Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS SENYAWA

a. Metode Analisis Sederhana

1. Permanganometri : titrasi dengan menggunakan larutan KMNO4 dimana


merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan larutan permanganate dapat
memberikan warna merah muda (TAT).
Pembakuan :
Baku primer : H2C2O4.2H2O 0,1 N denagn Baku Sekunder : KMNO4
Penetapan Kadar :
Sampel H2O2 (hydrogen peroksida) dengan KMNO4
2. Titrasi argentometri (pengendapan) merupakan metode umum untuk
menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri
juga disebut dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Titrasi ini digunakan
untuk menetapkan kadar amonium klorida, kalium klorida, natrium klorirda,
feneterol hidrobromida.
Contoh : penetapan kadar papaverin HCl, papaverin HCl mempunyai ion Cl- dapat
diendapkan dengan larutan baku AgNo3 dalam suasana netral dengan
menggunakan indicator K2Cro4 5%.
Pembakuan :
Baku primer : NaCl denagn Baku Sekunder : AgNo3
Penetapan Kadar :
Sampel papaverin HCl dengan AgNo3
3. Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam
logam.
Reaksi kompleks antara EDTA sehingga menimbulkan warna. Baku senkunder
Na2 EDTA (senyawa : logam kalisum laktat).
Contohnya : CaCl2 dalam Ringer laktat, bismut subkarbonat, kalsium karbonat,
kalsium klorida, kalsium hidrogen fosfat.
4. Titrasi iodimetri (titrasi langsung) merupakan titrasi yang melibatkan iodium
contohnya vitamin C.
Prinsip kerjanya dengan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) dengan iodometri yang
merupakan titrasi langsung dengan baku iodium terhadap senayawa dengan
potensial oksidasi yang lebih rendah, iodium bebas dititrasi dengan natrium
tiosulfat.
Pembakuan : Baku primer : KIO3, Baku sekunder : Na₂S₂O₃·5H₂O.
Baku primer : I2 , Baku sekunder : Na₂S₂O₃·5H₂O.
Penetapan Kadar : Vitamin C dengan I2
5. Titrasi Iodometri (titrasi tidak langsung) digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari pada
sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Titrasi ini
dapat digunakan untuk menentukan kadar klorin dalam agen pemutih.
6. Titrasi asam-basa (asidimetri- alkalimetri)
 Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Pembakuan : Baku primer : Na tetraborat dengan Baku sekunder : HCL
Penetapan kadar : Natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan HCL
 Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa
yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Titrasi ini dapat
digunakan untuk menetapkan kadar asam asetil salisilat, asam benzoat, asam
asetat dll. (Gandjar dan Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Hal 136-155)
Pembakuan : Baku primer : Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dengan Baku
sekunder :NaOH
Penetapan kadar : Asetosal dengan NaOH
7. Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku natrium nitrit. Nitrimetri disebut juga dengan metode titrasi
diazotasi. Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk
penetapan gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai
untuk penetapan parasetamol, sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa
yang mengandung gugus amino aromatis.
8. Gravimetri adalah perbedaan bobot tetap saat ditimbang. Contoh : Umumnya
pada analisis kadar abu, kadar air dan susut pengeringan
SOAL PEMBAHASAN
Berdasarkan pernyataan di atas, titran Titrasi kompleksometri umumnya
yang digunakan untuk menggunakan EDTA sebagai titran. Titrasi
menetapkankadar Zink dalam sirup kompleksometri ini merupakan metode
adalah ? EDTA konvensional yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar kalsium atau logam lain
Penentuan kadar kalsium dalam dalam suatu sampel. Kalsium akan dikelat oleh
sampel Dipipet sebanyak 5-10 mL EDTA selama proses titrasi dan titik akhir akan
larutan sampel ke dalam Erlenmeyer ditunjukan oleh perubahan warna indikator
250 ml kemudian tambahkan 0.5 ml metalokromik.
larutan buffer pH 10 dan 3 tetes Standardisasi EDTA (Baku sekunder) dengan
indikator Erio-T. Jika terbentuk kalsium klorida (Baku primer)
endapan maka harus dilakukan Dipipet sebanyak 10 ml larutan kalsium klorida
penyaringan terlebih dahulu. 0.01N ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Larutan
Larutancampuran tersebut dititrasi ditambahkan 0.5 mL larutan buffer ammonium
dengan Larutan EDTA yang sudah pH 10 dan diberi 3 tetes indicator Erio-T
distandardisasi sampai terjadi kemudian larutan dititrasi dengan EDTA sampai
perubahan warna dari merah menjadi warna berubah dari merah
biru. menjadi biru yang stabil.
Seorang analis BPOM akan menguji  Titrasi Nitrimetri digunakan untuk sampel
kandungan PCT dalam sampel obat yang mengandung Amina. PCT memiliki
dengan metode titrasi. Analis tersebut gugus Amina pada strukturnya.
berkonsultasi kepada Apoteker untuk  Alkalimetri untuk titrasi sampel basa.
memilih metode titrasi yang sesuai. Kompleksometri untuk senyawa logam (Ca,
Titrasi apakah yang digunakan ? Mg, Al).
a. Alkalimetri  Iodometri untuk senywa yang bereaksi
b. Kompleksometri redoks.
 Cerimetri titrasi menggunakan Cerium.
c. Iodometri
d. Nitrimetri
e. Cerimetri
Seorang apoteker disuatu industri  Argentometri : titrasi pengendapan yang
farmasi akan melakukan uji dianalisis dengan menggunakan ion perak
kandungan logam menggunakan  Asam basa : titrasi netralisasi
metode Spektrofotometri Serapan
 Kompleksometri : reaksi pembentukan io- ion
Atom (SSA) untuk menjamin mutu
produknya. Akan tetapi alat SSA kompleks. Analisis logam valensi 2 dan 3
tersebut saat ini sedang tidak bisa  Redoks : reaksi kimia yang disertai perubahan
digunakan karena mengalami bilangan oksidasi
kerusakan sehingga apoteker tersebut  Iodometri : reaksi redoks yang melibatkan
beralih menggunakan metode titrasi. titrasi iodin dengan larutan standar tiosulfat
Apakah metode titrasi yang tepat
digunakan?
a. Argentometri
b. Asam basa
c. Kompleksometri
d. Redoks
e. Iodometri
QC memastikan kualitas sediaan  Argentometri: salah satu metode titrasi
dengan menguji kadar ammonium pengendapan untuk menetapkan kadar senyawa
klorida dengan metode analisis titrasi halogenida (Gol. 7A dan 7B / Gol. 117 dan 17;
sesuai dengan yang tercantum dalam F, Cl, Br, I, etc.)
FI. Metode titrasi apa yang dapat  Nitrimetri:salah satu metode titrasi redoks
digunakan dalam menetapkan kadar dengan baku natrium nitrit (NaNO2) yang
ammonium klorida dalam sampel? didasarkan reaksi diazotasi (nitrit><amin
a. Argentometri primer), biasanya untuk senyawa2 sulfa yang
b. Nitrimetri punya amin primer (NH2R)
 Iodimetri: salah satu metode titrasi oksidasi
c. Iodimetri reduksi dengan larutan I2(Iodium) digunakan
d. Asidi-alkalimetri sebagai titran
 Asidi-alkalimetri:disebut juga titrasi asam-
e. Bromatometri
basa yang melibatkan reaksi asam basa,
sehingga terjadi perubahan pH larutan titrat.
Titran yang digunakan adalah asam kuat (HCl,
H2SO4) /basa kuat (Tiamin HCl), sehingga
titran adalah senyawa2 yang biasanya
merupakan asam lemah (CH3COOH,
C7H6O3) /basa lemah (boraks, NaCO3)
Contoh perhitungan titrasi : Penetapan kadar H2O2 dalam cat rambut secara
permanganometri

Pembakuan :
Baku primer : H2C2O4.2H2O 0,1 N denagn Baku Sekunder : KMNO4 0,1 N
No Baku primer Baku Sekunder
1. 10,0 ml 9,60 ml
2. 10,0 ml 9,55 ml
3. 10,0 ml 9,50 ml
X = 9,55 ml
Penetapan Kadar :
Sampel H2O2 (hydrogen peroksida) dengan KMNO4
Orientasi sampel
No Sampel KMNO4
1. 2,0 ml 3,85 ml

Kesimpulan : 2,0 ml ----- 3, 85 ml

5,0 ml ------ 9,625 ml (7,5 ml-25 ml)

Jadi volume pipet yang kita gunakan untuk memipet sampel 5,0 ml agar masuk range buret
(25 ml – 30%) : 7,5 ml-25 ml

No Sampel KMNO4
1. 5,0 ml 9,45 ml
2. 5,0 ml 9,50 ml
3. 5,0 ml 9,45 ml
4. 5,0 ml 9,50 ml
5. 5,0 ml 9,50 ml

X = 9,47 ml
Perhitungan :

1. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4.2H2O 0,1 N sebanyak 100 ml


N = g/mr x 1000/vol x val
0,1 = g/126,07 x 1000/100 ml x 2
g = 0,63435 gram +-10% (567,35 mg - 693,35 mg)

BK + zat = 1,2024 g
BK + sisa = 0,5972 g
= 0,6052 g—605,2 mg (567,35 mg - 693,35 mg)

N Sebenarnya : g/mr x 1000/vol x val


: 0,6052 g/126,07 x 1000/100 ml
: 0,0960 N (N Sebenarnya H2C2O4.2H2O)
2. Pembakuan KMNO4 dengan H2C2O4.2H2O
V1.N1 (H2C2O4.2H2O) = V2. N2 (KMNO4)
10,0 ml. 0,0960 N = 9,55 ml. N2
N2 = 0,1005 (N KMNO4 sebenarnya)
3. Penetapan kadar H2O2 dalam cat dengan KMNO4
Kadar : V x N KMNO4 sebenarnya x mg kesetaraan
X 100 %
N x Vol pipet x 1000
: 9,47 ml x 0,1005 N x 1,701
X 100 %
0,1 x 5,0 ml x 1000
: 0,32 %
Metode Analisis Instrumen

Metode Prinsip Keterangan


Spektrofotometri Penyerapan sepektrum gelombang  Digunakan untuk analisis senyawa
UV(200-400) cahaya elektromagnetik oleh kuantitatif.
Vis (400-800) senyawa dalam larutan. Perbedaan UV dan VIS
 UV, panjang gelombang UV 190-
Syarat senyawa bisa dideteksi 380 nm
dengan spektrofotometri UV VIS :  Larutan yang dianalisis harus jernih.
1. Harus mempunyai gugus  Vis (larutan berwarna cth beta
kromofor dan auksokrom karoten, lihat OT (waktu untuk
2. Gugus kromofor (ikatan rangkap reaksi stabil) UV (jernih)
terkonjugasi/selang seling)  Pengujian menggunakan VIS: salep
3. Gugus ausokrom (yang gentamisin. Unutk menguji Gugus
menempel pd gugus kromofor cth Amin Primer sehingga perlu
–OH,-NH2,-X/(elekron penambhan Ninhidrin membentuk
nonbonding) yang menempel aldehida dengan satu atom C lebih
dikromofor) rendah dan melepaskan molekul
Contoh kasus : NH3 dan C02. Sehingga gugus
1. Untuk menganalisa Flavonoid aldehid ini akan memperpanjang
tersusun atas gugus benzen panjang gelombang agar bisa diuji
(ikatan terkonjugasi) yang di spektro Vis.
bertindak sebagai kromofor
(ikatan rangkap terkonjugasi).
2. Suatu Obat tradisional akan
dilakukan pengukuran kadar.
Yang akan dilakukan pengujian
adalah flavonoid. Metode
pengujian apa yang tepat untuk
dilakukan? Spektrofotometri UV
Vis
Spektrofotometri Vibrasi, rotasi, dan translasi. Untuk Digunakan untuk analisis kualitatif,
IR : Untuk senyawa yang memiliki gugus identifikasi gugus fungsi, dan kuantitatif
Mendeteksi fungsi (pada bilangan gelombang pada Spektro- FTIR
GUGUS berapa) dan kovalen tunggal
senyawa harus murni
Spektrofotometri Berdasarkan penguapan larutan Digunakan untuk menganalisis logam
AAS (sacara sampel, kemudian logam yang berat golongan IA dan II A.
Kuanti) : terkandung didalamnya diubah
Mencari menjadi atom bebas, atom
kosentrasi mengabsorpsi radiasi cahaya
Contoh : Merkuri, Hg, Pb, Cd
Kromatografi Pemisahan berdasarkan polaritas Dapat digunakan fase normal (fase
Lapis senyawa dan ikatan pada fase gerak gerak nonpolar dan fase diam polar)
Tipis (KLT) : atau
analisa kualitatif Biasanya untuk analisa BKO ada
tidaknya maka cukup analisis fase terbalik (fase gerak polar dan fase
kualitatif diam nonpolar)
Kromatografi Pemisahan berdasarkan perbedaan  Untuk Senyawa yang Mudah
Gas titik didih dan volatilitas senyawa. Menguap Saat dianalisa.
(GC) Prinsip Pertukaran Ion : untuk  Kromatografi gas digunakan untuk
senyawa yang mudah menguap menetapkan kadar zat aktif yang
(msl senyawa salbutamol dalam dapat diderivatisasi menjadi gas.
sediaan aerosol) Keuntungan kromatografi gas :
Kerugian kromatografi gas : a. Proses analisisnya cepat, biasanya
a. Terbatas pada sampel yang dalam hitungan menit.
mudah menguap. b. Efisien, resolusinya tinggi.
b. Tidak sesuai untuk sampel yang c. Sensitif (dapat mendeteksi ppm
termolabil. bahkan ppb).
c. Cukup sulit untuk preparasi d. Analisis kuantitatif dengan akurasi
sampel dalam jumlah besar yang tinggi.
(Carolina, 2011).
e. Memerlukan sampel dalam jumlah
kecil, umumnya dalam μL.
f. Handal dan relatif sederhana.
KCKT (HPLC) : Pemisahan berdasarkan polaritas Contoh kasus :
Mencari senyawa dan ikatan pada fase 1. Untuk uji campuran sirup / campuran
kosentrasi gerak : zat aktif akan dilakukan penetapan
1. Pemeriksaan residu pada swab kadar dengan KCKT maka
hasil pembersihan suatu mesin sebelumnya alatnya harus dilakukan
industri. uji kesesuaian sistem harus
2. Parameter bahan baku : Waktu dilakukan adalah parameter
Retensi (titik kritis). resolusi. Resolusi menunjukkan daya
3. KCKT baik digunakan untuk pisah dari suatu sistem.
mengetahui kadar sediaan yang 2. Suatu industri minuman kaleng yang
memiliki lebih dari 1 zat aktif mengandung aspartam, as.benzoat
(Untuk penetapan kadar senyawa dan kafein dianalisa oleh KCKT
campuran) dengan kolom L1/C18 (non polar).
Sistem elusi : Fase gerak metanol 20% dan panjang
 Normal (Fase diam : Polar, Fase gelombang 220nm-270nm. Hasil
gerak : non polar) analisa menunjukkan bahwa kadar
Fase diam lebih polar aspartam lebih kecil dari kefein dan
dibandingakan dengan fase as.benzoat lebih besar dari kafein.
geraknya. Bagaimana membaca spectrum
Contoh : senyawa polar maka dalam KCKT? (Fase terbalik)
akan ditahan oleh fase a. Aspartam, as.benzoat, kafein
diam/waktu retensi lebih b. Kafein, as.benzoat, aspartam
besar/lama c. As.benzoat, aspartam, kafein
 Terbalik : (Fase diam : non d. Aspartam, kafein, as.benzoat
polar, Fase gerak : polar) e. Kafein, as.benzoat, aspartame
Fase diam lebh nonpolar dari
pada fase geraknya misalnya jika
senyawa polar maka akan dibawa
fase geraknya maka waktu
retensinya lebih cepat.

Elektroforesis Pemisahan berdasarkan muatan Biasanya digunakan pada analisis


listrik senyawa dan ukuran molekul asam amino dan protein
PCR (polymerase Untuk mendeteksi DNA
chain reaction)
Kertas tumerik Untuk mendeteksi Borax

Contoh : Gugus Kromofor dan Auksokrom


Bagian-bagian Spektrofotometri :

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai

macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer

UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hydrogen

VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram

UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.

Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya

yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis

monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter

optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.

Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai

dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang

digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.


3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

 UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya

terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika

memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan

plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer

sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

 IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua

lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel

natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang

dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya

menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

Macam-macam detektor : Detektor foto (Photo detector), Photocell, misalnya CdS,

Phototube, Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang

berasal dari detektor.


Instrumentasi AAS secara garis besar dapat di bagi menjadi 5 bagian penting yaitu :
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang digunakan harus memancarkan spektrum atom dari unsur yang
ditentukan. Sumber sinar yang biasa digunakan pada SSA adalah lampu katoda berongga
yang terdiri dari tabung kaca . Lampu katoda terdiri atas sebuah katoda berongga berbentuk
tabung dan berhadapan dengan anoda dari kawat wolfram, keduanya terbungkus dengan
bahan gelas (Sitorus, 2019).
2. Proses Atomisasi Sistem atomizer terdiri atas 3 bagian, yaitu :
a. Nebulizer (sistem pengabut)
Nebulizer berfungsi mengubah larutan menjadi butiran kabut atau aerosol (15-20 µm).
Prinsip kerjanya adalah larutan tersedot ke dalam kapiler karena efek aliran udara
kemudian menumbuk glass bead dengan kecepatan tinggi sehingga terbentuk butiran
halus dari cairan dalam udara atau oksidan lainnya (Hayati, 2007).
b. Spray chamber
Spray chamber berfungsi membuat campuran homogen antara gas oksidan, bahan bakar,
dan aerosol yang mengandung sampel sebelum mencapai burner. Butiran cairan dengan
ukuran lebih kecil dari 5 mikron akan mengembun kembali dan di buang melalui drain.
Hanya 10% dari larutan yang disedot melalui kapiler nebulizer akan mencapai burner.
Agar campuran gas tidak keluar lewat drain maka dipasang pengaman berisi air (atau
pelarut) (Teti, 2012).
c. Burner (system pembakar)
Burner merupakan tempat terjadinya atomisasi, yakni pengubahan kabut/uap garam
yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal di dalam nyala. Desain burner harus
dapat mencegah masuknya nyala kedalam spray chamber. Karakterstik nyala setiap
unsur berbeda sehingga berbeda juga burnernya. Ada dua macam gas pembakar, yaitu
oksidan (udara) dan campuran O2+N2O serta bahan bakar gas alam, propane, butane,
asetilen dan H2 atau asetilen (Christina, 2006).
3. Monokromator
Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang
yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik, dalam monokromator juga
terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang
disebut chopper (Khopkar, 2007).
4. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang masuk melalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung pengadaan foton (photomultiplier tube). Ada dua
cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi, yaitu cara yang memberikan respon
terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, serta cara yang hanya memberikan respon
terhadap radiasi resonansi. Radiasi yang masuk ke detektor diseleksi terlebih dahulu oleh
monokromator, sehingga detektor hanya mengukur radiasi resonansi yang sudah diabsorbsi
oleh atom-atom (Gandjar dan Rohman, 2007).
5. Amplifier dan Rekorder
Amplifier adalah penguat arus searah, sedangkan rekorder merupakan alat pencatat
hasil pengukuran pada penetapan analisis suatu logam. Hasil pembacaan dapat didigitkan
dan diproses dengan komputer (Underwood dan Days, 2002). Diagram sederhana
spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Komponen-komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Khopkar, 2005)


Contoh Perhitungan Spektrofotometri UV VIS

1. Membikin larutan stok standar 1000 ppm sebanyak 50 ml


Ppm = mg/L
1000 ppm = mg/ 0,05 L
mg = 50 mg (5%---47,5 mg – 52,5 mg)
Penimbangan larutan standar
Berat kertas + zat = 0,5705 g
Berat kertas + sisa = 0,5199 g
= 0,0510 g (51 mg)
Konsentrasi larutan baku sebenarnya
Ppm = mg/L
Ppm = 51 mg/0,05 L
= 1020 ppm
Pengenceran 10 X (100 ml/10 ml : 10 X)
V1(pipet volume). C1 = V2 (labu takar).C2
10 ml. 1020 ppm = 100 ml. C2
C2 = 102 ppm

2. Rentang deret baku (E parasetamol : 668)


Rentang absorbansi : 0,2-0,8
A = E. b. c A = E. b. c
0,2 = 668. 1. C 0,8 = 668. 1. C
C = 2,9940 ppm---3 ppm C=11,9760 ppm—12 ppm
Rentang deret baku = 3 ppm-12 ppm
3. Deret Baku
Kadar Koreksi Kadar
1. 4 ppm 4 ppm
V1. C1 = V2. C2 V1. C1 = V2. C2
V1. 102 ppm = 50 ml. 4 ppm 2.0 ml. 102 ppm = 50 ml. C2
V1 = 1,96 ml---2.0 ml C2 = 4,0800 ppm
2. 6 ppm 6 ppm
V1 = 3,0 ml C2 = 6,1200 ppm
3. 8 ppm 8 ppm
V1 = 4,0 ml C2 = 8,1600 ppm
4. 10 ppm 10 ppm
V1 = 5,0 ml C2 = 10,2000 ppm
5. 12 ppm 12 ppm
V1 = 6,0 ml C2 = 12,2400 ppm

Data Absorabnsi Deret Baku

No Konsentrasi (ppm) Absorbansi


1. 4,0800 0,283
2. 6,1200 0,390
3. 8,1600 0,513
4. 10,2000 0,651
5. 12,2400 0,773

Regresi linier :
A = 0,0256
B = 0,0608
r = 0,9991
Perhitungan kadar pada sampel
Jika hasil absorbansi sampel
1. Replikasi 1 sebesar 0,580
Replikasi 1
Y = bx + a
0,580 = 0,0714 x + (-0,2408)
X = 11,496 ppm

Perhitungan % kadar sampel


Rumus = x (ppm)/mg penimbangan x VP x Vol ad/1000 x 100 %
= 11,496/60,40 x 100 x 50 ml/1000
= 95,16 %
Rata2 kadar sampel = 94,92 %

Kadar rata/100 x B.rata2 tablet

94,92/100 x 576,9 mg

=547,59 mg

% kadar PCT = Kadar / etiket x 100 %

= 547,59 mg/500 mg x 100 %

= 109,52 %

Persyaratan menururt farmakope Indonesia edisi IV kadar parasetamol yaitu 90%-110%,


kadar parasetamol pertablet memenuhi syarat FI edisi IV yaitu 109,52%
Soal Penetapan Kadar Spektrofotometri

Sebanyak 500 mg sampel yang mengandung vitamin C dilarutkan dalam 250 mL pelarut

yang sesuai sehingga diperoleh larutan stok 2000 ppm. Setelah itu dilakukan pengenceran

bertingkat dengan pengenceran pertama dilakukan dengan mengambil 2 mL dan

diencerkan hingga 100 mL, setelah itu 25 mL dari hasil pengenceran pertama diencerkan

kembali hingga 100 mL pada labu takar. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya

pada spektrofotometer dan diperoleh A = 0,506. Berapakah kadar vitamin C tersebut jika

diketahui persamaan kurva bakunya adalah y = 0,0379x – 0,0312?


Metode Kalibrasi Instrumen

1. Kurva Kalibrasi / Eksternal Standar

Dibuat berbagai macam konsentrasi dari standar. Di buat plot regresi linier. Sampel dan

standar di labu terpisah (sampel dan standar zatnya sama). Metode ini digunakan ketika

standar eksternal yang dapat dipisahkan dari komponen- komponen dari campuran tidak

dapat dipilih.

Luas area

L konsentrasi

2. Standar Adisi

Dibuat konsentrasi dari standar, ditambahkan ke dalam sampel yang tidak diketahui

konsentrasinya. Volume sampel sama, volume standar berbeda - beda. Sampel dan standar

(sampel dan standar zatnya sama) dicampurkan ke labu yang sama.


3. Internal Standar

Volume sama dari standar ditambahkan ke dalam sampel. Metode ini biasa digunakan pada

LC atau GC. Sampel dan standard zatnya berbeda. Standard yang digunakan yang memiliki

kemiripan bentuk struktur atau mempunyai sifat fisika kimia yang mirip.

Rasio

L konsentrasi

Working Standard adalah baku pembanding yang ditetapkan berdasarkan baku pembanding

utama.

Reference Standard adalah baku yang digunakan sebagai referensi.


SEDIAAN HERBAL
SENYAWA MARKER
1. Kandungan marker yang ada pada ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah gossypetin.
2. Lycopen : Tomat
3. beta caroten: wortel
4. Cengkeh : eugenol
5. Jahe : ginggerol

Tanaman Senyawa Marker Manfaat


Sambiroto Andrografolid Menurunkan kadar gula
darah
Manggis Mangostin antioksidant
Pepaya Papain anti-inflamasi.
Meniran Phylanthi Niruri Filantin Antioksidan
Seledri Apinum graveolens Apigenin Anti hipertensi
Pasak bumi Eurycoma Eurycomanone Obat kuat (Viagra)
longifolia
Ginkgo Ginkgo biloba Total flavonoid Meningkatkan daya ingat
dan konsentrasi, serta
mengurangi gejala yang
berkaitan dengan demensia.
Daun Wungu Rutin Anti hemoroid
Graptophyllum pictum
Mengkudu morindae Scopolatine Hepatoprotektif
citrifoliae
Kumis kucing Orthosiphon Sinensetin Anti hipertensi
Stamineus
Cabe jAwa piper Piperin Viagra
retrofractum
Cardui mariae herba Cardui mariae Hepatoprotektif
Kunyit Curcuma longa L Curcuminoid Hepatoprotektif
Jeruk citrus sinensis Citrus biflavonoid Anti hemoroid
Jambu biji Psidum guajava Quersetin Penambah trombosit
Lidah Buaya aloe Vera Aloine A Pencahar
Mahkota dewa Phaleriae Phalerin Rematik, diabetes.
macrocarpae
Lada hitam piper nigrum Piperin Antioksidan dan anti
peradangan
Metode ekstrasi
1. Cara dingin
 Maserasi adalah proses di mana simplisia yang sudah halus direndam dalam pelarut
sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan
melarut biasanya dilakukan pada temperatur 15°-20°C selama 3 hari sampai bahan-
bahan yang larut, melarut.
 Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari (pelarut) terus menerus
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah
serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.
2. Cara panas
 Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya
dilakukan berulang- ulang (3-6 kali) terhadap residu pertama.
 Sokletasi adalah ekstraksi dengan cara menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi
berulang-ulang dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik (Ditjen POM, 2000).
 Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari yang ikut menguap
dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan uap air akan
terkondensasi atau terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini
umumnya digunakan untuk minyak atsiri dari tumbuhan.
 Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur 90oC selama 15 menit.
 Digesti adalah metode ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (pengadukan kontinyu)
menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara maserasi ini hanya
dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
INDIKATOR SENYAWA SECARA KLT (DETEKSI KIMIA HERBAL)

Senyawa Pereaksi yang digunakan


Flavonoid Uap ammoniak: kuning kecoklatan
AlCl3 : warna merah
Saponin Semprot anisaldehid asam sulfat kemudian dioven dengan suhu 100oC
selama 5-10 menit hijau atau biru (pd sinar UV)
Alkaloid Semprot pereaksi Dragendrof : Coklat jingga, endapan coklat orangge
Pereaksi Mayer : Endapan Putih
Pereaksi Bouchartdat : Endapan Jingga
Wagner : Endapan Coklat
Tanin Disemprot vanillin asam sulfat : warna hijau kehitaman
FeCl3 : biru tua/ hijau/ violet/ hitam kehijauan.
Kalium ferisianida dan amonia : coklat
Triterpen/steroid Lieberman- buchard : hijau biru
Formalin Uji kualitatif formalin :
4. Uji asam kromatropat (reagen : asam kromatropat) : ungu
terang/ungu tua
5. Larutan Schiff : Ungu
6. Dengan Fenilhidrazina : merah terang
7. Pereaksi nash’s
8. Uji hehner-fulton
Uji Kesesuain Sistem (UKS)

Untuk menentukan bahwa apakah sistem analisis beroperasi secara benar atau tidak (rutin
dilakukan). parameter-parameter untuk uji kesesuaian sistem terinci sebagai berikut :

UKS Keterangan Syarat


Resolusi Perbedaan antara waktu retensi 2 Nilai Rs harus mendekati
(daya pisah) puncak yang saling berdekatan (di atau lebih dari 1,5 karena
dapatkan 2 puncak yang berdekatan akan memberikan pemisahan
satu sama lain) Pada Analisa puncak yang baik (base line
KCKT maka rumus Resolusi : resolution).
2x (Waktu retensi 1 - waktu
retensi 2) /(lebar puncak 1 +lebar
puncak 2).
Penentuan Sistem Setelah larutan baku diinjeksikan  Jika dinyatakan nilai RSD
Presisi beberapa kali, simpangan baku yang disyaratkan adalah ≤
relatif (relative Standard deviation, 2,0 %;
RSD) respon puncak dapat diukur,  Jika dinyatakan nilai RSD
baik sebagai tinggi puncak atau boleh lebih besar dari 2,0
luas puncak (sebanyak 5 kali %, maka dilakukan 6 kali
injeksi) replikasi injeksi
Faktor asimetri Untuk mengontrol atau Kromatogram yang
(Faktor pengekoran) mengkarakteri-sasi sistem memberikan
kromatografi. Peningkatan puncak  harga TF =1 (kromatogram
yang asimetri akan menyebabk-an bersifat setangkup atau
penurunan resolusi, batas deteksi, simetris.
dan presisi.  Harga TF > 1
(kromatogram pengekoran
(tailing)
 semakin besar harga TF
maka kolom yang dipakai
semakin kurang efisien.
harga TF dapat
digunakan untuk melihat
efisiensi kolom
kromatografi.
Kapasitas kolom Untuk menentuakan kapasitas
kolom telah diusulkan antara lain
untuk KLT:
k’ = (1-Rf)/Rf
Yang mana Rf merupakan jarak
yang ditempuh oleh analit terhadap
jarak fase geraknya atau:
Rf = Jarak tempuh solut/ jarak
yang ditempuh fase gerak

1. Zat A dan B dianalisis dengan KCKT. Diketahui waktu retensi dari zat A dan B secara

berturut-turut yaitu 2,0 dan 4,2 menit, sedangkan lebar puncaknya masing-masing

adalah 1,5 dan 0,5. Berapakah resolusi dari kedua puncak zat A dan B tersebut?...2,2

Resolusi didefinisikan sebagai selisih waktu retensi dua puncak yang saling berdekatan,

dibagi dengan rata-rata lebar puncak

Resolusi = 2(T2-T1)

W1+W2

= 2(4,2−2,0)

(1,5+0,5)

Resolusi = 2,2
2. Seorang apoteker di industri farmasi sedang melakukan analisis kadar terhadap bahan

kimia obat yang terkandung dalam sediaan herbal orthosipon folium. Dalam

menentukan kapasitas kolom yang akan dipakai, dilakukan uji dengan menggunakan

KLT dan diperoleh nilai jarak tempuh solute dan fase gerak masing-masing 2 dan 6.

Berapakah kapasitas kolom yang akan digunakan dalam analisis kadar BKO tersebut?

Rf = (Jarak tempuh solut)/(Jarak tempuh fase gerak)

Rf = ( 2 )/6

Rf = 0.33

Rumus untuk kapasitas kolom:

k'=(1-Rf)/Rf

Suatu industry farmasi sedang melakukan pengujian rutin terhadap tablet ibuprofen 200 mg.
di dapatkan 2 puncak yang berdekatan satu sama lain. Parameter apakah yang harus
diperhatikan untuk memastikan bahwa kedua puncak yang muncul terpisah secara baik ?
a. Resolution
b. Tailing factor
c. Retention time
d. Area
e. Height

Pembahasan :
 Resolusi → menggambarkan nilai keterpisahan dari 2 puncak yang berdekatan, semakin
besar resolusi maka keterpisahan semakin baik
 Tailing factor → dapat juga disebut factor asimetris, menggambarkan proporsional suatu
 puncak analit
 Retention time → dipengaruhi oleh kepolaran analit, dapat digunakan untuk identifikasi
secara kualitatif analit yang diigninkan dengan pembanding
 Height dan Area → menggambarkan kadar
Uji standarisasi Bahan Baku Herbal

Standarisasi bahan alam adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode
analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak
alam. Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur
secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen
Parameter standarisasi bahan alam ada 2 yaitu :
a. Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang
akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air,
cemaran logam berat, aflatoksin, dll
b. Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan
ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif.
Filosofi standarisasi bahan alam merupakan salah satu upaya untuk obat bahan alam
dapat memenuhi persyaratan atau ketetapan yang sudah ditetapkan (sifat kimia, biologi
& farmasi) serta dapat memastikan bahwa hasil dari produk akhir bahan alam tersebut
memiiki nilai parameter yang konstan dan sesuai dengan teteapan sediaan farmasi.
Tujuan standarisasi adalah untuk mendapatkan ekstrak/ produk herbal yang
berkualitas serta memenuhi standar. Sandarisasi dilakukan dengan serangkaian proses
yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis,
melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan
(toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam. Standardisasi dilakukan untuk memberikan
efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen
Jenis Pengujian Tujuan
Hasil uji kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat pengotoran oleh
kontaminan berupa senyawa anorganik seperti logam alkali
(Na, K, Li), logam alkali tanah (Ca, Ba) dan logam berat (Fe,
Pb, Hg).
Hasil uji kadar air bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat kelembaban
ekstrak
Hasil uji kadar abu larut air bertujuan untuk menentukan tingkat pengotoran oleh silikat.
Hasil uji kadar abu tidak larut bertujuan untuk menentukan tingkat pengotoran oleh pasir dan
asam kotoran lain.
Hasil penentuan susut bertujuan untuk mengetahui kandungan air dan zat lain yang
pengeringan mudah menguap dalam ekstrak.

Contoh Perhitungan Kadar Air

Berat Krus Konstan Berat Krus Berat Zat Selisih


Penimbangan
+ Zat (gram) Konstan (gram) (gram) (gram)
1. 22,3013 21,2778 1,0235 0,0249
2. 22,2764 21,2778 0,9986 0,0022
3. 22,2742 21,2778 0,9964 0,0008
4. 22,2734 21,2778 0,9956 0,0005
5. 22,2729 21,2778 0,9951 0,0003
6. 22,2726 21,2778 0,9948

Berat Zat Awal - Berat Zat Konstan


% Kadar Air = x 100%
Berat Zat Awal
1,0235 - 0,9948
= x 100%
1,0235
= 2,80%
Penetapan Kadar Abu (Mavel Vornis) = suhu 600 oC selama 2 jam

Replikasi Krus Krus+pektin Krus+abu Pektin Abu % kadar


Konstan abu
I 20,6893 21,6899 20,7039 1,0006 0,0146 1,46
II 20,8474 21,8486 20,8614 1,0012 0,0140 1,40
III 19,6158 20,6167 19,6286 1,0009 0,0138 1,38

Berat Abu
% Kadar Abu I = x 100%
Berat Pektin
0,0146
= x 100%
1,0006
= 1,46 %

% Kadar Abu II = Berat Abu x 100%


Berat Pektin
0,0140
= x 100%
1,0012
= 1,40 %

BeratAbu
% Kadar Abu III = x 100%
Berat Pektin
0,0138
= x 100%
1,0009
= 1,38 %

1,46% 1,40% 1,38%


Rata –rata kadar abu =
3
= 1,41%

Anda mungkin juga menyukai