0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang alkaloid kafein yang terkandung dalam biji, kulit buah, dan daun kopi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi refluks dengan pelarut etanol 96%. Uji kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis. Hasilnya menunjukkan kadar kafein tertinggi ditemukan pada daun kopi.
Dokumen tersebut membahas tentang alkaloid kafein yang terkandung dalam biji, kulit buah, dan daun kopi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi refluks dengan pelarut etanol 96%. Uji kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis. Hasilnya menunjukkan kadar kafein tertinggi ditemukan pada daun kopi.
Dokumen tersebut membahas tentang alkaloid kafein yang terkandung dalam biji, kulit buah, dan daun kopi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi refluks dengan pelarut etanol 96%. Uji kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis. Hasilnya menunjukkan kadar kafein tertinggi ditemukan pada daun kopi.
02 04 K100190006 K100190008 Pendahuluan 01 1. Pendahuluan Keberadaan alkaloid biasanya sebagai garam organik dalam tumbuhan dalam bentuk senyawa padat berbentuk kristal dan kebanyakan berwarna. Pada daun atau buah segar biasanya keberadaan memberikan rasa pahit (Simbala, 2009). Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine (Isnindar et al.,2016). Kafein merupakan senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan(Anonim, 1995). Kandungan kafein pada kopi memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis seperti menstimulasi susunan saraf, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulus otot jantung. Efek samping dari penggunaan kafein secara berlebihan (overdosis) dapat menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, mual dan kejang. Dosis kafein berdasarkan FDA (Food Drug Administration) yang diizinkan 100-200 mg/ hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/ hari dan 50 mg/ sajian (Maramis, dkk., 2013). Kopi mengandung alkaloid, salah satu cirinya adalah berasa pahit yang disebabkan oleh kandungan kafeinnya (Budiman, dkk., 2010). Alkaloid tersebar hampir di semua bagian tumbuhan dengan kadar yang berbeda-beda, antara lain pada batang, kulit batang, daun, akar, buah, biji dan dalam vakuola(Hanani, 2014). Metode Penyiapan Sampel 02 METODE PENYIAPAN SAMPEL/EKSTRAKSI Disiapkan seperangkat alat soklet ↓ Ditimbang serbuk biji kopi sebanyak 30 gram ↓ Dibungkus menggunakan kertas saring dan diikat ↓ Dimasukkan sampel ke dalam tabung (sifon) pada rangkaian alat soklet. ↓ Ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 150 mL ke dalam labu soklet ↓ Dipanaskan simplisia dan ditunggu sampai sirkulasi 15 kali ↓ Hasil ekstrak ditampung pada cawan dan diuapkan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental Uji Kualitatif 03 ● Reaksi Tabung 1. Metode : Uji reagen murexid Prinsip : Perombakan oksidatif dari heterosiklik, di mana diantaranya akan membentuk asam purpurat. Prosedur : Sampel ditambahkan H2O2 dan HCl P yang dipanaskan diatas penangas air Lalu dilakukan penambahan NH3 6N Hasil positif : terbentuk warna merah violet.
2. Metode : Uji reagen parry
Prinsip : Ion kobalt mengikat gugus nitrogen yang ada di dalam senyawa kafein. Prosedur : Sampel dilarutkan dengan etanol 96% secukupnya lalu ditambahkan reagen parry dan NH3 (ammonia) Hasil positif : terbentuk warna biru tua/hijau ● KLT Fase diam : Lempeng silika gel GF254
Fase gerak : CHCl3 : Etanol (96 : 4)
Pereaksi semprot : Pereaksi Dragendorff Prosedur : Dimasukkan fase gerak (CHCL3 : etanol) (96 : 4) kedalam bejana dan dimasukkan kertas saring, tutup bejana sampai jenuh oleh fase gerak -> Disiapkan sampel dan standar timbang masing-masing 10 mg yang dilarutkan dalam 1 ml CHCl3 -> Ditotolkan sampel dan standar dengan jarak antara totolan 1 cm pada silika gel -> Dimasukkan fase diam (silika gel) kedalam bejana dan tutup bejana rapat-rapat à Dielusi dengan fase gerak -> Didiamkan fase diam hingga batas tanda, setelah itu dikeringkan -> Diamati dibawah lampu UV 254 nm ditandai ditempat pemadaman bercak, kemudian mengamati warnanya -> Diambil pelat silika gel, semprot dengan pereaksi Dragendorff -> Diamati bercak warna, dan hitung Rf nya Hasil positif ; Diperoleh bercak berwarna jingga dan nilai Rf standar sebesar 0,4 serta nilai Rf sampel sebesar 0,4. Uji Kuantitatif 04 ● Metode Spektro Uv-Vis - Pembuatan Larutan Stok Baku Kafein Ditimbang 50 mg baku kafein, dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan di add kan dengan etanol 96% - Penentuan panjang gelombang Deteksi absorbasi larutan standar pada panjang gelombang 200-400 nm, selanjutnya dibuat kurva baku konsentrasi vs absorbansi - Pembuatan kurva baku Dibuat larutan baku dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 ppm dengan memipet masing-masing 2, 3, 4, 2, 6, 7 dan 8 ml dari larutan stok kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan 100 ml dan diadd kan dengan etanol 96%. Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum dengan blanko serapan akuades dan dihitung jumlah kafein dari angka serapan masing-masing - Penetapan kadar sampel Hasil ekstrak kental ditimbang 0,1 g kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan etanol 96%. Kemudian dibaca absorbansinya pada 275 nm. 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Perhitungan kadar kafein dilakukan dengan rumus: 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛 = 𝐴𝑏𝑠 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑃 ● Hasil uji kuantitatif dengan spektro UV-Vis Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dari kafein dilakukan dengan menggunakan larutan baku kafein pada konsentrasi 10 ppm dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm, dan hasil pengukuran ini diperoleh panjang gelombang maksimum pada 272 nm dengan nilai absorbansi 0,465, hasil tersebut sesuai dengan literatur yaitu 272 sampai 273 (Rohman dan Sudjadi 2021)
● Hasil pengukuran sampel dengan spektro UV-Vis
Pengukuran sampel dilakukan dengan cara menimbang hasil ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi sebanyak 0,1 g, kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan etanol 96% sampai tanda batas dan dihomogenkan. Larutan tersebut diukur absorbansinya secara spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran tersebut diperoleh nilai absorbansi melebihi range absorban 0,2-0,8 sehingga perlu dilakukan pengenceran. Biji dan kulit buah kopi diencerkan 10 kalinya (1:10) yaitu dengan cara dipipet 10 mL kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dan ditambahkan dengan etanol 96% sampai tanda batas, sedangkan pada daun kopi diencerkan 5 kalinya (1:5) yaitu dengan cara dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL dan tambahkan dengan etanol 96% sampai tanda batas. Data hasil penelitian diatas diperoleh rata-rata kadar kafein dalam 1 gram serbuk simplisia biji kopi adalah 17,7434 mg, kulit buah kopi adalah 23,5074 mg dan daun kopi adalah 32,8543 mg. Jika dibuat dalam % b/b maka biji kopi mengandung kafein sebenyak 1,77%, sedangkan kulit buah kopi sebanyak 2,35 % dan daun kopi sebanyak 3,28 %. Rata-rata kadar kafein tertinggi terdapat pada daun, hal ini dikarenakan kafein pada tanaman kopi didistribusikan terutama didaun dan dikotiledon serta disintesis pada daun muda (Ashihara, 2011). Hasil tersebut sesuai dengan literatur (Ashihara, 1996) kadar kafein pada daun muda yaitu 2,6-7,1 %. Daftar Pustaka Romandhoni, A. and Arrosyid, M., 2018. Penetapan Kadar Kafein Pada Teh Oolong (Camelia sinensis) Menggunakan Ekstraksi Refluk Dengan Metode Titrasi Bebas Air. [online] 9(1). Available at: <http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/view/382> [Accessed 26 October 2021]. Budiman, Hendra, dkk. 2015. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid Pada Biji Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will) Dengan Cara Kromatografi Lapis Tipis. CERATA Journal of Pharmacy Science. <http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/download/11/7> [Accessed 27 October 2021]