Pembakuan :
Baku primer : H2C2O4.2H2O 0,1 N denagn Baku Sekunder : KMNO4 0,1 N
No Baku primer Baku Sekunder
1. 10,0 ml 9,60 ml
2. 10,0 ml 9,55 ml
3. 10,0 ml 9,50 ml
X = 9,55 ml
Penetapan Kadar :
Sampel H2O2 (hydrogen peroksida) dengan KMNO4
Orientasi sampel
No Sampel KMNO4
1. 2,0 ml 3,85 ml
Jadi volume pipet yang kita gunakan untuk memipet sampel 5,0 ml agar masuk range buret
(25 ml – 30%) : 7,5 ml-25 ml
No Sampel KMNO4
1. 5,0 ml 9,45 ml
2. 5,0 ml 9,50 ml
3. 5,0 ml 9,45 ml
4. 5,0 ml 9,50 ml
5. 5,0 ml 9,50 ml
X = 9,47 ml
Perhitungan :
BK + zat = 1,2024 g
BK + sisa = 0,5972 g
= 0,6052 g—605,2 mg (567,35 mg - 693,35 mg)
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter
optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai
dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang
UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua
lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel
natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
Regresi linier :
A = 0,0256
B = 0,0608
r = 0,9991
Perhitungan kadar pada sampel
Jika hasil absorbansi sampel
1. Replikasi 1 sebesar 0,580
Replikasi 1
Y = bx + a
0,580 = 0,0714 x + (-0,2408)
X = 11,496 ppm
94,92/100 x 576,9 mg
=547,59 mg
= 109,52 %
Sebanyak 500 mg sampel yang mengandung vitamin C dilarutkan dalam 250 mL pelarut
yang sesuai sehingga diperoleh larutan stok 2000 ppm. Setelah itu dilakukan pengenceran
diencerkan hingga 100 mL, setelah itu 25 mL dari hasil pengenceran pertama diencerkan
kembali hingga 100 mL pada labu takar. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya
pada spektrofotometer dan diperoleh A = 0,506. Berapakah kadar vitamin C tersebut jika
Dibuat berbagai macam konsentrasi dari standar. Di buat plot regresi linier. Sampel dan
standar di labu terpisah (sampel dan standar zatnya sama). Metode ini digunakan ketika
standar eksternal yang dapat dipisahkan dari komponen- komponen dari campuran tidak
dapat dipilih.
Luas area
L konsentrasi
2. Standar Adisi
Dibuat konsentrasi dari standar, ditambahkan ke dalam sampel yang tidak diketahui
konsentrasinya. Volume sampel sama, volume standar berbeda - beda. Sampel dan standar
Volume sama dari standar ditambahkan ke dalam sampel. Metode ini biasa digunakan pada
LC atau GC. Sampel dan standard zatnya berbeda. Standard yang digunakan yang memiliki
kemiripan bentuk struktur atau mempunyai sifat fisika kimia yang mirip.
Rasio
L konsentrasi
Working Standard adalah baku pembanding yang ditetapkan berdasarkan baku pembanding
utama.
Untuk menentukan bahwa apakah sistem analisis beroperasi secara benar atau tidak (rutin
dilakukan). parameter-parameter untuk uji kesesuaian sistem terinci sebagai berikut :
1. Zat A dan B dianalisis dengan KCKT. Diketahui waktu retensi dari zat A dan B secara
berturut-turut yaitu 2,0 dan 4,2 menit, sedangkan lebar puncaknya masing-masing
adalah 1,5 dan 0,5. Berapakah resolusi dari kedua puncak zat A dan B tersebut?...2,2
Resolusi didefinisikan sebagai selisih waktu retensi dua puncak yang saling berdekatan,
Resolusi = 2(T2-T1)
W1+W2
= 2(4,2−2,0)
(1,5+0,5)
Resolusi = 2,2
2. Seorang apoteker di industri farmasi sedang melakukan analisis kadar terhadap bahan
kimia obat yang terkandung dalam sediaan herbal orthosipon folium. Dalam
menentukan kapasitas kolom yang akan dipakai, dilakukan uji dengan menggunakan
KLT dan diperoleh nilai jarak tempuh solute dan fase gerak masing-masing 2 dan 6.
Berapakah kapasitas kolom yang akan digunakan dalam analisis kadar BKO tersebut?
Rf = ( 2 )/6
Rf = 0.33
k'=(1-Rf)/Rf
Suatu industry farmasi sedang melakukan pengujian rutin terhadap tablet ibuprofen 200 mg.
di dapatkan 2 puncak yang berdekatan satu sama lain. Parameter apakah yang harus
diperhatikan untuk memastikan bahwa kedua puncak yang muncul terpisah secara baik ?
a. Resolution
b. Tailing factor
c. Retention time
d. Area
e. Height
Pembahasan :
Resolusi → menggambarkan nilai keterpisahan dari 2 puncak yang berdekatan, semakin
besar resolusi maka keterpisahan semakin baik
Tailing factor → dapat juga disebut factor asimetris, menggambarkan proporsional suatu
puncak analit
Retention time → dipengaruhi oleh kepolaran analit, dapat digunakan untuk identifikasi
secara kualitatif analit yang diigninkan dengan pembanding
Height dan Area → menggambarkan kadar
Uji standarisasi Bahan Baku Herbal
Standarisasi bahan alam adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode
analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak
alam. Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur
secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen
Parameter standarisasi bahan alam ada 2 yaitu :
a. Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang
akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air,
cemaran logam berat, aflatoksin, dll
b. Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan
ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif.
Filosofi standarisasi bahan alam merupakan salah satu upaya untuk obat bahan alam
dapat memenuhi persyaratan atau ketetapan yang sudah ditetapkan (sifat kimia, biologi
& farmasi) serta dapat memastikan bahwa hasil dari produk akhir bahan alam tersebut
memiiki nilai parameter yang konstan dan sesuai dengan teteapan sediaan farmasi.
Tujuan standarisasi adalah untuk mendapatkan ekstrak/ produk herbal yang
berkualitas serta memenuhi standar. Sandarisasi dilakukan dengan serangkaian proses
yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis,
melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan
(toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam. Standardisasi dilakukan untuk memberikan
efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen
Jenis Pengujian Tujuan
Hasil uji kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat pengotoran oleh
kontaminan berupa senyawa anorganik seperti logam alkali
(Na, K, Li), logam alkali tanah (Ca, Ba) dan logam berat (Fe,
Pb, Hg).
Hasil uji kadar air bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat kelembaban
ekstrak
Hasil uji kadar abu larut air bertujuan untuk menentukan tingkat pengotoran oleh silikat.
Hasil uji kadar abu tidak larut bertujuan untuk menentukan tingkat pengotoran oleh pasir dan
asam kotoran lain.
Hasil penentuan susut bertujuan untuk mengetahui kandungan air dan zat lain yang
pengeringan mudah menguap dalam ekstrak.
Berat Abu
% Kadar Abu I = x 100%
Berat Pektin
0,0146
= x 100%
1,0006
= 1,46 %
BeratAbu
% Kadar Abu III = x 100%
Berat Pektin
0,0138
= x 100%
1,0009
= 1,38 %