radiotherapy saja
 Derajat keganasan menengah (DKM)/Agresif Lymfoma
 Stadium I: kemotherapy (CHOP/CHV mp/BU) + Radiotherapy
 Stadim II–IV: Kemotherapy parenteral kombinasi, radiotherapy berperan untuk
tujuan paliasi
 Derajat kegansan tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH – Limfoblastik)
 Selalu diberikan pengobatan seperti leukemia lymfoblastik acut (LLA)
 Reevaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
1. Setelah siklus kemotherapy keempat
2. Setelah siklusn pengobatan lengkap

L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum dijumpai:
 Tranfusi leukemik
 Superior vena cava syndrom
 Ileus
Penyulit kondisi NHL
 Akibat langsung penyakitnya:
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
 Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b. Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d. Kluenitis akibat obat vinkristin

M. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas

12
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa
medis
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan
c. Riwayat penyakit sekarang
 Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh
nyeri telan dan sebelum MRS mengalami kesulitan bernafas, penurunan
berat badan, keringaty dimalam hari yang terlalu banyak, nafsu makan
menurun nyeri telamn pada daerah lymfoma
 Keluhan waktu didata
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan kesulitan
bernafas, dan cemas atas penyakit yang dideritanya
 Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan riwayat
pernah masuk RS dan penyakit yang pernah diderita oleh pasien
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit
metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga pasien
e. ADL
 Nutrisi
Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang
dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada
waktu MRS, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah
sakit, terutama menyangkut dengan keluhan utama pasien yaitu kesulitan
menelan
 Istirahat tidur
Dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan
ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit
klien dengan LNH
 Aktifitas
Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada kesenjangan yang
berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini biasanya terjadi
perubahan aktifitas karena adanya limfoma dan penuruna aktifitas sosial
karena perubahan konsep diri
 Eliminasi
13
Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, apakah
ada gangguan.
 Personal Hygiene
Mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan,
gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta
kemandirian dalam melakukan kebersihan diri
f. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien
akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadfap penyakit
dan prosedur perawatan
g. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran klien
dirumah dan dirumah sakit
Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi sosial karena
perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik diri
h. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama
yang dianut
i. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
 Meliputi keadaan pasien
 Kesadaran pasien
 Observasi tanda – tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
 TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh meliputi dari
chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh antara lain
 Rambut
 Mata telinga
 Hidung mulut
 Tenggorokan
 Telinga
 Leher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH berawal
pada serangan di kelenjar lymfe di leher mel;iputi diameter (besar),
konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi pembesaran
 Dada Abdomen
14
 Genetalia
 Muskuloskeletal
 Dan integument
Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal akibat
perluasan limfoma ke kulit.
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di
leher. Pembesaran terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga
mengakibatkan gangguan menelan.
c. Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka pasien
akan merasakan sesak nafas. Penyumbatan pembuluh getah bening di
dada mengakibatkan penyumbatan cairan di paru sehingga dapat
mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
d. Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka akan
menimbulkan hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut atau perut
kembung.

e. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus


Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika limfoma
menyebar ke usus halus maka akan terjadi penurunan berat badan Diare
dan Malabsorbsi. Terdapat pembengkakan pada skrotum.
f. Pemeriksaan ekstremitas
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau
perut maka akan terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila terdapat
penyumbatan pembuluh getah bening pada daerah aksila maka akan
terjadi pembengkakan pada daerah aksila.
j. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang diperoleh klien dari
dokter

15
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret
pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar
limfe servikal, mediastinum.
2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat
jaringan local.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
bernafas sukunder terhadap penekanan massa pada oesopahgus
4. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system
imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
(proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.
6. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
7. Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.
8. Perubahan konsep diri (body Image) berhubungan dengan perubahan bentuk
anatomi tubuh (adanya limfoma)
9. Gangguan rasa nyaman (nyeri tekan) berhubungan dengan penekana saraf di leher
akibat adanya limfoma

INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret
pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran
kelenjar limfe servikal, mediastinum.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif
Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit, tidak
ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.
Intervensi Rasional
Kaji/awasi frekuensi pernapasan, Perubahan seperti takipnea, dipsnea,
kedalaman, irama, adanya dispnea, penggunaan otot aksesori dapat
penggunaan otot bantu pernapasan mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan
dan gangguan ekspansi dada. kelenjar limfe mediastinal yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Bantu perubahan posisi secara Meningkatkan aerasi semua segmen paru
periodic dan membantu mobilisasi sekresi.

16
Ajarkan teknik napas dalam (bibir, Meningkatkan aerasi semua segmen paru
diafragma, abdomen) dan membantu mobilisasi sekresi.
Kaji/awasi warna kulit, perhatikan Proliferasi sel darah putih dapat menurunkan
adanya tanda pucat/sianosis kapasitas pembawa oksigen darah dan
menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap Penurunan oksigenasi seluler menurunkan
aktivitas toleransi aktivitas, istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen serta mencegah
kelelahan dan dispnea.
Observasi distensi vena leher, nyeri Klien LNH dengan sindrom vena cava
kepala, pusing, edema preorbital, superior dan obstruksi jalan napas
dispnea, stridor menunjukkan kedaruratan onkologis.

Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam
laktat jaringan local.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri
Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.

Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, serta lama dan karena nyeri terjadi sebagai temuan
penyebarannya pengkajian
Lakukan manejemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
keperawatan: O2 ke jaringan yang mengalami nyeri
Atur posisi fisiologis sekunder dari iskemia
Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer, sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan
Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada

17
diruangan
Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
pernapasan dalam menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorvin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks
serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri
Kolaborasi pemberian terapi.
a) Analgetik Digunakan untuk mengurangi nyeri
sehubungan dengan hematoma otot yang
besar dan perdarahan sendi
Analgetika oral non oploid diberikan
menghindari ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis.
b) Kemoterapi Pemberian disesuaikan dengan derajat
penyakit
c) Radiasi Terapi terpilih untuk penderita dengan
penyakit ekstranodal yang terbatas adalah
radiasi, radioterapi local, atau radioterapi
dengan lapangan yang luas, terutama pada
kasus limfoma histiositik difus.
Penderita

Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan


system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).

18
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Criteria: kien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang dapat
dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejaladini infeksi
Intervensi Rasional
Monitor TTV Adanya infeksi akan bermanifestasi pada
perubahan TTV.
Demam atau hipotermia mungkin
mengindikasikan munculnya infeksi pada
klien granulositopenik.
Kaji dan catat factor yang Menjadi data dasar dan meminimalkan
meningkatkan risiko infeksi risiko infeksi
Lakukan tindakan untuk mencegah Kewaspadaan meminimalkan pemajanan
pemajanan pada sumber yang klien terhadap bakteri, virus, dan pathogen
diketahui atau potensial terhadap jamur, baik eksogen ,aupun endogen
infeksi.
a) Pertahankan isolasi protektif
sesuai kebijakan institusional
b) Pertahankan teknik mencuci
tangan dengan cermat
c) Beri hygiene yang baik
d) Batasi pengunjung yang
saat ini sedang demam, flu,
atau infeksi
e) Berikan hygiene parianal 2
kali sehari setiap BAB
f) Batasi bunga segar dan
sayur segar
g) Gunakan protocol perawatan
mulut
Laporkan bila ada perubahan Perubahan tanda-tanda vital merupakan
tanda vital tanda terjadinya sepsis, terutama bila terjadi
peningkatan suhu tubuh
Jelaskan alasan kewaspadaan Pengertian klien dapat memperbaiki
dan pantangan kepatuhan dan mengurangi factor risiko
Yakinkan klien dan keluarganya Granulositopenia dapat menetap 6-12
bahwa peningkatan kerentanan minggu. Pengertian tentang sifat

19
pada infeksi hanya sementara sementaragranulositopenia dapat
membantu mencegah kecemasan klien dan
keluarganya
Minimalkan prosedur invasive Prosedur tertentu dapat menyebabkan
trauma jaringan, meningkatkan kerentanan
infeksi
Kolaborasi pemberian antibiotika Menurunkan kehadiran organism endogen
Pantau laboratorium sel darah Mengonfirmasikan keterlibatan sel darah
putih putih terhadap infeksi

Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan
koping yang positif
Criteria evaluasi: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan menyusun rencana perawatan atau
derajat ketidakmampuan. pemilihan intervensi.
Identifikasi arti kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan
disfungsi pada klien mengatur perubahan fungsi secara efektif
dengan sedikit penyesuaian diri. Sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
termasuk permusuhan dan dengan perasaan tersebut.
kemarahan
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian
terpengaruh seperti sekarat atau tubuh atau perasaan negative terhadap
mengingkari dan menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang

20
inilah kematian menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Berikan informasi status kesehatan Klien dengan hemophilia sering
pada klien dan keluarga memerlukan bantuan dalam menghadapi
kondisi kronis, keterbatasan ruang
kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi
tersebut merupakan penyakit yang akan
diturunkan kegenerasi berikutnya.
Dukung mekanisme koping efektif Sejak masa kanak-kanak, klien dibantu
untuk menerima dirinya sendiri dan
penyakitnya serta mengidentifikasi aspek
positif dari kehidupan mereka. Mereka
harus didorong untuk merasa berarti dan
tetap mandiri dengan mencegah trauma
yang dapat menyebabkan episode
perdarahan akut dan mengganggu kegiatan
normal.
Hindari factor peningkatan stress Perawat harus mengetahui pengaruh stress
emosional tersebut secara professional dan personal
serta menggali semua sumber dukungan
untuk mereka sendiri, begitu juga untuk
klien dan keluarganya.
Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan harga
yang baik dan memperbaiki diri dan mengontrol lebih dari satu area
kebiasaan kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan klien melakukan kemandirian dan membantu perkembangan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk harga diri serta mempengaruhi proses
dirinya rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha Klien dapat beradaptasi terhadap
seperti peningkatan minat dan perubahan dan pengertian tentang peran
partisipasi dalam aktivitas individu dimasa mendatang.
rehabilitasi
Dukung penggunaan alat-alat yang Meningkatkan kemandirian untuk membantu
dapat mengadaptasikan klien, pemenuhan kebutuhan fisik dan
tongkat, alat bantu jalan, tas menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam

21
panjang untuk kateter. kegiatan sosial.
Monitor gangguan tidur Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
peningkatan kesulitan konsentrasi, umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
lethargi, dan rendah diri. stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi: rujuk pada ahli neuro Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
psikologi dan konseling bila ada penting untuk perkembangan perasaan.
indikasi.

Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.


Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Criteria: klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dan
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping klien dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan
lakukan tindakan bila menunjukkan gelisah.
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyebabkan.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi ragsangan eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri perlu.
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
Tingkatkan control sensasi klien Control sensasi klien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
klien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping
(pertahankan diri) yang positif, serta
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan dan memberikan respons
balik yang positif.

22
Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan
prosedurrutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
untuk mengungkapkan kekhawatiran yang tidak dapat
ansietasnya. diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan Memberi waktu untuk mengekspresikan
orang terdekat. perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih klien melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya: membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
Kolaborasi: berikan anticemas Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
sesuai indikasi contohnya kecemasan.
diazepam.

23

Anda mungkin juga menyukai