Disusun Oleh :
NIM 1308012032
Pembimbing :
KUPANG
2020
PENDAHULUAN
Limfoma merupakan penyakit keganasan yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh.1,2 Limfoma terjadi akibat dari adanya pertumbuhan yang
abnormal dan tidak terkontrol dari sel sistem imun yaitu limfosit. Sel limfosit yang bersifat ganas
ini dapat menuju ke berbagai bagian dalam tubuh seperti limfonodi, limfa, sumsum tulang
belakang, darah atau berbagai organ lainnya yang kemudian dapat membentuk suatu massa yang
disebut sebagai tumor. Tubuh memiliki 2 jenis limfosit utama yang dapat berkembang menjadi
limfoma yaitu sel-B limfosit dan sel-T limfosit. 3 Secara umum, limfoma dapat dibedakan
menjadi limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma non-Hodgkin (LNH). Klasifikasi ini dibuat
berdasarkan perbedaan histopatologik dari kedua penyakit di atas yang mana pada LH terdapat
gambaran histopatologik yang khas ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg. 1-3 Kasus LH
terjadi lebih jarang daripada LNH dengan sekitar 9.000 kasus baru dapat terjadi di setiap
tahunnya serta dapat terjadi baik pada dewasa maupun anak-anak dan biasanya terdiagnosis pada
Limfoma Hodgkin (LH) merupakan tumor ganas dari sel-sel limfoid dengan karakteristik
tertentu, diantaranya timbul pada limfonodi, terutama cervical limfonodi, mayoritas mengenai
usia muda, jaringan tumor tersusun atas sel-sel tumor berukuran besar mononuclear dan
multinukleated tersebar dalam jumlah yang sedikit (sel Hodgkin dan sel Reed Sternberg atau sel
HRS). Dan sel-sel tumor sering dilingkari oleh sel-sel limfosit T membentuk struktur mirip
rossete. Insiden Limfoma Hodgkin ini ± 30% dari seluruh angka kejadian limfoma maligna..8
Pada 2013, kasus baru NHL didiagnosis di Inggris, menjadikannya kanker keenam paling
umum pada pria dan ketujuh paling umum pada wanita. Insiden NHL tampaknya memiliki
meningkat hampir 18% selama dekade terakhir, setidaknya sebagian karena kombinasi populasi
yang menua. Sebagian besar limfoma tidak memiliki penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi
ada beberapa asosiasi yang terdefinisi dengan baik, misalnya antara infeksi Helicobacter pylori
dan limfoma MALT lambung, infeksi virus EpsteineBarr (EBV) dan limfoma Burkitt (BL),
human T-lymphotropic virus 1 dan leukemia sel T dewasa atau limfoma, dan penyakit celiac
yang tidak terkontrol dan limfoma sel T yang berhubungan dengan enteropati. Defisiensi imun,
seperti HIV dan imunosupresi pasca transplantasi, juga menganugerahkan peningkatan risiko
banyak limfoma. 9
LAPORAN KASUS
Pasien seorang wanita usia 62 tahun dirujuk dari RSUD Sabu Raijua dengan diagnosis
limfadenitis suspek limfoma. pasien datang dengan keluhan muncul benjolan di ketiak, leher dan
selangkangan. Benjolan muncul sejak 1 tahun yang lalu yang awalnya benjolan muncul hanya
sebesar kelereng. Benjolan tersebut muncul tiba-tiba dan tidak terasa nyeri. Pasien juga
mengeluh penurunan nafsu makan, berat badan yang turun namun pasien tidak tahu penurunan
seberapa banyak namun pasien merasa pakiannya semakin longgar. Keluhan mual, muntah, BAK
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun selama ini, dan dikeluarga pasien juga
tidak memiliki anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama ataupun penyakit menular
dan penyakit turunan. Pasien saat ini tinggal di Sabu bersama suami kedua, dan keduanya
bekerja sebagai petani. Pasien tidak punya kebiasaan merokok namun minum alcohol seperti laru
yang diminum hamper tiap hari. Pasien memiliki kebiasaan makan yang kurang baik karena
sedang, sadar baik dengan GCS E4V5M6, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 84x/menit, laju
pernapasan 20x/menit, dan suhu tubuh 37.2 C. Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
anemis pada kedua konjungtiva, terdapat multiple nodul di sekitar leher, aksila dan inguinal
dengan ukuran kira-kira 5cmx5xm dan tidak nyeri. pemeriksaan laboratorium yang bermakna Hb
5.4 g/dL, MCV 75.9 fl, MCH 22.8 pg, MCHC 30.0 g/L, WBC 11.63x 10 3/ul, Neutofil 33.3%,
Trombosit 103 x 103/ul, gambaran darah tepi kesimpulan ada gambaran curiga viral infection.
Pada saat masuk pasien didiagnosa sebagai limfoma, anemia dan hipoalbumin sehingga terapi
yang didapat berupa infus Nacl 0.9% 500cc/12 jam, injeksi cefotaxime 2x1 gram, transfusi 2
kantong Hb pasien yang semula hanya 5.4g/dL naik menjadi 11.1g/dL. Selama dirawat,
dilakukan juga pemeriksaan penunjang lain untuk membantu dan menyakinkan diagnosis yang
dibuat. Hari kedua dirawat pasien dikonsulkan ke spesialis patologi anatomi untuk dilakukan
FNAB. Selain itu pasien juga konsulkan ke spesialis bedah untuk dilakukan open biopsy. Dari
FNAB didapatkan hasil limfoma maligna. Hari ke- 11 dirawat, dilakukan open biopsy. Setelah
dilakukan open biopsy, hari ke -12 pasien dirawat, pasien dinyatakan boleh pulang sambil
Limfoma maligna adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat
padat atau solid meskipun kadang-kadang dapat menyebar secara sistemik. Secara garis besar,
limfoma maligna dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma
non-Hodgkin (LNH). LH lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita (1,2:1) 4 dan
lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan dengan orang berkulit hitam. 6
Distribusi usia pada LH tergolong bimodal dengan usia puncak pertama yaitu sekitar 15 sampai
dengan 34 tahun dan usia puncak kedua yaitu sekitar lebih dari atau sama dengan 50 tahun. 5
Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan prirner limfosit yang dapat
berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sangat jarang berasal dari sel NK ("natural killer") yang
berada dalam sistem lirnfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis,
sangat heterogen dilihat dari segi patologi dan klinisnya. Penyebarannya juga tidak seteratur
penyakit Hodgkin serta bentuk ekstra-nodal jauh lebih sering dijumpai 11. Etiologi terjadinya
sebagian besar LNH sampai saat ini belum diketahui. Ada beberapa faktor risiko terjadinya LNH
yaitu10,11,12 : imunodefisiensi: diketahui sekitar 25% kelainan herediter langka yang berhubungan
dengan terjadinya LNH, agen infeksius EBV DNA ditemukan pada95% limfoma Burkit
endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkit sporadic, paparan lingkungan dan
Diakui sejak 1950-an sebagai kelompok penyakit yang berbeda, NHL berkisar dari
keganasan indolen (histologi tingkat rendah) hingga tumor yang tumbuh cepat dan sangat agresif
(histologi tingkat tinggi). Usia rata-rata keseluruhan pada presentasi adalah 42 tahun (58 tahun
untuk tingkat rendah) dan insiden meningkat dengan usia lanjut. Mayoritas NHL berasal dari sel-
B dengan lebih dari 90% pasien yang mengekspresikan antigen CD20. Secara umum, NHL
derajat rendah atau folikel diasumsikan memiliki jalur indolen jika dibandingkan dengan NHL
menengah dan bermutu tinggi. Prevalensi NHL meningkat di antara mereka yang
pada pasien yang menderita AIDS, dan lesi oral NHL telah disajikan sebagai manifestasi pertama
AIDS. Selama dekade terakhir, frekuensi NHL terkait AIDS telah meningkat dengan mantap.
Studi terbaru menunjukkan kemungkinan hubungan antara limfoma dan paparan bahan kimia
tertentu, herbisida dan insektisida. Studi menunjukkan bahwa pasien dengan kelainan
peningkatan risiko terkena limfoma. Infeksi virus seperti virus Epstein-Barr, pasien AIDS, juga
. Gejala utama HL dan NHL adalah pembengkakan kelenjar getah bening di leher, di
bawah lengan atau di pangkal paha. Gejala lain dapat termasuk demam, keringat malam,
kelelahan, sakit perut dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Limfoma biasanya
tidak menyakitkan; kelenjar getah bening bisa menjadi lebih besar secara perlahan dalam waktu
yang lama sebelum pasien memperhatikan. Demam yang umumnya dikaitkan dengan limfoma
dapat muncul dan hilang selama beberapa minggu.13. Pada pasien, gejala yang ditemukan yaitu
adanya penurunan berat badan yang dirasakan melalui pakian yang semakin longgar, penurunan
nafsu makan, pembesaran kelenjar getah bening , dan juga adanya benjolan di sekitar leher,
ketiak dan juga dibagian inguinal dengan ukuran sekitar 5x5cm, mobile dan tidak nyeri.
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan penunjang seperti biopsy dan
jugan FNAB(7). Dari pemeriksaan mikroskopi akan diketahui LH atau LNH. Pada LH terdapat
gambaran histopatologik yang khas ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg. Secara
histopatologis, NHL muncul sebagai lesi nodular (sel-sel neoplastik dikelompokkan menjadi
nodul yang dapat diidentifikasi) atau lesi difus (sel-sel neoplastik menyebar secara difus). NHL
mungkin berasal dari sel T- atau B- (80-85%). Dalam seri sel B sel istirahat memiliki penampilan
limfosit kecil khas dengan nukleus besar gelap, setelah tantangan antigenik, sel B folikel
membesar, nukleusnya berkembang menjadi sumbing dan lipatan dan nukleolus menjadi
penentuan sel asal sulit. CD2, CD3, CD4, CD7 dan CD8 berguna untuk identifikasi sel-T dan
tumornya. CD10, CD19, CD20 dan IgG permukaan adalah penanda sel-B. 13 Pada pasien ini telah
dilakukan prosedur diagnostik FNAB pada saat dirawat, dan hasil yang didapatkan dari benjolan
yang terdapat pada tubuh pasien adalah limfoma maligna. Pasien juga dilakukakan prosedur
diagnostik lainnya yaitu biopsy yang menunjukkan jaringan limfoid yang bersimpai utuh, tidak
tampak centrum germinativum, sel-sel tersusun padat, cenderung monoton, ukuran sedang, inti
pleomorfik ringan, vesikuler, kromatin kasar, mitosis abnormal mudah ditemukan, membrane
inti regular, dan sitoplasma sedikit yang disimpulkan menjadi limfoma maligna non Hodgkin.
Penentuan stadium didasarkan pada jenis patologi dan tingkat keterlibatan. Jenis patologi
Tingkat keterlibatan ditentukan sesuai dengan klasifikasi Ann Arbor. Penetapan stadium
penyakit harus dilakukan sebelum pengobatan dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan
cermat baik jumlah dan ukurannya serta digambar secara skematis. Hal ini penting dalam menilai
stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum pasien. (7)
Perawatan untuk
NHL tergantung pada tingkat limfoma (rendah, sedang atau tinggi), stadium penyakit dan usia
serta kesehatan pasien. Pada tahap yang sangat awal, limfoma tingkat rendah (tumbuh lambat)
kadang-kadang dapat disembuhkan dengan kombinasi radiasi dan kemoterapi. Limfoma stadium
lanjut, tingkat rendah dapat diobati dengan berbagai cara, mulai dari kemoterapi dengan atau
tanpa terapi radiasi hingga transplantasi sumsum tulang. Dalam uji klinis baru-baru ini,
mengobati limfoma tingkat tinggi yang lebih tinggi atau yang kembali setelah pengobatan. Tidak
ada cara pasti untuk mencegah NHL. Tidak adanya infeksi HIV dapat menurunkan risiko. Tidak
Untuk pasien dengan NHL, kemungkinan bertahan hidup tergantung pada tingkat dan
stadium kanker, kesehatan keseluruhan dan respons terhadap pengobatan. Antara 50% dan 80%
pasien bertahan hidup 5 tahun atau lebih. Jenis limfoma agresif tingkat tinggi lebih mungkin
untuk disembuhkan dengan kemoterapi, tetapi bentuk ini bisa berakibat fatal. Limfoma tingkat
rendah biasanya tidak dapat disembuhkan dan seringkali memiliki waktu hidup rata-rata yang
lebih lama (rata-rata 10 tahun) dalam beberapa kasus. Sebagian besar anak merespons
pengobatan dengan baik, meskipun anak-anak cenderung memiliki jenis NHL yang lebih tinggi
dan agresif. Tujuh puluh hingga sembilan puluh persen anak-anak bertahan hidup 5 tahun atau
lebih.13
KESIMPULAN
Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan prirner limfosit yang dapat
berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sangat jarang berasal dari sel NK ("natural killer") yang
berada dalam sistem lirnfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis,
respon terhadap pengobatan, maupun prognosis1. Limfoma non-Hodgkin (LNH) atau non-
Hodgkin Lymphomas merupakan penyakit yang sangat heterogen dilihat dari segi patologi dan
klinisnya. Penyebarannya juga tidak seteratur penyakit Hodgkin serta bentuk ekstra-nodal jauh
lebih sering dijumpai11. Etiologi terjadinya sebagian besar LNH sampai saat ini belum diketahui.
Ada beberapa faktor risiko terjadinya LNH yaitu10,11,12 : imunodefisiensi: diketahui sekitar 25%
kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH, agen infeksius EBV DNA
ditemukan pada95% limfoma Burkit endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkit
sporadic, paparan lingkungan dan pekerjaan, serta diet dan paparan lainnya.
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan penunjang seperti biopsy dan
jugan FNAB(7). Dari pemeriksaan mikroskopi akan diketahui LH atau LNH. Pada LH terdapat
gambaran histopatologik yang khas ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg. Secara
histopatologis, NHL muncul sebagai lesi nodular (sel-sel neoplastik dikelompokkan menjadi
nodul yang dapat diidentifikasi) atau lesi difus (sel-sel neoplastik menyebar secara difus). NHL
mungkin berasal dari sel T- atau B- (80-85%). Dalam seri sel B sel istirahat memiliki penampilan
limfosit kecil khas dengan nukleus besar gelap, setelah tantangan antigenik, sel B folikel
membesar, nukleusnya berkembang menjadi sumbing dan lipatan dan nukleolus menjadi
menonjol.
Tingkat keterlibatan ditentukan sesuai dengan klasifikasi Ann Arbor. Penetapan stadium
penyakit harus dilakukan sebelum pengobatan dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan
cermat baik jumlah dan ukurannya serta digambar secara skematis. Perawatan untuk NHL
tergantung pada tingkat limfoma (rendah, sedang atau tinggi), stadium penyakit dan usia serta
kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA