Abstrak— Minyak pelumas atau oli kompresor pada sistem AC pelumas atau oli kompresor pada sistem AC berguna untuk
berguna untuk melumasi bagian-bagian kompresor agar tidak melumasi bagian-bagian kompresor agar tidak cepat aus
cepat aus karena gesekan. S elain untuk mengurangi dan karena gesekan.
memperkecil gesekan dan keausan diantara permukaan- Selain untuk mengurangi dan memperkecil gesekan dan
permukaan mesin yang bergerak, pelumas juga berperan untuk
keausan diantara permukaan-permukaan mesin yang
menyerap panas yang timbul karena gesekan antara komponen-
komponen mesin, hal ini membuat komponen mesin terhindar
bergerak, pelumas juga berperan untuk menyerap panas yang
dari overheating atau panas berlebih. Akan tetapi ada timbul karena gesekan antara komponen-komponen mesin,
kemungkinan performansi kompresor dapat bekerja dengan hal ini membuat komponen mesin terhindar dari overheating
baik dengan oli kompresor yang memiliki viskositas yang stabil. atau panas berlebih. Akan tetapi ada kemungkinan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain performansi kompresor dapat bekerja dengan baik dengan oli
AC split, refrigeran jenis terhidrogenasi chlrofluokarbon, kompresor yang memiliki viskositas yang stabil. Viskositas
pelumas jenis mineral oil. AC split yang tersusun dari sebuah merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
indoor unit dan outdoor unit dirangkai dengan TXV kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas
(thermostatic expansion valve), inverter, serta alat ukur berupa
fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan
flowmeter, termokopel, dan pressure gauge. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan variasi putaran evaporator juga semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
fan (low, medium, high), pengguanaan oli seri 3GS , 4GS dan tersebut.
5GS . Pada setiap variasi, pengambilan data dilakukan selama 1
jam dengan interval 5 menit. Hasil yang didapatkan dari studi
eksperimen pengaruh viskositas pelumas terhadap performansi II. URAIAN PENELITIAN
compressor refrigeration, dengan penggunaan viskositas A. Sistem Refrigerasi
100cS t(5GS ) efisiensi kompresor yang dihasilkan pada beban
high mencapai 73.6% dan nilai tesebut lebih besar jika Refrigerasi adalah suatu proses pengambilan panas dengan
dibandingkan dengan kedua viskositas 55cS t(4GS ) dan cara memasukkan kerja ke dalam sistem (sistem refrigerasi)
30cS t(3GS ), yaitu 72.1% dan 70.3% pada pada kondisi beban untuk mengambil panas dari suatu lingkungan lain untuk
high. Penggunaan viskositas yang lebih tinggi, menghasilkan mendapatkan suatu kondisi yang diinginkan dan terus
efisiensi kompresor yang lebih besar sehingga mempengaruhi mempertahankannya. Proses ini diterapkan pada mesin -
kerja kompresor. mesin refrigerasi, salah satu contoh mesin refrigerasi adalah
pengkondisi udara (air conditioner atau AC) untuk ruangan
Kata Kunci—S istem Pengkondisian Udara, Viskositas,
Refrigerant, COP, Kompresor. [1]. Pada AC proses refrigerasi diterapkan untuk mengamb il
panas dari udara ruangan guna mendapatkan kondisi
(temperatur udara ruangan) seperti yang diinginkan. Terdapat
I. PENDAHULUAN beberapa jenis mesin refrigerasi yaitu mesin refrigeras i
absorbsi, mesin refrigerasi siklus udara, mesin refrigeras i
K OMPRESOR adalah alat untuk memompa bahan
pendingin (refrigeran) agar tetap bersirkulasi di dalam
sistem. Performansi kompresor gas refrigeran yang menurun
kompresi uap dan beberapa jenis mesin refrigerasi lain yang
tidak terlalu umum digunakan. Tiap jenis mesin refrigeras i
dapat menjadi kendala besar untuk mencapai kinerja. tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri dan
Permasalahan yang terjadi pada sebuah kompresor AC yang yang paling banyak dan sering digunakan untuk mesin
melewati umur produktif biasanya adalah ketidakmampu an pendingin adalah jenis kompresi uap karena komponen -
untuk memampatkan gas refrigerant atau freon AC yang komponen yang digunakan lebih sederhana dibandingkan
ditandai dengan keausan pada torak. Keausan yang terjadi dengan mesin refrigerasi lainnya [2].
pada kompresor biasanya pada piston ini ditandai dengan B. Persamaan Sistem Refrigerasi
tidak dinginnya evaporator, arus kecil, tekanan freon pada
Dalam mencari nilai kalor kondensasi, nilai kapasitas
pipa tekan dan pipa hisap tidak jauh berbeda. Karat dapat
kalor, nilai heat rejection ratio, daya kompresor yang
terjadi pada body kmpresor dan dapat menimbukan bocor
digunakan, dan COP digunakan formulasi sebagai berikut [3].
pada kompresor. Permasalahan tersebut adalah salah satu
𝑄̇𝐶 = 𝑚̇ (ℎ2 − ℎ3 ) (1)
penyebab utama turunnya perfomansi pada kompresor.
Keausan pada komponen-komponen kompresor dapat
Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari ruangan.
diperkecil dengan memberikan pelumas yang tepat, meliput i
Dan dapat dicari dengan formulasi sebagai berikut.
sistem pelumasan dan kualitas dari pelumasnya. Bagian -
bagian dari mesin kompresor yang bergerak relatif satu sama 𝑄̇ 𝑒 = 𝑚̇ (ℎ1 − ℎ4 ) (2)
lain dan saling bergesekan membutuhkan pelumas agar
gesekan yang ditimbulkan menjadi lebih kecil. Minyak
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B124
Laju perpindahan panas dalam sistem dinyatakan sebagai Kompresor mesin refrigerasi dapat dikelompokkan
Heat Rejection Rasio ( HRR). berdasarkan gerakan rotor dan berdasarkan letak motor -
𝑄̇𝑐 kompresor. Jenis kompresor berdasarkan gerak rotor adalah:
𝐻𝑅𝑅 = (3) 1. Kompresor perpindahan positif (positive
𝑄̇𝑒
displacement):
Pada sistem refigerasi, besarnya kerja kompresor total didap
a) Kompresor torak (reciprocating)
at dengan formulasi
b) Kompresor rotary, seperti: kompresor ulir
𝑊̇𝑐 = 𝑚̇ (ℎ̇ 2 − ℎ1 ) (4)
(screw), kompresor roller, dan kompresor
bilah sudu (vane).
Koefisien kinerja (COP) didapat : 2. Kompresor sentrifugal Jenis kompresor berdasarkan
𝑄̇ 𝑒 letak motor dan kompresor adalah:
𝐶𝑂𝑃 = (5)
1. Kompresor tipe terbuka (open type
𝑊̇𝑐
compressor)
C. Penelitian Terdahulu 2. Kompresor hermetic
Dalam penelitian terdahulu yang menguji tentang 3. Kompresor semi hermetic.
ketahanan kompresor dan pengujian karakteristik kombinas i
F. Metode Pelumasan
penggunaan refrigerant dan pelumas pada suatu mesin
pendingin. Dari hasil penilitian dapat dilihat bahwa COP Metode pelumasan pada kompresor merupakan hal yang
pada kombinasi HCR-22 dengan pelumas viskositas 46 sangat dipengaruhi dengan jenis dan ukuran dari kompresor,
cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan kombinas i namun secara garis besar pelumasan terhadap kompresor
refrigeran HCR-22 dengan viskositas lainnya. Dari grafik dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu pelumasan
terlihat bahwa nilai COP dari kombinasi HCR 22 – 46, dengan metode percikan (splash) dan dengan metode paksaan
cenderung berada dibawah dari nilai COP HCR 22 – 68 dan (forced feed). Meskipun biasanya pelumasan dengan metode
22 – 100, serta nilainya cenderung berdekatan dengan COP paksaan sering ditemukan pada banyak kompresor dengan
HCR 22 – 32. Oleh karena itu dari grafik perbandingan ukuran kecil, namun ada sebagian aturan umum yang secara
tersebut dapat kita simpulkan bahwa dari segi performa atau teknis mengatakan bahwa banyak kompresor dengan ukuran
unjuk kerja, kombinasi HCR 22 – 68 memiliki performa yang kecil, kompresor vertikal dan kompresor jenis terbuka dengan
paling baik diikuti oleh HCR 22 – 100 lalu untuk HCR 22 – input power sampai dengan kira-kira 10 kW menggunakan
46 dan HCR 22 – 32 memiliki performa yang cenderung pelumasan dengan metode percikan. Sedangkan untuk
berada dibawah performa dua kombinasi sebelumnya[5]. kompresor dengan ukuran lebih dari ukuran tersebut bekerja
dengan pelumasan metode paksaan. Dan tak jarang
kombinasi dari kedua metode menjadi pilihan untuk
PERBANDINGAN COP HCR-22 TERHADAP VARIASI
PELUMAS KOMPEN VISKOSITAS 32, 46, 68 DAN 100
melumasi suatu jenis kompresor.
3,25
G. Kelarutan Refigeran Dengan Pelumas (Oil Miscibility)
3,00 Seperti yang telah dijelaskan pada hubungan antara
COP HCR 22/VG 32
2,75
COP HCR 22/VG 46 pelumas dan refrigeran, salah satu sifat dari banyak sifat yang
COP HCR 22/VG 68
diperlukan untuk pemilihan refrigeran adalah
COP
0.72
dapat memberikan pelumasan dengan baik, 5GS
pada suhu pengembunan dan penguapan. 0.71
4GS
9. Tidak berbusa karena jika berbusa minyak 0.70
dapat terbawa oleh bahan pendingin masuk ke 3GS
0.69
saluran discharge kompresor. Jika terlalu
LOW MED HIGH
banyak dapat menyebabkan kerusakan katup
Beban Evaporator
kompresor.
10. Mempunyai viscosity pada 100 °F (37,8 °C)
Gambar 4. Grafik efisiensi isentropis kompresor sebagai fungsi beban
antara 100-300 SUS atau berkisar antara 23-63 evaporator.
cSt.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B126
Dari gambar 4 Peningkatan beban evaporator Dari Gambar 6 panas yang diserap oleh refrigeran di
menyebabkan kompresor perlu bekerja lebih berat akibat evaporator dan daya yang diberikan ke kompresor, maka
kebutuhan refrigerasi yang meningkat. Dengan demikian , besarnya panas yang dikeluarkan oleh refrigeran melalu i
peningkatan beban evaporator berbanding lurus dengan kondensor sebanding dengan nilai panas yang diserap oleh
peningkatan kerja kompresor, baik secara isentropis maupun refrigeran di evaporator ditambah dengan kerja yang
aktual. Walaupun demikian, kenaikan kerja kompresor aktual diberikan ke kompresor. Oleh karena itu, tren grafik yang
(politropik) tidak sebanding dengan kenaikan kerja ditunjukkan pada gambar 6, grafik kapasitas kondensor
kompresor ideal (isentropik) mengakibatkan kenaikan fungsi beban evaporator akan menyerupai tren grafik yang
efisiensi isentropis kompresor ditunjukkan oleh grafik kapasitas evaporator fungsi beban
evaporator. Laju alir massa yang dikeluarkan juga akan tetap,
Grafik Q evaporator fungsi beban sehingga nilai panas yang diserap refrigeran (Q evaporator )
dan nilai panas yang dikeluarkan refrigeran (Q kondensor )
3.40 juga akan bernilai tetap.
Q evaporator (kW)
3.20
5 GS
3.00
Grafik COP aktual fungsi beban
4 GS
4.50
2.80 3 GS 4.30
LOW MED HIGH 4.10
COP
5 GS
Beban Evaporator 3.90
3.70 4 GS
Gambar 5. Grafik kapasitas evaporator sebagai fungsi beban evaporator.
3.50 3 GS
LOW MED HIGH
Dari Gambar 5 Grafik tersebut menunjukkan tren grafik
yang naik. Penggunaan oli pelumas dengan nilai viskositas Beban Evaporator
30cSt(3GS), 55cSt(4GS) dan 100cSt(5GS) pada suhu 40o C,
menyebabkan peningkatan kapasitas evaporator pada Gambar 7. Grafik COP sebagai fungsi beban evaporator.
masing-masing beban evaporator. Jika ditinjau pada masing-
masing variasi viskositas pelumas , peningkatan beban Gambar 7 menunjukkan Coefficient of Performance ( COP
evaporator menyebabkan peningkatan kapasitas evaporator ). Grafik tersebut menunjukkan tren grafik yang naik.
pada pelumas 4GS,5GS dan 3GS. Nilai Q̇ evp tertinggi sebesar Penggunaan oli pelumas dengan nilai viskositas 30cSt(3GS),
55cSt(4GS) dan 100cSt(5GS) pada suhu 40o C menyebabkan
3.31 kW dihasilkan pada beban high dengan viskositas
peningkatan COP pada masing-masing beban evaporator.
pelumas 55cSt(4GS), sedangkan nilai Q̇ evp terendah sebesar Jika ditinjau pada masing-masing variasi viskositas pelumas,
2.85 kW dihasilkan pada beban low dengan viskositas peningkatan beban evaporator menyebabkan peningkatan
pelumas 30cSt(3GS). Pengaruh penggunaan viskositas COP pada oli pelumas 5GS,3GS dan 4GS. Nilai COP
pelumas yang berbeda paling signifikan terhadap tertinggi sebesar 4.29 dihasilkan pada beban high dengan
peningkatan kapasitas evaporator terjadi pada beban high viskositas pelumas100cSt(5GS), sedangkan nilai COP
dengan viskositas pelumas seri 55cSt(4GS), yaitu sebesar terendah sebesar 3.62 dihasilkan pada beban low dengan
7.8% terjadi peningkatan kapasitas evaporator. Kapasitas viskositas pelumas 55cSt(4GS). Pengaruh penggunaan
evaporator merupakan kemampuan evaporator untuk viskositas pelumas yang berbeda paling signifikan terhadap
memberikan efek refrigerasi terhadap refrigerant. Tinggi peningkatan kapasitas evaporator terjadi pada beban high
rendahnya kapasitas refrigerasi dipengaruhi oleh kemampuan dengan viskositas pelumas 100cSt(5GS), yaitu sebesar
evaporator dalam menyerap kalor dari lingkungannya, 12.3%. Hal ini sesuai dengan rumus yang menunjukkan
semakin tinggi penyerapan suhunya maka semakin tinggi bahwa COP merupakan perbandingan antara besarnya panas
juga kapasitasnya. Dengan demikian, udara yang yang diserap oleh refrijeran di evaporator dengan daya input
dihembuskan keluar dari evaporator semakin dingin. yang kita berikan ke kompresor. Baik pada grafik Q
evaporator maupun grafik W kerja kompresor, tren yang
terjadi adalah naik
Grafik Q kondensor fungsi beban
4.30
4.20
Grafik HRR fungsi beban
Q kondensor (kW)
4.10 1.28
4.00
1.27
3.90 5 GS
3.80 1.26
HRR
4 GS 5 GS
3.70 1.25
3.60 3 GS 4 GS
1.24
3.50 3 GS
LOW MED HIGH 1.23
Beban Evaporator LOW MED HIGH
Beban Evaporator
Gambar 6. Grafik kapasitas kondensor sebagai fungsi beban evaporator.
Gambar 8. Grafik HRR sebagai fungsi beban evaporator.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B127