Laporan Praktikum Imunoserologi yang berjudul “Pemeriksaan Tifoid Metode Tubex” yang disusun oleh:
Chrisma Lumban Tobing P07534021113
Fajrilla Santika P07534021117
Hardo Wijaya Limbong P07534021121
Indri P07534021122
Jessica Herlindawati Lase P07534021123
Lhauren Sabilla P07534021125
Medan, 24 Oktober 2023
Dosen Pembimbing Praktikum:
1. Sri Widia Ningsih, M.Si ( ) 2. Sri Bulan Nasution ST, M.Kes ( ) 3. Dian Pratiwi, M.Si ( ) 4. Digna Renny Panduwati, S.Si,M.Sc ( ) Praktikum XV
“Penentuan Kadar Sulfida dalam Air dengan Metode Nitrimetri”
I. Tujuan Praktikum Untuk menentukan kadar sulfanilamid dalam sulfadiazine dengan menggunakan metode nitrimetri.
II. Prinsip Kerja
Titrasi nitrimetri adalah salah satu jenis titrasi. Titrasi nitrimeti yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan standar natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. III. Landasan Teori Analisis kuantitatif adalah analisis Untuk mengetahui jumlah kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel (Harjadi, 1986). Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar senyawa senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa- senyawa anestetika lokal golongan asam amino benzoat (Rivai, 1995). Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO 2. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Firdaus, 2010). Dalam nitrimetri BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku di sering dinyatakan dengan M (molaritas) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Sudjadi, 2008). Pada titrasi diazotasi penentuan titik akhir dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri. Pertama indikator luar, yang digunakan adalah pasta kanji iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji iodida, ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji iodida ini peka terhadap kelebihan 0.05 sampai 0.10 mL natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit. (Gholib, 2009). Keuntungan dari indikator ini adalah terjadinya perubahan warna yang jelas, sedangkan kerugiannya adalah: (a). Pelaksanaan tidak praktis karena kita harus menggoreskan setiap kali penambahan titran. (b). Larutan yang dititer harus didinginkan. (c). Memerlukan reaksi orientasi untuk memperkirakan titik akhir titrasi (Wunas, 1986). Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gholib, 2009). Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar harus dikerahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titra yang dibutuhkan, maka sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun pelaksanaannya mudah tetapi seringkali untuk mengatasi hal ini, maka digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiomerti (Rivai, 1995). Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan elektrode kalomel platina yang dicelupkan ke dalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi elektoda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0.80 Volt sampai +0.90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup yang berwarna (Sudjadi, 2008). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Sudjadi, 2008). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi: (1). Suhu Titrasi, diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil. Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentuk mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. (2). Kecepatan reaksi, reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan seara perlahan- lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator. (Wunas, 1986). Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk: (a) Penetapan kadar senyawa- senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti sulfanilamid. (b) Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. (c). Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer (Rivai, 1995). IV. Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT Batang pengaduk Beaker glass 100mL(2), 250mL(1), 1000mL(1) Bunsen burner Buret 50ml Corong kaca Erlenmeyer 250 ml Filler Kaca arloji Kaki tiga Kawat asbes Klem buret Labu takar 100 ml Neraca analitik Pipet tetes Pipet ukur 5 ml Statif Thermometer Wadah es batu B. BAHAN Akuades Aluminium foil Es batu Kertas saring Kalium iodida Label Larutan HCl Natrium bikarbonat Natrium nitrit Pati/amilum Sampel tablet sulfadiazin Sulfadiazin CARA KERJA Bahan Berat Molekul Titik Didih Titik Leleh ( ) Tinjauan Keamanan No. (g/mol) ( ) 1. NaNO2 68.9953 320 271 Iritasi 2. NaHCO3 84,01 - 60 Mudah Terbakar 3. HCl 36,46 -27,32 110 Korosif 4. C6H8N2O2S 172.2 400.5 165.5 Aman 5. C6H7NO3S 173.19 172-187 288 Aman 6. C10H10N4O2S 250.3 512.6 263.8 Aman 7. H2O 18 100 0 Aman Pembakuan Larutan NaNO2 0.1 M Ditimbang 400 mg asam sulfanilat yang telah dikeringkan pada suhu kamar, lalu ditimbang natrium bikarbonat sebanyak 200 mg. Kemudian dicampurkan Asam Sulfanilat dengan Natrium Bikarbonat, ditambah akuades sebanyak 100 mL dan diaduk. Lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer, didinginkan hingga suhu dibawah 15 °C imasukkan larutan Natrium Nitrit kedalam buret hingga tanda batas 0, dititrasi dalam keadaan suhu dibawah 15 °C, pengadukan dibantu dengan batang pengaduk, lalu iteteskan dikertas kanji iodida saat hampir mencapai volume 23,0 mL, dihentikan titrasi jika kertas kanji iodida yang dioleskan berwarna biru, lalu dicatat volume titran yang diperlukan. Penentuan Kadar C6H8N2O2S dalam C10H10N4O2S Ditimbang 506,7 mg yang telah dikeringkan pada suhu 105°C selama 2 jam, dimasukkan kedalam gelas beaker dan ditambahkan 50 mL akuades , lalu ditambahkan 5 mL HCl pekat, diaduk sampai larut. Kemudian didinginkan hingga suhu < 15°C, lalu dititrasi perlahan dengan Natrium Nitrit sambil dogoyangkan kuat-kuat. Pengadukan dapat dibantu dengan batang pengaduk, lalu dihentikan titrasi jika batang pengaduk yang celupkan berwarna biru saat diteteskan pada kertas kanji iodide. Dicatat volume titran yang diperlukan. V. Hasil dan Pembahasan No. Reaksi Pengamatan Pembakuan Larutan NaNO2 T = < 15°C 1. C6H7NO3S + NaHCO3 + H2O A Larutan bening Larutan bening, menghasilkan warna dititrasi dengan NaNO A 2 B biru saat diteteskan ke kertas kanji iodida (VNaNO2 = 20.5 ml) Penentuan Kadar C6H8N2O2S dalam C10H10N4O2S 2. C10H10N4O2S + H2O + HCl T = < 15°C A Larutan bening Larutan bening, dititrasi dengan NaNO A 2 B menghasilkan warna biru saat diteteskan ke kertas kanji iodida (VNaNO2 = 19.2 ml)