Anda di halaman 1dari 13

TITRASI REDOKS (REDUKSI-

OKSIDASI)

Dr. Laila Susanti, M.Si

Kimia Farmasi Analisis I

Farmasi-UTB lampung
Titrasi Redoks
• Dasar reaksi titrasi redoks adalah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitar (titran) dan zat yang dititrasi
(analit).

• Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) dalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari senyawa/ion yang bersifat oksidator
dengan senyawa/ ion bersifat reduktor.

• Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat reduktor atau sebaliknya.

• Note : Senyawa reduktor apa? Senyawa oksidator apa?


Reduktor : adalah zat yang dalam reaksi mengalami kenaikan bilangan oksidasi (biloks),
karena dalam reaksi tersebut reduktor mengalami oksidasi atau melepaskan elektron.
Contoh :
Fe2+ → Fe3+ + e- (Fe2+ (FeSO4) adalah suatu reduktor)
Oksidasi karena dalam reaksi tersebut terjadi pelepasan elektron

Oksidator : adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, karena dalam
reaksi tersebut oksidator mengalami reduksi atau menerima elektron.
Contoh :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4 H2O ((KMnO4) adalah suatu oksidator)
Reduksi karena dalam reaksi tersebut terjadi penangkapan/menerima elektron
Jenis Titrasi Redoks
Titrasi redoks dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat larutan baku standard nya, yaitu :

1. Permanganometri
Jenis titrasi redoks ini menggunakan kalium permanganat (KMnO 4) sebagai titran yang
bersifat oksidator, untuk menganalisis zat uji yang bersifat reduktor. Titrasi
permanganometri tidak membutuhkan indikator karena setetes 0,1 N KMnO 4 sudah
menunjukkan warna pink keunguan dalam 100 ml larutan.

2. Dikromatometri
Dikromatometri menggunakan kalium dikromat (K 2Cr2O7) sebagai titran yang bersifat oksidator,
untuk menganalisis zat uji yang bersifat reduktor. Dalam prosesnya, ion dikromat (Cr 2O72-)
tereduksi menjadi Cr3+ yang memiliki warna hijau. Ion dikromat dipilih karena kestabilan yang
baik dan bentuknya yang murni.

3. Titrasi Serimetri
Titrasi ini menggunakan larutan baku serium sulfat (Ce(SO 4)2) sebagai titran yang bersifat
oksidator, untuk menganalisis zat uji yang bersifat reduktor.

4. Titrasi Iodimetri
Titrasi jenis ini adalah titrasi langsung yang dilakukan dalam kondisi pH netral atau sedikit
asam, di mana larutan Iodium digunakan sebagai titran dan bersifat oksidator.
Jenis Titrasi Redoks
5. Bromometri
Titrasi bromometri menggunakan kalium bromat (KBrO3) sebagai titran yang
bersifat reduktor. Untuk mempercepat terjadinya reaksi, biasanya bromometri
dilakukan dalam suhu yang panas dan kondisi pH asam. Kelebihan KBr akan
memunculkan reaksi pada ion bromat yang kemudian menghasilkan warna
kuning pucat.

6. Iodometri
Iodometri adalah titrasi tidak langsung yang menggunakan larutan iodium
sebagai titran yang bersifat reduktor, di mana iodium yang dilepas akan dititrasi
menggunakan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
Aplikasi Titrasi Redoks
Dalam industri farmasi, titrasi redoks dilakukan untuk menganalisis jumlah
kandungan vitamin C dalam sebuah sampel obat. Ini dikarenakan vitamin C
merupakan pereduksi yang baik.

Dalam industri minuman beralkohol, titrasi redoks dilakukan untuk menganalisis


kadar sulfat dalam wine menggunakan iodin. Titrasi redoks juga bisa menentukan
kadar alkohol dalam minuman dengan menggunakan kalium dikromat.

Dalam industri pangan, titrasi redoks bisa digunakan untuk melihat kualitas
minyak jelantah, yakni dengan melihat kadar peroksida.
1. Titrasi Permanganometri
• Larutan titer yang digunakan pada metode permanganometri adalah Kalium
permanganat (KMnO4) yang umumnya dilakukan dalam suasana asam (asam sulfat
encer). KMnO4 merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis merupakan
suatu reduktor.
• Standardisasi Larutan KMnO4 dilakukan dengan suatu reduktor yaitu Asam Oksalat
(H2C2O4) menurut reaksi :
2MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

• Titran : Kalium permanganat (KMnO4) sifat oksidator


• Analit : Sampel uji yang bersifat reduktor (contoh H2O2)
• Indikator : Tidak perlu indikator
• Titik akhir titrasi : dari tak berwarna menjadi merah muda yang stabil

• Contoh penetapan kadar hidrogenperoksida (H2O2) yang tertera pada Farmakope


Indonesia.
Reaksi lengkap : 2 KMnO4 + 5 H2O2 + 3 H2SO4 → 2 MnSO4 + 5 O2 + 8 H2O + K2SO4
Reaksi Ion : 2 MnO4- + 5 H2O2 → 2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
2. Titrasi Dikromatometri

• Larutan titran yang digunakan pada metode dikromatometri adalah senyawa


kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator, sehingga zat yang dinalisis adalah
suatu reduktor.
• Ion dikromat direduksi menjadi ion Cr3+ yang berwarna hijau dengan reaksi
berikut : Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2
• Standardisasi larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dilakukan terhadap larutan besi
(Fe)

• Titran : larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) sifat oksidator


• Analit : Sampel uji yang bersifat reduktor (contoh sampel yang mengandung Fe)
• Indikator : Natrium Difenilaminasulfonat
• Titik akhir titrasi : dari tak berwarna menjadi hijau lalu menjadi ungu yang stabil
• Contoh penetapan kadar Besi (Fe) total dalam sampel obat
3. Titrasi Serimetri

• Larutan titran yang digunakan pada metode serimetri adalah senyawa serium
sulfat (Ce(SO4)2) sebagai oksidator, sehingga zat yang dinalisis adalah suatu
reduktor.
• Ion Ce4+ direduksi menjadi ion Ce3+ yang berwarna hijau dengan reaksi berikut :
Ce4++ e- → Ce3+
• Standardisasi larutan cerium sulfat (Ce(SO4)2) dilakukan terhadap arsen
trioksida (As2O3)

• Titran : larutan cerium sulfat (Ce(SO4)2) sifat oksidator


• Analit : Sampel uji yang bersifat reduktor (contoh sampel yang mengandung Fe)
• Indikator : orto-phenantrolin dan osmium tetraoksida
• Titik akhir titrasi : dari merah menjadi biru pucat yang stabil
• Contoh penetapan kadar Besi (Fe) total dalam sampel obat
4. Titrasi Iodimetri

• Larutan titran yang digunakan pada metode iodimetri adalah iodin (I 2) bersifat
sebagai oksidator, sehingga zat yang dinalisis adalah suatu reduktor.
• Iodin direduksi menjadi ion iodida : I2 + 2e-  2I-

• Standardisasi larutan iodin (I2) dilakukan terhadap arsen trioksida (As2O3) atau
Natrium tiosulfat (Na2S2O3)

• Titran : larutan Iodin (I2) sifat oksidator dalam suasana asam


• Analit : Sampel uji yang bersifat reduktor (vitamin C (asam askorbat),
metampiron)
• Indikator : larutan amilum
• Titik akhir titrasi : dari tak berwarna menjadi biru yang stabil
5. Titrasi Iodometri

• Larutan titran yang digunakan pada metode iodometri adalah natrium tiosulfat
(Na2S2O3) bersifat sebagai reduktor, sehingga zat yang dinalisis adalah suatu
oksidator.
• Ion iodida dioksidasi menjadi iodin : 2I-  I2 + 2e-
Iodin (I2) yang terbentuk dititrasi dengan Natrium tiosulfat :
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

• Standardisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dilakukan kalium iodat (KIO3)

• Titran : larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)


• Analit : Sampel uji yang bersifat oksidator
• Indikator : larutan amilum
• Titik akhir titrasi : dari biru menjadi tak berwarna
6. Titrasi Bromometri

• Larutan titran yang digunakan pada metode bromatometri adalah natrium


tiosulfat (Na2S2O3) bersifat sebagai reduktor, sehingga zat yang dinalisis adalah
suatu oksidator.
• Ion bromat dioksidasi menjadi bromin : BrO3- + 6I- + 6H+  Br- + 3I2 + 3H2O
Iodin (I2) yang terbentuk dititrasi dengan Natrium tiosulfat :
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

• Standardisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dilakukan kalium iodat (KIO3)

• Titran : larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)


• Analit : Sampel uji yang bersifat oksidator
• Indikator : larutan metil orange, metil merah, indigo karmin
• Titik akhir titrasi : dari biru menjadi tak berwarna
• Contoh penetapan kadar isoniazid, asam salisilat,
Soal-soal Perhitungan
1. Berapa gram KMnO4 yang diperlukan sebagai penitar untuk menjadi konsentrasi
0,1 M sebanyak 250 mL ?
2. Untuk membuat 250 ml larutan iodium 0,1N dari larutan iodium 2N, maka larutan
iodium 2N yang dibutuhkan adalah ?
3. Untuk pembakuan larutan KMnO4, tertimbang asam oksalat sebanyak 0,1535
gram, setelah dilarutkan dengan 15 ml air suling, ditambahkan 15 ml larutan H 2SO4

2 N dipanaskan sampai suhu 70oC, lalu dititrasi dengan larutan KMnO4 yang hendak

dibakukan, volume larutan titer KMnO4 yang dibutuhkan adalah 24,9 mL.

Kemudian, larutan baku KMnO4 ini digunakan untuk menentukan kadar


besi(II)sulfat dalam suatu zat uji. Berat zat uji yang tertimbang adalah 0,556
gram, larutan titer KMnO4 yang dibutuhkan pada titrasi zat uji ini adalah 20,1 mL.
Hitunglah :
a) normalitas larutan baku KMnO4 tersebut,
Soal-soal Perhitungan
Contoh Soal Sampel obat antibiotik sebanyak 0,2981 g mengandung sulfanilamid
dilarutkan dalam HCl dan diencerkan hingga 100 mL. 20 mL larutan tersebut
dimasukkan dalam sebuah labu dan ditambah 25 mL KBrO3 0,01767 M. 10 gram

KBr ditambahkan untuk membentuk Br2 yang bereaksi dengan sulfanilamid dalam
sampel. Setelah 10 menit, ditambahkan KI berlebihan dan Iodin yang dibebaskan
dititrasi dengan 12,92 mL natrium tiosulfat 0,1215 M.

Anda mungkin juga menyukai