Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Kimia Analisa

NITRIMETRI

disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Kimia Analisa

OLEH:

MAULIDAINI
1908109010002

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kimia analisis mencakup analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
secara kualitatif menunjukkan keberadaan suatu zat atau unsur tertentu dalam suatu
sampel, sedangkan analisis secara kuantitatif menyatakan jumlah suatu zat atau unsur
dalam sampel. Sekarang banyak industri yang memproduksi bahan-bahan zat kimia,
industri-industri itu sering mengalami kesalahan dalam memproduksi. Seperti tidak
sesuainya kadar sebenarnya dengan kadar yang dicantumkan baik kadarnya bisa lebih
kecil ataupun lebih rendah. Banyak zat yang dapat di analisis secara volumetri, misalnya
salah satu caranya yaitu dengan melakukan titrasi menggunakan prinsip Nitrimetri yang
termasuk golongan volumetri, titrasi adalah proses penambahan larutan standar sampai
reaksi tepat lengkap.
Nitritimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium. Garam diazonium ini terbentuk dari hasil reaksi antara
senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu dibawah 150C dalam
senyawa asam. Titrasi diazonium berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari
gugus aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, asam nitrit ini diperoleh
dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. Senyawa – senyawa yang
dapat ditentukan dengan metode nitritimetri adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin, dan
sulfanilamid, senyawa-senyawa ini di dalam dunia farmasi sangat berguna seperti
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Reaksi diazotasi telah digunakan
secara umum untuk penentapan gugus amino aromatis dalam industri zat warna dan
dapat dipakai untuk penetapan silfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amino aromatis.
Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk penetapan kadar senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti sulfanilamid. Penetapan kadar
senyawa yang mana gugus amin aromatik terikat dengan gugus lain serta suksinil
silfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada penentuan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatik yang terikat pada gugus lain seperti suksinil sulfatiazol
harus dihidrolisis terlebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk
selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Kemudian pada reaksi yang terjadi pada analisis suksinil silfatiazol. Serta
Senyawa yang mempunyai senyawa nitro aromatis seperti kloramfenikol.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini yaitu:
a. Untuk mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metode nitrimetri.
b. Untuk mengetahui dan memahami penerapan metode nitrimetri dalam bidang
farmasi.
c. Untuk mampu menetapkan kadar senyawa obat berdasarkan metode nitrimetri.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-


senyawa organik, khususnya untuk persenyawaanamina primer. Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam
suasana asam menbentuk garam diazonium. Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri
yang berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu
terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis
bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan
pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan
dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium
nitrit dengan suatu asam (Harmita, 2006).
Prinsip yang digunakan pada titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yang
merupakan reaksi pada amina aromatik primer dengan asam nitrit (HNO2) dan
menghasilkan garam diazonium. Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri
yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan mengunakan larutan baku
natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis
dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan semua
senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis. Senyawa-senyawa yang
dapat ditentukan dengan metode nitritmetri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine,
sulfanilamide. Tujuan Titrasi Nitrimetri adalah untuk Memperoleh molaritas larutan
baku NaNO2-, serta Menetapkan kadar zat dalam sampel secara nitrimetri (Johnson,
1999).
Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa
bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan
alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan M
(molaritas) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya. Pada titrasi diazotasi,
penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam dan
secara potensiometri. Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat
pula menggunakan kertas kanji-iodida, ketika larutan digoreskan pada pasta/kertas,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan dengan
adanya kanji/ amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini
peka terhadap kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Titik akhir
titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida
atau kertas kanji iodida akan terbentuk warna biru sebab warna biru juga terbentuk
beberapa saat setelah dibiarkan di udara (Ibnu dan Abdul, 2007).
Reaksi antara amina aromatik primer dengan natrium nitrit dalam suasana asam
dapat berjalan kuantitatif dan garam diazonium yang terbentuk larut dalam air. Titik
akhir titrasi ditandai oleh kelebihan natium nitrit yang dapat ditentukan dengan dua cara
yang utama, yang pertama ialah pemakaian indikator luar yang mana dapat dipakai kanji
KI atau pasta kanji KI yang akan memberikan warna biru kalau nitrit berlebih, ion
triiodida akan memberikan warna biru pada kertas kanji atau pasta kanji. Penetapan
kadar amina aromatik primer secara nitrimetri memakai indikator luar adalah merupakan
cara yang paling umum. Yang kedua adalah pemakaian indikator luar, yaitu memerlukan
indikator campur Treopelin OO dan Biru Metilen. Dalam suasana asam treopelin OO
berwarna merah dan biru metilen berwarna biru, kalau terdapat natrium nitrit berlebih
maka warna treopelin OO akan berubah menjadi kuning. Pemilihan indikator yang
cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain,
potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari
pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung
(Anonim, 1979).
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu,
yang pertama ialah reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi
yang tidak terjadi transfer/perpindahan elektron. Yang kedua ialah reaksi yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi transfer/ perpindahan
elektron. Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi antara lain, pertama ialah
pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic
sekuder dan gugus nitro aromatik). Kedua ialah pembentukan senyawa nitrosamine dari
amin alifatik sekunder serta pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida dan
pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam. Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga
agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat (Suadjadi, 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan, buret, statif dan
klem, gelas piala, gelas ukur, pipet volume, labu ukur, erlenmeyer, batang pengaduk,
spatula, kaca arloji, botol semprot dan pipet tetes.
Bahan bahan yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah asam sulfanilat
(C6H7NO3S), natrium bikarbonat (NaHCO₃), aquadest, es batu, larutan natrium nitrit
(NaNO2), kertas kanji iodida, sulfadiazine (C10H10N4O2S), dan HCl pekat.

3.2 KONSTANTA FISIK DAN TINJAUAN KEAMANAN


Tabel 3.2 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
Berat
No Titik Titik Tinjauan
Bahan Molekul
. Didih (0C) Leleh (0C) Keamanan
(g/mol)
1. C6H7NO3S 173.2 300 288 Iritan
2. NaHCO₃ 84.01 70 60 Iritan
3. NaNO2 68.99 320 271 Beracun
4. HCl 361 110 -27.32 Korosif
5. C10H10N4O2S 250.28 512 252 -
6. Aquadest 18 100 0 Aman

3.3 CARA KERJA


3.3.1 Pembakuan larutan NaNO2 0,1 M
Langkah pertama, ditimbang asam sulfonilat sebanyak 400 mg secara seksama
pada timbangan analitik. Lalu, ditimbang natrium bikarbonat sebanyak 200 mg pada
timbangan analitik. Kemudian, dilarutkan asam sulfonilat dan natrium bikarbonat
dengan aquadest sebanyak 100 mL. selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl pekat ke
dalam larutan sampel. Lalu, didinginkan larutan sampel dalam erlenmeyer hingga suhu
di bawah 150C yaitu dengan cara memberikan es batu kedalam bejana yang nantinya
diletakkan erlenmeyer diatasnya. Kemudian, dititrasi larutan sampel dengan
menggunakan larutan natrium nitrit. Dititrasi perlahan-lahan sambil diaduk
menggunakan batang pengaduk. Lalu bila sudah mencapai/mendekati angka 21 mL atau
23 mL, selanjutnya larutan di dalam erlenmeyer digoreskan/ diteteskan dengan kertas
kanji iodida. Apabila sudah menunjukkan warna biru keunguan pada kertas kanji iodida,
maka menunjukkan larutan telah mengalami titik akhir titrasi. Serta didapatkan titik
akhir titrasi pada angka 20,5 mL.

3.3.2 Penetapan kadar sulfanilamid dalam sulfadiazine


Langkah pertama, ditimbang sulfadizine sebanyak 500 mg secara seksama pada
timbangan analitik. Lalu, dilarutkan sulfadizine dengan menggunakan aquadest
sebanyak 50 mL. kemudian, ditambahkan sebanyak 5 mL HCl pekat kedalam larutan
sampel. Lalu, didinginkan larutan sampel dalam erlenmeyer hingga suhu di bawah 15 0C
yaitu dengan cara memberikan es batu kedalam bejana yang nantinya diletakkan
erlenmeyer diatasnya. Kemudian, dititrasi larutan sampel dengan menggunakan larutan
natrium nitrit. Dititrasi perlahan-lahan sambil diaduk menggunakan batang pengaduk
(setiap 5 mL di cek larutan sampel). Selanjutnya larutan di dalam erlenmeyer
digoreskan/ diteteskan dengan kertas kanji iodida. Apabila sudah menunjukkan warna
biru keunguan pada kertas kanji iodida, maka menunjukkan larutan telah mengalami
titik akhir titrasi. Didapatkan volume titik akhir titrasi penetapan kadar sulfanilamid
yaitu sebesar 19.2 mL.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan


No. Perlakuan Hasil Pengamatan

C6H7NO3S + NaHCO₃ + H2O + HCl Pekat + Menghasilkan perubahan


Suhu di bawah 150C warna pada kertas kanji
1. NaNO2
iodida, yaitu berwarna
Dititrasi, lalu digores pada kertas kanji iodida
biru keunguan.

C10H10N4O2S + H2O + HCl pekat + Menghasilkan perubahan


Suhu di bawah 150C
NaNO2 warna pada kertas kanji
2.
Dititrasi, lalu digores pada kertas kanji iodida
iodida, yaitu berwarna
biru keunguan.

4.2 PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu cara yang di gunakan di dalam metode kimia untuk
dapat menentukan suatu konsentrasi dari suatu larutan yang di lakukan dengan cara
mereaksikan sejumlah volume dari larutan tersebut sejumlah volume lain yang dengan
konsentrasinya sudah lebih dahulu di ketahui. Metode titrasi Nitrimetri atau biasa
disebut dengan titrasi diazotasi yaitu metode penetapan kadar secara kualitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO₂. Nitritimetri merupakan cara analisa volumetri yang
berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium ini terbentuk
dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada
suhu dibawah 15 derajat Celcius dalam senyawa asam. Titrasi diazonium berdasarkan
pada pembentukan garam diazonium dari gugus aromatis bebas yang direaksikan dengan
asam nitrit, asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan
suatu asam. Karena asam nitrit tidak stabil, maka diganti dengan natrium nitrit yang
merupakan garam dari asam nitrit, sedangkan untuk membuat suasana asam digunakan
asam klorida. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
C6H5 . NH2 + NaNO2 + 2HCl → C6H5 . N2Cl + NaCl +2H2O 
Dengan persyaratan tertentu, reaksi diatas bersifat kuantitatif sehingga dapat
digunakan sebagai dasar penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus
amina aromatis primer bebas atau senyawa-senyawa yang dapat menghasilkan gugus
tersebut. Persyaratan tersebut antara lain suhu yang digunakan harus rendah (dibawah
15ºC), sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium yang terbentuk tidak stabil
dan akan terhidrolisis menjadi fenol dan gas nitrogen, disamping itu dikhawatirkan pada
suhu yang lebih tinggi asam nitrit akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak
stokiometri. Meskipun demikian, titrasi dapat dilakukan pada suhu kamar (sekitar 25ºC)
dan hasilnya tidak berbeda jika dibandingkan pada suhu yang lebih rendah (15ºC)
asalkan titrasi dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini mungkin disebabkan
terhidrolisanya garam diazonium yang terjadi pada suhu yang lebih tinggi (suhu kamar)
justru mengakibatkan reaksi diazotasi berlangsung lebih cepat.
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu pertama pembentukan
garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus
nitro aromatik). Kedua, pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder.
Contoh zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat. Ketiga,
pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus
hidrazida adalah INH. Keempat, pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena
sulitnya titrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam. Untuk
menentukan titik akhir titrasi nitrimetri dapat digunakan 2 macam indikator, yaitu
indikator dalam dan indikator luar. Indikator dalam Yaitu indikator yang digunakan
dengan cara memasukkan indikator tersebut ke dalam larutan yang akan dititrasi,
contohnya Tropeolin OO dan metilen Blue Indikator Luar yaitu indikator yang dipakai
tidak dengan memasukkan ke dalam larutan yang akan dititrasi contohnya pasta kanji
Iodida.
Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan yaitu, pembakuan larutan NaNO 2
0,1 M dan penetapan kadar sulfanilamid dalam sulfadiazine. Pada percobaan pertama
yaitu, pembakuan larutan NaNO2 0,1 M. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan
mencampurkan sampel asam sulfonilat dan natrium bikarbonat lalu dilarutkan dengan
100 mL aquadest. Selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl pekat ke dalam larutan sampel.
Lalu, didinginkan larutan sampel dalam erlenmeyer hingga suhu di bawah 150C yaitu
dengan cara memberikan es batu kedalam bejana yang nantinya diletakkan erlenmeyer
diatasnya. Kemudian, dititrasi larutan sampel dengan menggunakan larutan natrium
nitrit. selanjutnya larutan di dalam erlenmeyer digoreskan/ diteteskan dengan kertas
kanji iodida. Hasil akhir dari percobaan ini ialah menghasilkan warna biru keunguan
pada kertas kanji iodida, maka menunjukkan larutan sampel telah mengalami titik akhir
titrasi. Didapatkan titik akhir titrasi pada percobaan pembakuan larutan NaNO2 ini
sebesar 20,5 mL.
Pada praktikum ini, natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan
untuk penentuan kadar sulfanilamid, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan
asam sulfanilat (larutan primer). Titran yang digunakan adalah NaNO2 0.1 M yang
kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (HNO2). Titrasi
dilakukan di bawah suhu 150C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika
suhunya lebih tinggi akan terurai menjadi fenol dan natrium. Pada pecobaan ini,
digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Pada kertas kanji iodida akan terjadi
perubahan warna menjadi warna biru keunguan, dikarenakan iodida diubah menjadi
iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan
membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan
sampel. Ketika larutan digoreskan pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan
mengoksidasi iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan
warna ungu segera. Serta dari data pengamatan yang didapat hasil konsentrasi dari
NaNO2 sebesar 0.1 M. Berikut reaksinya :
2HI + 2HONO I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kertas kanji Kanji iodida (ungu)
Selanjutnya, pada percobaan kedua yaitu penetapan kadar sulfanilamid dalam
sulfadiazine. Langkah awal yang dilakukan adalah sampel sulfadiazin dilarutkan dengan
50 mL aquadest. Selanjutnya, ditambahkan 5 mL HCl pekat ke dalam larutan sampel.
Lalu, didinginkan larutan sampel dalam erlenmeyer hingga suhu di bawah 150C yaitu
dengan cara memberikan es batu kedalam bejana yang nantinya diletakkan erlenmeyer
diatasnya. Kemudian, dititrasi larutan sampel dengan menggunakan larutan natrium
nitrit. selanjutnya larutan di dalam erlenmeyer digoreskan/ diteteskan dengan kertas
kanji iodida. Hasil akhir dari percobaan ini ialah menghasilkan warna biru keunguan
pada kertas kanji iodida, maka menunjukkan larutan sampel telah mengalami titik akhir
titrasi. Didapatkan volume titik akhir titrasi penetapan kadar sulfanilamid yaitu sebesar
19.2 mL.
Digunakannya larutan HCl pada percobaan ini yaitu untuk membentuk suasana
asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder menjadi amina primer. Selanjutnya
larutan dititrasi dengan NaNO2 0.1 M pada suhu di bawah 150C. Reaksi dilakukan
dibawah 150C, disebabkan titrasi ini tidak dapat dilakukan dalam suhu tinggi. karena
pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen
serta hasilnya menjadi tidak akurat. Titrasi dihentikan ketika terbentuk warna ungu
segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Terjadinya warna biru keunguan
pada kertas kanji disebabkan oleh ikatan kalium iodida yang putus dan asam nitrat akan
mengikat amilum sehingga menimbulkan warna biru keunguan pada kertas kanji. Pada
percobaan ini, menggunakan indikator luar yaitu kertas kanji iodida dimana indikator
yang diletakkan di luar. Kelebihan dari indikator ini adalah perubahan warna terlihat
lebih jelas. Adapun kadar sulfanilamid yang diperoleh pada percobaan ini ialah sebesar
95%. Kadar ini sesuai dengan pustaka Farmakope Indonesia III yakni kadar sulfanilamid
tidak kurang dari 98%. Maka, berdasarkan hasil percobaan dengan metode titrasi
nitrimetri ini didapatkan kadar sulfanilamid sebesar 95 % . Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa sampel yang digunakan memenuhi syarat kemurnian sebagai obat.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri antara lain
golongan sulfonamida seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid. Senyawa-
senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamid sangat berguna
sebagai obat antimikroba. Selain senyawa-senyawa tersebut, pemanis buatan seperti
natrium siklamat bisa ditetapkan kadarnya menggunakan metode nitrimetri. Melihat
kegunaannya maka nitrimetri merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan
untuk menganalisis senyawa-senyawa tersebut.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini, antara lain :


1. Pada percobaan pembakuan larutan NaNO2, larutan asam sulfonilat dan natrium
bikarbonat yang ditambahkan dengan larutan HCl lalu dititrasi menggunakan
larutan natrium nitrit menghasilkan perubahan warna pada kertas kanji iodida, yaitu
berwarna biru keunguan.
2. Pada percobaan penetapan kadar sulfanilamid dalam sulfadiazine, larutan
sulfadiazine yang ditambahkan dengan larutan HCl lalu dititrasi menggunakan
larutan natrium nitrit menghasilkan perubahan warna pada kertas kanji iodida, yaitu
berwarna biru keunguan.
3. Pada percobaan pembakuan larutan NaNO2, didapatkan hasil konsentrasi dari
NaNO2 sebesar 0.1 M.
4. Pada percobaan penetapan kadar sulfanilamid dalam sulfadiazine, kadar
sulfanilamid dalam sulfadiaznine yang diperoleh pada percobaan ini ialah sebesar
95%.
5. Pada penentuan kadar sulfanilamid dengan metode titrasi nitrimetri ini didapatkan
kadar sulfanilamid sebesar 95 % . Kadar ini sesuai dengan pustaka Farmakope
Indonesia III yakni kadar sulfanilamid tidak kurang dari 98%. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa sampel yang digunakan memenuhi syarat kemurnian sebagai
obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Universitas
Indonesia Press, Bandung.

Ibnu Rohman & Abdul. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Johnson, A. W. (1999). Invitation to Organic Chemistry. Jones and Bartlett Publishers,


Massachusetts

Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


LAMPIRAN

1. Perhitungan Konsentrasi NaNO2


Diketahui : Massa asam sulfanilat = 400 mg
Volume NaNO2 = 20.5 mL
BM asam sulfonilat = 173
Ditanya : Konsentrasi NaNO2 = …..?
Jawab :

mg asam sulfanilat
Molaritas NaNO 2=
mL x BM asam sulfanilat

400 mg
Molaritas NaNO2=
20.5 mL x 173

Molaritas NaNO2=0.1 M

2. Perhitungan kadar sulfanilamid dalam sulfaniazin


Diketahui : Massa sulfaniazin = 506.7 mg
Volume NaNO2 = 19.2 mL
Molaritas NaNO2 = 0.1 M
Ditanya : kadar sulfanilamid = …..?
Jawab :

ml NaNO2 x M NaNO2 X 25.027


Kadar sulfanilamid= x 100 %
mg sampel x 0.1

19.2 mL x 0.1 M x 25.027


Kadar sulfanilamid=
506.7 mg x 0.1

Kadar sulfanilamid=94 ,833 %

Kadar sulfanilamid=95 %

Anda mungkin juga menyukai