TITRASI NITRIMETRI apt. Mistriyani, S.Farm., M.Sc Oleh : CICI FARADITA SULI O1A120076 KELAS B 03 REVIEW JURNAL Identitas jurnal
Judul Jurnal Analisis Kuantitatif Bahan
Baku Sulfanilamid dengan Metode Titrasi Nitrimetri
Penulis Maura Syafa Islami
Reviewer Cici Faradita Suli
Tanggal 4 Juli 2021
Tujuan Penelitian Untuk menetapkan kadar sulfanilamid dengan menggunakan metode
nitrimetri
Metode Penelitian Metode nitrimetri
Subjek Penelitian Sulfanilamid
Pendahuluan
Sulfanilamid merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Agar dapat memberikan efektifitas yang baik, perlu diketahui kemurnian bahan baku zat aktifnya sehingga kadar zat aktif dalam suatu sediaan dapat diketahui secara pasti. Penetapan kemurnian bahan baku sulfanilamid secara konvensional dapat dilakukan dengan metode nitrimetri yang menggunakan prinsip reaksi diazotasi dan senyawa NaNO2 yang dibakukan dengan asam sulfanilat sebagai pentiter, dan KBr sebagai katalisator. Hasil Penelitian
Hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan
indikator luar, yaitu pasta kanji iodida yang akan digunakan pada penetapan kadar sampel sulfanilamid. Pasta kanji iodida harus dibuat segar karena indikator ini mudah terdegradasi atau mudah rusak akibat cahaya matahari, oksigen, bakteri, dll. Sehingga pasta kanji iodida ini sebaiknya diletakkan di dalam botol kaca berwarna gelap. Prosedur selanjutnya adalah pembakuan NaNO2 dengan menggunakan asam sulfanilat. Asam sulfanilat dapat digunakan untuk proses pembakuan karena memiliki amina aromatik primer yang dapat bereaksi membentuk garam diazonium dengan NaNO2. Asam sulfanilat pertama-tama ditambahkan terlebih dahulu dengan HCl dan aquades untuk melarutkan sekaligus menurunkan pHnya agar garam diazonium dapat terbentuk saat proses titrasi. Mekanisme terbentuknya garam diazonium menurut Johnson (1999) adalah: Pada reaksi diazotasi, amina aromatik primer bertindak sebagai nukleofil yang bereaksi dengan ion nitrosonium (+N=O) yang terbentuk dalam larutan HCl dan NaNO2, seperti reaksi berikut: Sebelum titrasi, larutan dalam erlenmeyer harus diuji dulu pH nya untuk memastikan keasamannya agar tidak melebihi range indikator yang digunakan (tropeolin oo, 1.3- 3.2). Warna larutan asam sulfanilat sebelum dititrasi adalah ungu kehitaman (campuran warna merah tropeolin oo dengan metilen blue) dan berubah menjadi hijau kebiruan setelah titrasi (campuran warna kuning tropeolin oo dengan metilen blue). Titrasi nitrimetri hanya dapat dilakukan jika senyawa uji merupakan amina aromatik primer. Hal ini dikarenakan pada proses pembentukan garam diazonium, dua atom hidrogen yang terikat pada N akan terlepas (Johnson, 1999), sedangkan pada amina aromarik sekunder, salah satu atom H- nya telah tersubstitusi dengan gugus lain yang ikatannya akan jauh lebih kuat daripada ikatan H. Akibatnya, gugus ini akan sulit untuk dilepaskan dan pembentukan garam diazonium pun tidak dapat terlaksana. Sulfanilamid merupakan senyawa amina aromatik primer, sehingga dapat langsung dilaksanakan prosedur nitrimetri. Pada penetapan kadar sulfanilamid kali ini digunakan indikator amilum-iodida yang dapat mendeteksi oksidator kuat seperti nitrit. Nitrit akan mengoksidasi KI membentuk iodine yang akan bereaksi dengan amilum membentuk kompleks biru-violet. Kesimpulan
Penetapan kadar sulfanilamid dengan metode nitrimetri, yaitu menggunakan
NaNO2 yang dibakukan dengan asam sulfanilat sebagai pentiter. Dari hasil penetapan diketahui bahwa kadar sulfanilamid adalah 3,376%. Thanks!