Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA UMUM

IODOMETRI

Nama: Selvia Egalita Nabila


NPM: 23440028
Grup: G6
Dosen:
1. Hilmi Amanah A. C., M.Sc
2. Lestari W., S.Pd, M.Tr
3. Jantera Sekar, S.Tr.Si.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


PRODUKSI GARMEN KONSENTRASI FASHION DESIGN 2023/2024
Penetapan Normalitas Tiosulfat (Na2S2O3)

A. Tujuan Praktikum
Dengan mengikuti kegiatan praktikum ini diharapkan mampu untuk
menentukan normalitas dari Na2S2O3. Larutan ini akan digunakan sebagai larutan
standar dalam penetapan kadar suatu larutan contoh. Reaksi berlangsung dengan
metode reduktometri.

B. Teori Dasar
Metode analisis dengan reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah analisis yang
terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang bereaksi. Reaktan yang
mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah bahan pereduksi dan dapat
diidentifikasi dari persamaan untuk reaksi di mana atom reaktan dikonversi ke tingkat
yang lebih tinggi :

Fe^2+  Fe^3+ + e
2l^-  l2 + 2e

Maka bahan pengoksidasi adalah reaktan yang menerima elektron dalam reaksi
redoks. Reaksi yang reversible dari 2l^-  l2 + 2e dapat diaplikasikan dalam analisis
bahan-bahan pereduksi seperti tiosulfat dan arsenit. Iodimetri adalah oksidasi
kuantitatif dari senyawa pereduksi yang menggunakan iodium.

Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu :


a. Iodimetri metode langsung, bahan produksi langsung dioksida larutan baku
iodium. Contohnya penetapan kadar asam askorbat.
b. Iodimetri metode residual (titrasi balik), atau dikenal juga sebagai iodimetri, di
mana bahan produksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah
berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat.
Contohnya pada penetapan kadar natrium bisulfat. iodimetri adalah bahan
pengoksidasi yang mengoksidasi kalium iodida (KI) dalam suasana asam,
sehingga iod yang dibebaskan kemudian ditentukan dengan menggunakan
larutan baku natrium tiosulfat.

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :


a. Pada umumnya oksidasi langsung dengan iod dilakukan untuk bahan-
bahan dengan potensial oksidasi yang lebih rendah dari iod dan sebaliknya
b. Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi Ki dalam medium
asam kuat dapat menghasilkan nilai liter yang salah sehingga
menyebabkan kesalahan estimasi atau perkiraan
c. Iodimetri tidak pernah dilakukan dalam medium basah karena reaksi
antara iod (l2) dengan hidroksida akan menghasilkan ion hipoidid dan iodit
akan menjadi 2i. Di mana 2 mol 1 mol oksidasi parsial tiosulfat menjadi
bentuk oksidasi yang lebih tinggi seperti SO4 ^ 2

Penentuan titik akhir titrasi


a. Indikator kanji Ikonsentrasi, 0,5% yang dibuat segar dengan menggunakan parti
larut yaitu B amilosa
b. Instrument : Potensiometri atau amperometri
c. Warna iod dalam pelarut organik misalnya karbon tetraklorida dan kloroform.
Warna dari iodium dalam karbon tetraklorida dapat dilihat pada larutan iodium
dengan kepekaan yang sangat rendah. Selain karbon tetraklorida dapat juga
dipakai kloroform sebagai indikator dengan sifat yang sama dengan karbon
tetraklorida.

Larutan baku dan baku primer/sekunder :


a. Larutan baku iodium yang dilakukan dengan arsen trioksida sebagai baku
primer atau dibakukan dengan larutan baku natrium tiosulfat sebagai baku
sekunder
b. Larutan baku natrium tiosulfat yang dibekukan dengan kalium dikromat sebagai
baku primer atau dibakukan dengan larutan baku iodium sebagai baku sekunder
c. larutan baku kalium dikromat yang dibakukan dengan larutan baku natrium
tiosulfat sebagai baku sekunder (dipakai untuk penetapan kadar secara
iodometri yang melibatkan substitusi bromine dengan iod, misalnya penetapan
kadar tiorid).
C. Alat dan Bahan
 Buret 50 mL
 Erlenmeyer
 Pipet volume 10 mL
 Pipet tetes
 Piala gelas
 Na2S2O3
 K2Cr2O7
 Kl 10 %
 H2SO2 4,0000 N
 Larutan Kanji 0,5%

D. Langkah Kerja
1. Bersihkan buret lalu bilas dengan air suling
2. Isi buret dengan larutan N2S2O3
3. Pipet 10 mL larutan baku K2CrO2 0,1000 N kedalam erlenmeyer
4. Titrasi dengan tiosulfat sampai warna kuning muda
5. Tambahkan indikator kanji 0,5% sampai berwarna biru
6. Titrasi dilanjutkan sampai warna hijau permanen.

E. Data dan Perhitungan


Data Percobaan
Data Titrasi
1. Titrasi awal + Titrasi akhir = 0,00 mL+ 10,20 mL
= 10,20 mL
2. Titrasi awal + Titrasi akhir = 10,20 mL+ 20,20 mL
= 10,00 mL
10 ,20+10 ,00
Rata-rata titrasi = = 10,10 mL
2
Na₂S₂O₃ . 5HO = Na = 2 x 28 = 46
= S = 2 x 32 = 64
= O = 3 x 16 = 48
= H = 10 x 1 = 10
= O = 5 x 16 = 80
=248
248
BE = = 248
1
V K2S2O3 x V K2Cr2O7 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3
N Na2S2O3 = (V K2Cr2O7 x N K2Cr2O7) / V Na2S2O3
= (10 x 0,1000) / 10,10 mL
= 0,0990 N

Kadar (g/L) Na₂S₂O₃ = N Na₂S₂O₃ x BE Na₂S₂O₃

= 0,0990 x 248 = 24,552 g/L

Penetapan Kadar Formalin

A. Tujuan Praktikum
Dengan melakukan praktikum ini diharapkan mampu untuk menentukan kadar dari
senyawa formaldehid yang banyak digunakan sebagai zat penyempurnaan dalam
proses basah tekstil. Penetapan kadar formaldehid untuk praktikum ini menggunakan
iodometri.

B. Teori Dasar
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan biasanya sangat menusuk.
Formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah
metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai senyawa pembasmi
hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Berat molekul formalin
adalah 30,03 dengan rumus molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini
memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus -NH2 dari protein yang ada
pada tubuh, senyawa formalin berguna untuk antiseptik dan anti hama untuk kain
sutra dan wol serta berguna dalam proses penyempurnaan anti hama dan
penyempurnaan anti kusut (Formalin Bebas). Formalin bersifat reduktor, larutannya
tidak berwarna, mempunyai bau menyengat, dan pedih ke mata.
Dalam penetapan ini digunakan alat erlenmeyer tutup asah yang berfungsi
untuk menahan uap iodium. Pada saat penetapan cara iodometri digunakan pH alkali
yaitu NaOH yang berfungsi untuk mengatur pH alkali, sedangkan pada penetapan
iodometri digunakan pH asam yaitu HCL yang mengatur PH asam. Ketika larutan
setelah disimpan di ruang tertutup berwarna merah coklat itu berarti larutan sempurna
bereaksi dalam gelap, sedangkan jika larutan tidak berwarna maka larutan belum
bereaksi di tempat gelap. Reaksi penetapan formalin yang berlangsung adalah.

NaOH + l2  Na2O + 2Nal + H2O


Na2O + HCHO  HCOOH + Nal
Na2O + Nal + 2 HCl  NaCl + H2O + l2
L2 + Na2S2O3  Na2S4O6 + 2Nal

C. Alat dan Bahan

 Erlenmeyer tutup asah 250 mL

 Buret 50 mL

 Pipet volume 10 mL

 Pipet ukur 100 mL

 Labu ukur 100 mL

 Formaldehud pekat

 NaOH 4,0000 N

 Na2S2O3 0,1000 N

 Iodium 0,1000 N

 HCl 4,0000 N

D. Langkah Kerja
1. Bersihkan buret dan bilas dengan air suling lalu isi buret dengan larutan
tiosulfa 0,1 N sampai ke garis 0/nol
2. Pipet 10 mL larutan formaldehid kedalam labu ukur 100 mL, lalu homogenkan
denngan air suling
3. 10 mL larutan encer dipipet kedalam erlenmeyer tutup asah lalu masukan 10
mL (Pipet) larutan iodium 0,1 N + 1,5 mL NaOH 4,0000 N biarkan 15 menit
dalam gelap
4. Setelah itu diasamkan dengan 3 mL HCl 4 N dan l2 kelebihan segera dititar
dengan larutan tiosulfat 0,1000 N dari buret sampai berwarna kuning muda
lalu ditambahkan 2 mL Kanji. Titrasi diteruskan sampai larutan tepat tidak
berwarna
5. Dilakukan titrasi Blanko untuk 10 mL larutan Iodium 0,1000 N setelah
disimpan 15 menit dan ditambah 3 mL HCl 4,0000 N

E. Data dan Perhitungan


Titrasi Sample : 6,50 mL
Titrasi Blanko : 9,20 mL

Titrasi Sample – Titrasi Blanko = 6,50 mL – 9,20 mL = 2,70 mL

Kadar g/L = 2,70 x 0,0990 x 15 x 1 = 4,0095 g/L

4,0095
Kadar % = x 100% = 0,4009%
1000 x 1

Penetapan Kadar Hidrosulfit (Na2S2O4)

A. Tujuan Praktikum
Dengan mengikuti praktikum ini diharapkan mampu untuk dapat menentukan
kadar dari senyawa natrium hidrosulfit yang banyak digunakan sebagai zat pembantu
dalam proses pencelupan dengan memanfaatkan sifat kereduktorannya. Penetapan
kadarnya dengan menggunakan metode iodimetri.

B. Teori Dasar
Penetapan iodometri adalah seni tari dengan larutan i2 (iodium) atau disebut
juga titrasi secara langsung dengan iodium. Natrium hidrosulfit merupakan senyawa
reduktor dengan BM 174,3, berbau sulfur atau belerang karena mengandung 2 mol
sulfat, mudah menguap sehingga keberadaannya harus selalu dalam keadaan tertutup,
Hidrosulfit berbentuk serbuk putih. Dalam proses tekstil senyawa ini banyak
digunakan sebagai zat pembantu dalam proses pencelupan. Dalam pencelupan dengan
zat warna bejana, senyawa hidrosulfit berfungsi sebagai reduktor (zat pereduksi) zat
warna dalam bentuk pigmen yang tidak larut menjadi asam leuco yang bersifat larut.
Dalam proses pencelupan polyester dengan zat warna dispersi senyawa hidrosulfit
banyak dipakai dalam proses reduction clearing, yaitu proses setelah pencelupan yang
bertujuan untuk mereduksi sisa zat warna yang tidak terfiksasi ke dalam serat.
Di dalam percobaan ini digunakan larutan formalin yang fungsinya untuk
stabilisator yaitu membantu melarutkan hidrosulfit dalam air. Pada saat diberikan
larutan kanji setelah titrasi larutan akan berwarna biru yang menunjukkan adanya
yodium sisa dalam larutan atau titik akhir sudah tercapai atau sudah setara dengan
natrium hidrosulfit
Prinsip dari praktikum penetapan hidrofit ini adalah larutan natrium hidrosulfit
direaksikan dengan formaldehid pekat dan selanjutnya diputar dengan larutan standar
iodium 0,1 N pada pH sedikit asam dan dengan penambahan indikator larutan kanji
0,5% sampai berwarna biru permanen. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut

Na2S2O4 + HCHO + H2O  HOCH2 + NaSO3 + HCOH2 + SO2Na

HCOH2 + SO3Na + 2I2 + H2O  NaHSO3 + CH2O + 4HI

C. Alat dan Bahan


 Pipet volume 10 dan 25 mL
 Labu ukur 100 mL
 Erlenmeyer 250 mL
 Corong gelas 100 mL
 Buret 50 mL
 Natrium Hidrosulfit padat / Na₂S₂O₄
 Larutan formalin pekat ? HCHO
 Larutan iodium 0,1000 N/I2
 Larutan kanji 0,5 %
 CH3COOH 20%

D. Langkah Kerja
1. Timbang teliti 0,5 – 1,0 gram contoh uji, larutkan dengan 50mL air suling
dalm labu ukur 100 mL, tambahkan 1 mL formalin pekat encerkan sampai
garis dan homogenkan
2. Pipet 10 mL larutan encer tersebut kedalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 1
mL asam asetat 20%, 5 tetes indikator kanji dan 50 mL air sunling
3. Titrasi dengan larutan iodium 0,1000 N sampai warna biru permanen

E. Data dan Perhitungan


1. Titrasi awal + Titrasi akhir = 0,00 mL + 1,70 mL
= 1,70 mL
2. Titrasi awal + Titrasi akhir = 1,80 mL + 3,60 mL
= 1,90 mL
Rata-rata titrasi = (1,70 + 1,90) / 2 = 1,80 mL

Padatan Na₂S₂O₄ = 1,0108 gr


= 1018 mg
BE = BM / V = 174,3 / 4 = 43,5

mL titrasi x ∋₂ x BE Na₂ S ₂O ₄
 Kadar % = x p x 100%
mg Na₂ S ₂ O ₄

1, 80 x 0 ,1 N x 43 ,5
= x 10 x 100%
1018

= 7,691 %

Anda mungkin juga menyukai