PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada anak-
anak dengan Limfoma non-Hodgkin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
3
virus DNA dan antigen nuklear diidentifikasi pada 90% African Burkit’s
lymphoma.
2.2 Insidensi
Kejadian ini kira-kira sepuluh kasus per 1.000.000 orang per tahun.
NHL terjadi paling sering pada dekade kedua kehidupan, dan terjadi lebih
sering pada anak kurang dari 3 tahun. NHL pada bayi jarang terjadi (1%
dalam uji Berlin-Frankfurt-Munster 1986-2002). Dalam hasil penelitian
retrospektif, angka kejadian pada bayi lebih sedikit dibandingkan dengan
pasien yang lebih tua. Insiden NHL meningkat secara keseluruhan, dan ada
sedikit peningkatan dalam kejadian pada usia 15 sampai 19 tahun, namun
kejadian NHL pada anak kurang dari 15 tahun tetap konstan selama beberapa
dekade terakhir. Insiden NHL lebih tinggi pada kulit putih daripada orang
Afrika, Amerika, dan NHL lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.
4
Imunodefisiensi, baik bawaan dan diperoleh baik imunodefisiensi
akibat infeksi virus manusia atau pun imunodefisiensi post transplantasi
organ, meningkatkan resiko NHL. Epstein-Barr Virus berkaitan dengan
sebagian besar kasus NHL pada masyarakat imunodefisiensi.
2.3 Klasifikasi
5
Posttransplant lymphoproliferative disease (PTLDs) diklasifikasikan menurut
WHO yaitu:
1. lesi awal
2. polimorfik
3. monomorfik
Malabsorpsi
6
Daerah kehitaman Penyebaran limfoma ke kulit
dan menebal di kulit
10-20%
yang terasa gatal
Keringat di malam
hari
2.5 Diagnosa
7
pemeriksaan histopatologis, immunophenotyping, dan pemeriksaan
sitogenetik untuk menegakkannya.
Bila pasien terdapat efusi pleura atau ascites, pemeriksaan sitologi dan
immunophenotyping dapat dilakukan. Pemeriksaan pretreatment yang lain
hitung jenis, tes funsi hati dan ginjal, serum asam urat, Ca, Phospor, LDH,
dan elektrolit. Juga diperlukan pemeriksaan X-ray Thorax dan CT-scan
abdominal atau thorak, sidik tulang, dan galium scan, pemeriksaan LCS
(liquor cerebrospinalis) untuk evaluasi. Dalam hal ini tidak seperti Hodgkin’s
disease tidak diperlukan staging laparotomy.
2.6 Terapi
8
Terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah biasanya akan
memperpanjang harapan hidup penderita sampai 2-5 tahun, sedangkan pada
limfoma tingkat tinggi hanya 6 bulan sampai 1 tahun.
Hanya pada pasien dengan tumor kepala dan leher diberikan terapi
intrathecal sebagai profilaksis. Untuk anak dengan LBLs lanjut (stage III)
diberikan 10-drug program (LSA2L2) dengan hasil 76% relapse free survival.
Regimen ini tidak efektif untuk tumor sel B limfoma. (28% relapse free
survival). Penggunaan COMP (cyclophospamide, vincristine, metotrexate dan
prednisone), dimana tidak efektif untuk LBL, memperbaiki relapse free
survival pada limfoma cell B sampai 57%.
9
menempel pada sel-sel limfoma dan melepaskan bahan racunnya, yang
selanjutnya akan membunuh sel-sel limfooma tersebut.
10
- Prednison 60mg/ po selama 5 hari (minggu ke-0, 4, 8,
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Etiologi
3.2 Patofisiologi
12
3. Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan.
4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai.
5. Pemeriksaan hispatologis tumor sesuai dengan LNH.
3.4 Pengkajian
1. Pernafasan.
Gejala :
Dispnea pada saat aktivitas atau istirahat, nyeri dada
13
Tanda :
a. Dispnea, takipnea.
b. Batuk nonproduktif.
c. Tanda – tanda distress pernafasan (frekuensi dan kedalaman
pernafasan meningkat, penggunaan otot bantu pernafasan, stridor,
sianosis).
d. Parau (paralisis laryngeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe
saraf laryngeal).
2. Sirkulasi.
Gejala :
Palpitasi, nyeri dada.
Tanda :
a. Takikardia, disritmia.
b. Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran
kelenjar limfe (jarang terjadi).
c. Ikterus sklera / umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus
empedu ( tanda lanjut).
d. Pucat ( anemia ), diaphoresis, dan keringat malam.
3. Neurosensori.
Gejala :
a. Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar
saraf oleh pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal, dan pleksus
sacral.
b. Kelemahan otot, parastesi.
Tanda :
a. Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian terhadap
keadaan sekitar.
b. Paraplegia (kompresi batang spinal,keterlibatan diskus intervertebralis,
kompresi suplai darah terhadap batang spinal).
14
4. Nyeri dan kenyamanan.
Gejala :
Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung ( kompresi vertebral ), nyeri tulang
(keterlibatan tulang limfomatus).
Tanda :
Fokus pada diri sendiri, perilaku hati – hati.
5. Keamanan
Gejala :
a. Riwayat infeksi(sering terjadi) karena abnormalitas system imun
seperti infeksi herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi
bacterial.
b. Riwayat ulkus / perforasi / perdarahan gaster.
c. Demam Pel Ebstein ( peningkatan suhu malam hari sampai beberapa
minggu ), diikuti demam menetap dan keringat malam tanpa
menggigil.
d. Integritas kulit: kemerahan, pruritus umum dan vitiligo
(hipopigmentasi).
Tanda :
a. Demam, menetap dengan etiologi yang tidak dapat dijelaskan, tanpa
gejala inpeksi.
b. Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak / membesar
terytama kelenjar limfe servikal ( kiri>kanan), nodus aksila dan
mediastinum.
c. Pembesaran tonsil.
d. Pruritus umum.
e. Sebagian area kehilangan melanin ( vitiligo ).
6. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
15
b. Riwayat obstruksi usus, syndrome malabsorbsi (infiltrasi kelenjar
limfe retroperitoneal).
Tanda :
a. Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali.
b. Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali.
c. Penurunan keluaran urine, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretral, gagal ginjal).
d. Disfungsi usus dan kandung kemih ( kompresi spinal cord pada gejala
lanjut).
16
3.5 Pemeriksaan Diagnostik
Eritrosit
Foto toraks, vertebrata, Dilakukan untuk area yang terkena dan membantu
ekstremitas proksimal, serta penetapan stadium penyakit
nyeri tekan pada area pelvis
17
CT Scan dada, abdominal, Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan
tulang memastikan keterlibatan nodus limfe mediatinum,
abdominal, dan keterlibatan tulanh
Jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi secret pada jalan
nafas sekunder dari obstruksi trakeo bronchial akibat pembesaran kelenjar limfe
18
servikal, mediastinum
kriteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang, tidak ada penggunaan otot
aksesori, tidak terdengar bunyi nafas tambahan
INTERVENSI RASIONAL
Observasi distensi vena leher, nyeri Pasien LNH dengan sindrom vena cava
kepala, pusing, edema preorbital, superior dan obstruksi jalan nafas
dispnea, stridor menunjukan kedaruratan onkologis
Nyeri akut yang berhubungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian anti agen antin leukemia, peningkatan produksi
19
asam laktat jaringan local
kriteria : secara subjektif pasien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda – tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak gterjadi
penurunan perfusi perifer
INTERVENSI RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku pasien karena
intensitas serta lama dan nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
penyebarannya
20
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
kriteria : pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor resiko yang dapat
dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
21
Monitor TTV Adanya infeksi akan bermanifestasi
pada perubahan TTV. Demam atau
hipotermi mungkin mengindikasikan
munculnya infeksi pada pasien
granulositopenik
Kaji dan catat factor yang Menjadi data dasar dan meminimalkan
meningkatkan risiko infeksi resiko infeksi
Laporkan bila ada perubahan tanda vital Perubahan tanda vital memungkinkan
tanda terjadinya sepsis, terutama
peningkatan suhu tubuh
22
Yakinkan pasien dan keluarganya Granulositopenia dapat menetap 6 -12
bahwa peningkatan kerentanan pada minggu. Pengertian tentang sifat
infeksi hanya sementara sementara granulositopenia dapat
membantu mencegah kecemasan pasien
dan keluarganya
Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah
INTERVENSI RASIONAL
Dukung mekanisme koping positif Sejak masa kanak kanak, pasien dibantu
23
untuk menerima dirinya sendiri dan
penyakitnya serta mengidentifikasi
aspek positif darin kehidupan mereka.
Mereka harus didorong untuk merasa
berarti dan tetap mandiri dengan
mencegah gtrauma yang dapat
menyebabkan episode perdarahan akut
dan mengganggu kegiatan normal
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau
perubahan kesehatan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal / nonverbal menunjukkan
kecemasan. Damping pasien, dan rasa agitasi, marah dan gelisah
24
lakukan tindakan bila menunjukka
perilaku merusak
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekatnya perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman – teman yang dipilih pasien
melayani aktivitas dan pengalihan
25
indikasi contohnya diazepam menurunkan kecemasan
3.8 Evaluasi
3.9 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Limfoma non-Hodgkin sebagai berikut:
1. Akibat langsung penyakitnya
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan napas, usus, dan saraf.
b. Mudah terjadi infeksi.
2. Akibat efek samping pengobatan biasanya terjadi aplasia sumsum tulang,
gagal jantung, gagal ginjal, serta neuritis oleh obat vinkristin.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limfoma non-Hodgkin (LNH) atau non-Hodgkin lymphomas (NHL)
adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai
keganasan jaringan limfoid yang dapat berasal dari limfosit T dan limfosit B
berupa proliferasiklonal yang terdapat pada berbagai tingkat tumor. Penyebab
LNH belum jelas diketahui. Ditinjau dari beratnya penyakit, dari derajat
keganasan yang rendah sampai derajat keganasan tinggi, hampir semua NHL yang
terjadi pada anak-anak dengan derajat keganasan tinggi.
WHO mengklasifikasikan NHL menjadi fenotipe dan diferensiasi. Atas
dasar respon klinis terhadap pengobatan, NHL masa kanak-kanak digolongkan
menjadi Mature B-cell NHL, Limfoma limfoblastik dan Anasplastic large cell
lymphoma (AICI).
Gejala klinis dapat berupa gangguan pernafasan, pembengkakan wajah,
hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai,
penurunan berat badan, diare, malabsorpsi, efusi pleura, demam, keringat
dimalam hari, anemia dan mudah terinfeksi oleh bakteri. Terapi NHL tergantung
histologi, stage, dan immunophenotype. Kolaborasi pemberian terapi dapat berupa
analgetik, kemoterapi dan radiasi.
3.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28