Anda di halaman 1dari 17

Pembahasan 100 Soal Solid dan Semisolid

NO Ans PEMBAHASAN
1 D Cara 1:
40% x 5 mL = 20% x X mL
X mL = 10 mL
10 mL / 3mL = 3,33 4 ampul

Cara 2:
40% berarti 40 gram / 100 mL, dalam 1 mL mengandung 2 gram
20% berarti 20 gram / 100 mL, dalam 1 mL Mengandung 0,6 gram
jika dibutuhkan 2 gram asam hyaluranat, maka 2 gram / 0,6 gram = 3,33 ampul yang
dibutuhkan.
2 B Kandungan MDI 600 dosis
Kandungan salbutamol 20mg
Kandungan salbutamol untuk 1 kali pakai
= 20mg/600 dosis
= 0,03 mg/dosis x 1000
= 33,3 mikrogram/dosis
3 D Untuk kebanyakan zat pada yang terlarut dalam cairan, kelarutan meningkat dengan
kenaikan suhu. Peningkatan energy kinetic bersamaan dengan suhu yang lebih tinggi
memungkinkan molekul pelarut untuk lebih efektif memecah molekul zat terlarut sehingga
dapat meningkatkan kelarutan. Diketahui sifat parasetamol larut dalam air panas. Sehingga
dalam produksinya ditingkatkan suhunya
4 C W = 500 mg = 0,5 g
V = 30 ml
E = 0,15

NaCl = 0,9% x 30 ml = 0,27 gram


Seng sulfat = 0,5 x 0,15 = 0,075
NaCl yang dibutuhkan = 0,27 – 0,075 = 0,195 g
5 C Aliran Thiksotropik:
a. Tipe sediaan tiksotropik bila dalam keadaan diam, akan menyerupai suatu gel.
b. Ketika diberi tekanan misalnya pengocokan, struktur gel ini akan terpecah menjadi
partikel-partikel yang lurus yaitu sol
c. Pada saat pengocokan dihilangkan, tahap demi tahap struktur gel kembali terbentuk. (Gel
-> sol -> gel) / proses pertama berlangsung cepat sedangkan proses kedua berlangsung
lambat

6 D Jumlah ampul yang disediakan


= 12 g / 3 g x 15 ml
= 4 ampul x 7 hari
= 28 ampul
7 A Jumlah gram NaCl yang ekivalen untuk
-> Efedrin = 0,6 x 0,28 = 0,168
-> Pantopon = 1,0 x 0,15 = 0,15
Jumlah = 0,168 + 0,15 = 0,318
Jadi 0,9% x 60 ml = 0,54
NaCl yang dibutuhkan adalah 0,54 – 0,318 = 0,22
8 A Sukrosa sering diganti atau dikombinasikan dengan bahan lain seperti gliserol, sorbitol dan
propilen glikol untuk mencegah kristalilasi pada tutup botol (caplocking)
9 D WFI hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cata yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroba, yaitu disirkulasi dengan konstan pada suhu diatas 70℃
10 D Bioavailabilitas Absolut
= AUC PO x Dosis iv / AUAC iv x Dosis PO
= 36 x 100 mg / 48 x 200 mg
= 0,375
11 B

12 A  BCS kelas 1 tidak memiliki masalah di kelarutan dan permeabilitas, maka dari itu faktor
disolusi obat merupakan titik kritis yang harus diperhatikan.
 BCS kelas 2 memiliki masalah di kelarutan sehingga perlu memodifikasi kelarutannya.
 BCS kelas 3 memiliki masalah di permeabilitas sehingga perlu meningkatkan
permeabilitasnya.
 BCS kelas 4 memiliki masalah di kelarutan dan permeabilitas sehingga perlu
diperhatikan keduanya.

Sumber (SC : The biopharmaceutics classification system (BCS) and the biopharmaceutics
drug disposition classification system (BDDCS): beyond guidelines. international 2019)

13 C Untuk BCS kelas 1 cukup uji disolusi terbanding atau uji bioekivalensi in vitro

14 E V = (W x NaCl Equivalen) x 111,1

=[(W1 x E1) + (W2 x E2)] x 111,1

= [(0,05 gram x 0,48) + (0,4 gram x 0,6)] x 111,1

= (0,024 + 0,24) x 111,1

= 29,33
15 B HLB X = 16 sebanyak 2 bagian

HLB Y = 9 sebanyak 3 bagian


Bagian X
Emulgator X = Jumlah total bagian x HLB X

2
= x 16 = 6,4
5

Bagian Y
Emulgator Y = Jumlah total bagian x HLB Y

3
= x 9 = 5,4
5

HLB Campuran = 6,4 + 5,4 = 11,8

16 A d = ρ zat / ρ air

= 1,2884/0,9442

= 1,3645 g/mL
17 A Di FI V, sampling awal 10 sampel

 vol sampel tidak kurang dari 100% dan tidak 1 pun yg vol kurang dari 95% dari vol yg
ada di etiket maka LULUS
 vol sampel kurang dari 100%, tapi tidak ada 1pun yg vol kurang dari 95% vol yg ada di
etiket maka DIUJI TERHADAP 20 BOTOL TAMBAHAN
 vol sampel kurang dari 100% dan ada 1 yg kurang dari 95% dari vol yg ada di etiket maka
REJECT

PERHITUNGAN :

% Terpindahkan : (vol di gelas ukur/vol di etiket) x 100%

Uji Tahap 1 → 10 botol

Uji Tahap 2 → ditambah 20 botol

Total 30

18 C Uji endotoksin dilakukan dengan Uji LAL dimana jika positif mengandung endotoksin makan
akan terbentuk gel. Uji angka lempeng total adalah metode yang umum digunakan untuk
menghitung bakteri dalam sediaan yang diperiksa (menggunakan agar).

Sumber : FI ed IV, Tahun 1995

19 C Sterilisasi cara panas basah juga dikenal sebagai sterilisasi uap, dilakukan dengan
menggunakan alat autoklaf dan ditetapkan bahwa sterilisasi dilakukan selama 15 menit pada
suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain (FI IV)
20 A Hasil pengujian yang memenuhi:

 Kontrol (+) = + menandakan pengujian berfungsi sesuai dengan yang direncanakan dalam
hal ini pada control positif ditaruh mikroba, jika hasilnya positif berarti media yang
digunakan memenuhi persyaratan
 Control (-) = hasilnya harus negative, sebagai pembeda dengan control +
 Sampel = harus negative, untuk menandakan bahwa sediaan yang diuji steril, jika
hasilnya positif berarti sediaan tidak steril/terkontaminasi

 Negative palsu = bets 1 karena control (+) hasilnya (-)


 Positif palsu = bets 3 karena control (-) hasilnya (+)

21 C  Ekivalensi farmasetik : zat aktif, jumlah, dan bentuk sediaan sama


 Alternative farmasetik : bahan aktif sama, beda bentuk kimianya
 Ekivalensi terapetik : bahan aktif sama, efek sama
 Alternative terapetik : bahan aktif berbeda untuk terapi yang sama pada kelas farmakologi
yang sama

Sumber : (Pedoman Uji Bioekivalensi, 2005)

22 D Salep mata dengan bahan yang tidak tahan panas tidak dapat dilakukan sterilisasi panas dan
tidak bias dilewatkan filter (Filtrasi) maka yang paling mungkin ialah dengan Tehnik Aseptis

23 C Dosis = 4 mg/kg/hari x 60 kg = 240 mg

dalam 3 dosis terbagi = 80 mg

Sediaan = 40 mg/ml maka 80 mg/40mg/ml = 2 ml

24 C

25 D Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua fasa yang tidak bercampur, biasanya air dan
minyak. Minyak dapat didispersikan dalam air sehingga sediaan akan lebih nyaman untuk
diminum

Sumber : Buku Ilmu Resep, Syamsuni

26 D B = 0,9% x V – (W x E)

B = 0,9/100 x 10 – ( 0,2 x 0,16)

B = 0,058

27 E Jawaban : E

HLB butuh = 10

Kadar emulgator 5% = 5 g dlm 100ml larutan total


Tween 80 = HLB 15

Span 80 = HLB 4,3

Pakai metode aligasi untuk menghemat waktu 

28 E Tipe 1 = borosilikat = untuk steril = yang terbaik

Tipe 2 = kaca soda kapur = steril

Tipe 3 = kaca soda kapur = steril tapi perlu penyesuaian

Tipe NP / IV = non steril

29 D

Sumber : FI VI hal 1835

30 B Untuk sediaan steril semisolid, maka metode sterilisasi yang dapat digunakan adalah panas
kering, radiasi, atau pembuatan secara aseptik. Karena zat aktif bersifat termostabil maka
dipilih metode panas kering (Kemenkes, 2016)

31 B Jawaban : B

∆Tf Thiamin HCl 0,5% = 0,0740C

∆Tf Asam askorbat 1% = 0,1040C

2% = 2/1 x 0,104 = 0,208 0C

∆Tf NaCl 0,9% = 0,5760C


Rumus penurunan titik beku

0,52−𝑎 0,52−(0,074+0,208)
= = = 0,4132% NaCl
𝑏 0,576

Sediaan injeksi yang dibuat 10 mL

= 0,4132% x 10 mL = 0,04132 gram = 41,32 mg

*ingat, perhitungan dengan metode penurunan titik beku selalu menggunakan %b/v

32 D 0,5% x 5 gram = 2,5 % gram/tube (0,5/100x5x1200)


2,5% x 1200 = 30 gram = 30000 mg
% (g/100 gram atau g/100mL)

33 B Emulsifier adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi untuk
menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang diemulsikan dan suatu
emulsifier HLB memegang peranan penting. Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang
menunjukkan ukuran keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar)
dan gugus lipofilik (menyukai minyak atau non polar), yang merupakan sistem dua fase yang
diemulsikan. Sistem HLB adalah metode untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan
menggunakan berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat
bantu
34 E Uji ekivalensi in vitro/uji disolusi terbanding dilakukan pada obat ‘’copy’’ yang hanya
berbeda kekuatan dibuat oleh pabrik obat yang sama di tempat yang sama.
(Pedoman uji bioekivalensi BPOM 2005)
35 C Koalesens adalah penggabungan aglomerat menjadi tetesan yang lebih besar dan bersifat
irreversible.

36 B Sediaan tetes mata/telinga biasanya dikemas dalam wadah plastik. Wadah penetes, tutup dan
overseal dicuci dan disterilkan sesuai pada produksi rutin.
Sebagai pengganti sterilisasi dengan panas, dipakai sterilisasi dengan radiasi/etilen oksida
untu wadah dan perangkatnya.
(POPP CPOB aneks 1 pembuatan produk steril ed 2013)
37 E

38 A Kelas A: zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, missal zona pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan aseptis. Pada kondisi ini dicapai dengan memasag
unit aliran udara laminar di tempat kerja. System udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36–0,54 m/detik pada posisi kerja dan dalam ruang bersih
terbuka.
(Peraturan BPOM No 13 tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan KepalaBPOM tahun
2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik)
39 D

(Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Aneks 1
Pembuatan Produk Steril Edisi 2013)
40 A
(SC : The biopharmaceutics
classification system (BCS) and the
biopharmaceutics drug disposition
classification system (BDDCS):
beyond guidelines international 2019)

41 D
(SC : The biopharmaceutics
classification system (BCS) and the
biopharmaceutics drug disposition
classification system (BDDCS):
beyond guidelines international 2019)
42 A

Pseudoplastis = viskositas menurun dengan meningkatkan rate of share. Disebut juga system
geser encer. kurva dimulai dari titik (0,0) tidak ada harga yield.
Contoh aliran ini = CMC Na, gom, Tragakan, Na. alginate, metil selulosa atau molekul
berantai Panjang lainnya
(Sc : Ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 11th ed.2018 & farmasi
fisik – kemenkes 2016)
43 B Tween 80 = 70% x15 = 10,5
Span 80 = 30% x 4,5 = 1,35
HLB camp
= 10,5 + 1,35
= 11,85
44 D Etilselulosa umum digunakan sebagai eksipien pembentuk matriks dalam sediaan lepas
termodifikasi. Pembentukkan matriks ini dapat menyebabkan obat terlepas pada waktu-
waktu tertentu sehingga akan meningkatkan periode konsentrasi obat dalam darah. (HOPE
6, hal 263)
45 C Butil hidroksi toluene merupakan senyawa fenolik yang berfungsisebagai antioksidan dalam
kosmetik, makanan dan obat-obatan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, p.76)
46 C Mikroba standar yang digunakan dalam kualifikasi kinerja penetrasi panas otoklaf adalah
Bacillus stearothermophillus (POPP CPOB jilid 2, p.669)
47 A Cara filtrasi menggunakan filter membrane 0,22 µm di LAF (dispensasi menggunakan kertas
saring)
48 D tidak memenuhi syarat pada uji mikroba dapat ditanggulangi dengan menambahkan
pengawet (dalam hal ini sodium benzoat)
49 C Pirogen adalah agen utama yang dapat menyebabkan hipertemia yang dapat menyebabkan
perubahan pada pengaturan suhu di hipotalamus.

50 A (B 1 x HLB 1 ) + (B 2 x HLB 2 ) = (B campuran x HLB campuran )


Misalnya bobot Tween 20 = X, maka
bobot Span 20 = (5 - X)
(X x 16,7) + ((5 - X) x 8,6) = 5 x 12
16,7X + 43 – 8,6X = 60
8,1X = 60 - 43
X = 17/8,1 = 2,1
Jadi, bobot Tween 20 = 2,1 g dan bobot
Span 20 = (5 – 2,1) g = 2,9 g
51 A NaHCO3 berfungsi sebagai pengatur pH (pendapar) pada sediaan injeksi.

52 E Oven: Bacillus substilis


Autoklaf: Bacillus stearothermophilus
Radiasi : Bacillus pumilus
53 D  Ekivalensi farmasetik : zat aktif sama dalam jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang
sama
 Alternatif farmasetik: zat aktif yang sama tapi berbeda dalam bentuk kimia (garam,
ester) atau beda bentuk sediaan atau kekuatan
 Ekivalensi terapetik: zat aktif mempunyai ekivalensi farmasetik atau alternatif farmasetik
dan menghasilkan ekasi klinik dan keamanan yang sama
 Alternatif terapetik: zat aktif beda yang ditujukan untuk tujuan klinis yang sama. Zat
aktif berasal dari kelas farmakologi yang sama dan memberikan efek terapetik yang
sama.
54 D Uji pyrogen dapat dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan kelinci atau disebut
dengan metode rabbit test. Kriteria penerimaannya adalah tidak ada satupun dari 3 kelinci
yang mengalami kenaikan suhu di atas 0,5°C. Apabila terdapat 1 kenaikan di atas 0,5°C,
maka ulangi dengan 5 kelinci. Memenuhi syarat apabila maksimal 3 dari 8 kelinci memiliki
kenaikan suhu 0,5°C atau lebih dan total jumlah kenaikan suhu 8 kelinci tidak lebih dari
3,3°C
55 C Emulgator X = 3/5 x 15 = 9
Emulgator Y = 2/5 x 10 = 4
HLB Campuran = 9 + 4 = 13.
56 C Flocculating agent ditambahkan untuk membentuk flokul agar ketika mengendap tidak
membentuk caking (membuat system suspensi okulasi). Sistem okulasi pada suspensi
memiliki laju endap yang cepat, akan tetapi endapan yang terbentuk cenderung mudah
kembali terdispersi dengan pengocokan.
57 A Hasil negatif pada sampel uji tidak dapat dipercaya (palsu) karena kontrol positif
menunjukkan hasil yang negatif. Seharusnya, hasil yang ditunjukkan oleh kontrol positif
haruslah positif, hasil kontrol negatif haruslah negatif. Jika tidak sesuai, maka dinyatakan
hasil sampel tidak dapat dipercaya (palsu).
58 D Fungsi katup terpasang adalah untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari tabung
dalam bentuk yang diinginkan dengan kecepatan yang diinginkan dan dengan adanya katup
yang berukuran, dalam jumlah/dosis yang tepat.

59 E HLB campuran
Tween = 5% X 15 = 0,75
Span = 3% X 5,3 = 0,159
Jadi HLB campurannya adalah 0,75+0,159 = 0,909
60 E Produk obat” copy” yang hanya berbeda kekuatan, uji disolusi terbanding dapat diterima
untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan profil disolusi.
Sumber : PerKa BPOM RI Tahun 2005 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi
61 C Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain, seperti
Albumin.
62 D Na Ampisilin = 0,2 gr x 0,16 = 0,032
INH = 0,05 gr x 0,26 = 0,013

Rumus ekivalensi NaCl


= 0,9% x V- (W + E)
= 0,9% x 25 mL – (0,032 – 0,013)
= 0,18 gram
NaCl diganti dengan Dekstrosa  0,18 gram NaCl = 1 gram dekstrosa maka dekstrose yang
digunakan adalah 1 gram

63 A R/ Kloramfenikol s6dd 2 gtt = 6 x sehari 2 tetes atau 24/6 x sehari 2 tetes = tiap 4 jam 2
tetes.
64 E ZA mengambang pada permukaan dan sulit terdispersi disebabkan karna zat aktif bersifat
hidrofobik (pada pembawa air). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pelarut yang sesuai
dengan kelarutan dari zat aktif itu sendiri agar mudah terdispersi atau dengan penambahan
weeting agent untuk membasahi permukaan zaat aktif agar bisa terdispersi di dalam larutan
pembawanya.
65 B Polioksietilen sorbitan monostearat 60 atau nama lain dari Polisorbat 60 atau Tween 60
merupakan jenis non-ionik surfaktan. Dimana diketahui bahwa surfaktan berfungsi sebagai
zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan zat lain.
66 A Tablet yang mudah hancur dan rapuh menandakan kurang kompaknya granul pada saat
dicetak. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan zat tambahan yang disebut
pengikat/binder. Pengikat/binder berfungsi untuk menambah gaya kohesi antar granul
sehingga pada saat pencetakan granul-granul bisa menempel dengan kompak/kuat.
67 A Benzalkonium klorida memiliki fungsi sebagai pengawet antimikroba (preservative agent),
antiseptik, desinfektan, soulubilizing agent.Sumber : HOPE 8th ed, 2017
68 C Surfaktan kationik = Benzalkonium klorida
Surfaktan non-ionik = Ester polietilen
Surfaktan anionic = Na duodesil sulfat, Na lauril sulfat/SLS
Sumber : HOPE 8th ed, 2017
69 A Trietanolamin/TEA = ph stabilizer
Karbomer = gelling agent
Nipagin = preservative agent
Propilen glikol/PPG = humectant
Air = pelarut
Sumber : HOPE 8th ed, 2017

70 B Campuran eutektik adalah campuran senyawa yang mana apabila senyawa tersebut di
campurkan maka akan membeku di suhu yang lebih rendah (titik leleh menjadi lebih
rendah) apabila campuran dengan senyawa lain. Diagram fase eutektik menggambarkan dua
komponen yang saling larut sempurna dalam keadaan cair dan sedikit larut dalam keadaan
padat. Menthol akan membentuk campuran eutektik dengan kamper
71 B

72 D

73 B Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat
yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Sumber : FI ed VI, 2020
74 C Pelembab meningkatkan hidrasi kulit dan meningkatkan kadar air pada stratum corneum
dengan cara menyediakan air ke kulit dan meningkatkan oklusi untuk mengurangi
transepidermal water loss. Pelembab juga dapat mengembalikan kemampuan lapisan ganda
lipid antar sel untuk menyerap, mempertahankan, dan mendistribusikan air
75 C Waktu hancur adalah uji yang penting untuk tablet yang diberikan melalui mulut, kecuali
tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat. (FI VI)
76 E Karena vitamin C bersifat termolabil maka metode sterilisasi yang dipilih adalah
penyaringan (Wang et al., 2017)
77 B Untuk sediaan steril semisolid, maka metode sterilisasi yang dapat digunakan adalah panas
kering, radiasi, atau pembuatan secara aseptik. Karena zat aktif bersifat termostabil maka
dipilih metode panas kering (Kemenkes, 2016)
78 A Emulgator adalah bahan aktif permukaan (surfaktan) yang mengurangi tegangan antarmuka
antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi dalam lapisan kuat yang
mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi (Maria dan Fadillah, 2016)
79 C Metode gom kering atau metode kontinental dilakukan dengan zat pengemulsi dicampur
dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
80 E Etanol, PEG 300 dan 400, gliserin dan propilen glikol adalah kosolven yang umum
digunakan dalam bidang farmasi
81 A Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena kontaminasi dari
lingkungan, maka pengisian hendaklah dilakukan di zona kelas A
82 B Tekanan udara antar ruang sangat penting untuk diatur dalam ruangan produksi industri
farmasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang dari satu produk ke produk
lainnya.
83 A MSDS atau Material Safety Data Sheet adalah suatu dokumen di lab maupun industri
farmasi mengenai suatu bahan melingkup keamanan, toksisitas, pengendalian, penyimpanan
dan penanganan apabila terjadi kecelakaan kerja oleh zat tersebut.
84 E Ruang kelas E adalah kelas kebersihan untuk ruang pengolahan produk non steril pada
ruang ini dapat dilakukan proses pencampuran, pengolahan, pengisian, pengemasan primer.
Sedangkan pengemasan sekunder dilakukan pada ruang kelas F (CPOB 2018)
85 A Ruang reject = ruangan yang jika bahan tidak sesuai spesifikasi atau tercampur dll
Ruang karantina = ruangan yang digunakan untuk menunggu pemeriksaan dari QC
lulus/tidak
86 E Tipe 1 = borosilikat = untuk steril = yang terbaik
Tipe 2 = kaca soda kapur = steril
Tipe 3 = kaca soda kapur = steril tapi perlu penyesuaian
Tipe NP atau 4 = untuk non steril
87 B Uji kebocoran tube
Uji 10 tube  memenuhi syarat jika tidak ada 1 tube pun yang mengalami kebocoran
Jika terdapat 1 saja tube yang bocor maka dilakukan pengujian tambahan dengan 20 tube
Uji 30 tube  memenuhi syarat jika tidak lebih dari 1 tube yang mengalami kebocoran
88 D Uji pyrogen dapat dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan kelinci atau disebut
dengan metode rabbit test. Kriteria penerimaannya adalah tidak ada satupun dari 3 kelinci
yang mengalami kenaikan suhu di atas 0,5°C. Apabila terdapat 1 kenaikan di atas 0,5°C,
maka ulangi dengan 5 kelinci. Memenuhi syarat apabila maksimal 3 dari 8 kelinci memiliki
kenaikan suhu 0,5°C atau lebih dan total jumlah kenaikan suhu 8 kelinci tidak lebih dari
3,3°C
89 B Jumlah sampel pertinggal dan sampel pembanding hendaklah cukup untuk melakukan
minimal 2 kali analisis lengkap pada bets sesuai dengan dokumen izin edar yang telah
dievaluasi dan disetujui oleh BPOM
90 D Uji kebocoran kemasan primer dilakukan dengan memasukkan kemasan ke dalam alat
bejana kaca tertutup rapat berisi metilen blue
91 B HPMC , polivinil alkohol, metilselulosa meningkatkan lama kontak dengan mata
92 A Contoh gelling agent yaitu: metil selulosa, Carboxy Metil Selulosa (CMC), Hidroxy Propil
Methyl Celulosa (HPMC), dan ada juga yang berasal dari polimer sintetik seperti carbopol
(karbomer).
93 C Metode sterilisasi yang dipakai adalah autoklaf, karena metampiron tahan terhadap
pemanasan dan autoklaf merupakan metode sterilisasi yang umum dan mudah digunakan baik
di Industri maupun di Laboratorium.

94 B Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase
dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibelartinya bila
dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
95 C Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang
disebut Climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 20OC
dan kelembaban 75 ± 5%
96 E Bahan aktif memiliki titik leleh 78 C (tidak stabil terhadap panas)  tidak bisa pakai
sterilisasi panas

Sediaan berbentuk salep  tidak bisa difiltrasi

Gas  meninggalkan residu gas etO atau formaldehid (tidak aman)

Yang tepat adalah radiasi

97 C Penggunaan polimer hidrofilik

- Disperse padat (bila dilakukan rekayasa struktur kimia bahan aktif menjadi lebih amorf
setelah ditambahkan polimer)
- Kompleks inklusi (bila polimer hanya berfungsi untuk melapisi bagian luar bahan aktif
(menjerap bahan aktif) sehingga memudahkan bahan aktif larut)

Tidak ada kata kunci perubahan struktur Kristal/ amorf Jawaban yang tempat pembentukan
kompleks inklusi

98 B TOC  mengukur komponen organik

Konduktivitas  mengukur mineral


pH  derajat keasaman

Kesadahan  kandungan logam

Kekeruhan  kandungan partikel

99 B

100 A Kelas A diperuntukan untuk produksi sediaan steril karena memiliki persyaratan jumlah
partikel yang paling sedikit dibandingkan dengan kelas kebersihan lainnya

Anda mungkin juga menyukai