Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FITOKIMIA

“Ekstraksi atau Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid Kofeina Dari Biji
Kopi”

Mardhatillah 2015210132
Desi Anastasia 2017210052
Devi Fitriasi 2017210056
Frieska Gishela 2017210089
Gusti Tassya 2017210095
Laelia Azhar 2017210124
Nadia Putri Rachmawati 2017210269
Setiawan Jody 2018212259

Kelas A
Tanggal Praktikum:

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
I. Tujuan Percobaan
1) Memahami cara mengekstraksi menggunakan ekstraktor soxhletasi.
2) Dapat menghitung rendemen hasil soxhletasi.
3) Mampu melakukan proses isolasi senyawa kafein dari biji kopi.
4) Mampu melakukan identifikasi senyawa hasil isolasi menggunakan metode
KLT (Kromatografi Lapis Tipis).

II. Teori Dasar


Metabolisme pada makhluk hidup dapat dibagi menjadi metabolisme primer dan
metabolisme sekunder. Metabolisme primer pada tumbuhan seperti respirasi dan
fotosintesis, merupakan proses yang esensial bagi kehidupan tumbuhan. Tanpa
adanya metabolisme primer, metabolisme sekunder merupakan proses yang tidak
essensial bagi kehidupan organisme. Tidak ada atau hilangnya metabolit sekunder
tidak menyebabkan kematian secara langsung bagi tumbuhan, tapi dapat
menyebabkan berkurangnya ketahanan hidup tumbuhan secara tidak langsung.
Metabolit sekunder dapat didefinisikan sebagai senyawa dengan berat molekul
rendah yang ditemukan dalam jumlah minor pada organisme yang memproduksinya
karena tidak berfungsi sebagai komponen esensial dalam metabolisme atau penopang
pokok dari kelangsungan organisme tersebut, melainkan lebih berfungsi sebagai
penunjang agen pertahanan diri, perlawanan terhadap penyakit atau kondisi kritis,
ataupun berperan sebagai hormon.
Pada fase prtumbuhan, tumbuhan utamanya memproduksi metabolit primer,
sedangkay metabolit sekunder belum atau hanya sedikit diproduksi. Sedangkan
metabolit sekunder terjadi pada saat sel yang lebih terspesialisasi (fase satisioner).
Metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam merupakan hasil metabolit primer
yang mengalami reaksi yang spesifik sehingga menghasilkan senyawa – senyawa
tertentu.
Alkaloid adalah senyawa organik berbobot molekul kecil mengandung
nitrogen dan memiliki efek farmakologi pada manusia dan hewan. Secara alamiah
alkaloid di simpan di dalam biji, buah, batang, akar, daun dan organ lain. Penamaan
alkaloid dari kata alkalin, terminologi ini menjelaskan adanya atom basa nitrogen.
Alkaloid biasanya diturunkan dari asam amino serta banyak alkaloid yang bersifat
racun. Alkaloid juga banyak ditemukan untuk pengobatan dan hampir semua alkaloid
memiliki rasa yang pahit.
Senyawa alkaloid terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk bebas/bentuk basa
dan dalam bentuk garamnya. Alkaloid dalam bentuk basa akan mudah larut dalam
pelarut organik seperti eter, kloroform. Sedangkan senyawa alkaloid dalam bentuk
garam lebih mudah larut dalam air.
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk
kristal tidak berwarna (beberina dan serpentine berwarna kuning). Alkaloid yang
sering kali optik aktif dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di
alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat dan pada kasus lain
satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung
enantiomernya. Ada juga alkaloid yang berbentuk cair seperti konina, nikotina, dan
higrina.
Sifat alkaloid hampir mirip dengan beberapa senyawa amina maka dapat
bereaksi dengan garam – garam valensi dua dari merkuri (Hg 2+), emas (Au2+) dan
platinum (Pt2+) dan dapat membentuk kristal – kristal yang spesifik dan dapat
digunakan untuk identifikasi secara kualitatif. Senyawa alkaloid akan bereaksi dengan
pereaksi Wagner (Iodine dan KI) dan Dragendorff’s (Bismuth KI).[1]
Banyak senyawa yang berkhasiat menstimulasi susunan saraf pusat terdapat
dalam sejumlah organ tumbuhan sehingga telah sangat lama dimanfaatkan orang.
Bahan aktifnya turunan xantina, terutama kafeina (I), teobromin (II) dan teofilina
(III).

(I) (II) (III)


Terdapat perbedaan khasiat yang bertahap di antara ketiga turunan xantina ini.
Selain mempunyai efek stimulasi terhadap peredaran darah, ketiganya juga bersifat
diuretik. Berbagai campuran sekunder mempengaruhi efek tersebut.
Biasanya sediaan yang digunakan beruka ekstrak air yang dibuat pada suhu
tinggi. Di industri ketiga senyawa turunan xantina ini diisolasi dari tumbuhan asal.
 Biji kopi (Coffee Beans, Coffeae Semen, Kaffee)
Biji didapat dari jenis Coffea, terutama C. arabica L., Rubiaceae
(Sudan, pegunungan di Etiopia dibudidayakan di Amerika Tengah dan
Selatan) dan C. liberica Bull. (Afrika Barat) yang di sangria pada 200 – 250
°C. Hasil panen dunia setiap tahun berjumlah kira-kira tiga juta ton, 2.4 juta
ton diantaranya berasal dari Amerika Selatan. Kopi sangrai mengandung
kafeina 0,7% – 1,7% (rata – rata 1,2 %), trigonelina 0,4%, asam klorogenat
3%, gula 3%, lemak 12%, protein dan kandungan lainnya 12%.[2]

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat kimia
menjadi komponen - komponen yang terpisah. Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan dengan pelarut organik.
Identifikasi kafein hasil ekstraksi dari biji kopi dilakukan dengan membandingkan
dengan kafein baku standar dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan absorben inert.
Pengembang yang digunakan adalah kloroform : methanol (99:1).

III. Alat dan Bahan


1) Alat
- Seperangkat alat ekstraktor soxhlet. (volume 250 ml)
- Kertas saring.
- Corong.
- Kompor listrik dan panic alumunium.
- Penangas air.
- Batang pengaduk.
- Cawan penguap 50 ml.
- Corong Buchner dan alat vacuum.
- Kertas pH Universal.
- Corong pisah volume 500 ml.
- Gelas piala kecil.
- Alumunium foil.
- Kaca arloji.
- Oven.
- Rotari Evaporator Vakum.
2) Bahan
- Serbuk simplisia biji kopi (Coffea arabica).
- Ethanol 96%.
- Asam sulfat 10%.
- Magnesium oksida. (MgO)
- Natrium hidroklorida.
- Kloroform.
- HCl.
- Methanol.
- Ammonia.
- Iodin.
- Aquadest.

IV. Cara Kerja


1) Ditimbang lebih kurang 50 gram serbuk simplisia, dimasukkan ke dalam alat
ekstraktor soxhlet yang bagian dalamnya dilapisi kertas saring.
2) Ditambahkan 400 ml ethanol 96% melalui mulut soxhlet, yang sebelumnya
sudah terpasang tegak lurus, sehingga terjadi pengaliran kedalam labu
pemanas (cukup dengan 2 kali sirkulasi), bila perlu dapat ditambahkan ethanol
96% lagi secukupnya.
3) Dilakukan soxhletasi selama 2.5 jam, kemudian hasil soxhletasi didinginkan
sebentar dan disaring dengan kertas saring (terpasang dengan corong).
4) Diuapkan larutan ekstrak dengan vakum rotavapor sampai konsistensi kental
(± 20 – 30 ml), hasilnya dipindahkan ke dalam gelas piala volume 500 ml.
5) Ditambahkan 25 MgO sambil diaduk dengan batang pengaduk, ditambahkan
200 ml aquadest panas sambil diaduk, didihkan selama 10 menit dan disaring
dalam keadaan panas – panas dengan corong Buchner dan dibilas penyaring
Buchner dengan 50 ml aquadest panas.
6) Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan ditempatkan dalam gelas piala,
ditambahkan 25 ml asam sulfat 5% sambil diaduk, larutan filtrat dipanaskan
lagi diatas penangas air selama 10 menit, larutan disaring kembali, filtrat yang
diperoleh didinginkan.
7) Larutan filtrat tersebut dinetralkan dengan Ammonia pekat (NH4OH) yang
ditambahkan tetes demi tetes sampai pH netral. (pH = 6 – 7)
8) Larutan yang sudah dinetralkan pindahkan ke dalam corong pisah (volume
500 ml) lalu diesktraksi sebanyak 5 kali dengan 25 ml kloroform, hasil ekstrak
kloroforom dikumpulkan dan diuapkan dengan vakum rotavapor sampai
menjadi kira – kira ± 10 ml dan ditambahkan 15 ml ethanol 96% dipindahkan
ke gelas piala kecil, ditutup dengan kertas alumunium foil yang dilubangi
beberapa lubang, didiamkan dalam lemari pendingin/es (bukan di dalam
freezer) selama semalam (24 jam).
9) Kristal kofeina yang timbul dipisahkan dengan disaring dengan kertas saring
dan dikeringkan diatas kaca arloji dalam oven pada suhu 40°C.
10) Identifikasi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
a.Metode standar
Sebelum di eluasi, lapisan fase diam lempeng KLT dimantapkan
dengan uap amoniak yang lembab, untuk kepentingan ini digunakan
gelas piala kecil berisi 20 ml larutan ammonia 10% ditempatkan di
dalam bejana kering berisi plat KLT, ke dalam bejana ditambahkan
larutan pengembang (pengeluasi)
b. Lapisan (fase diam)
Silika gel GF254
c.Pengembang (fase gerak)
Penjenuhan bejana: kloroform – ethanol 96%
d. Deteksi
Disemprotkan dengan larutan iodin alkohol lalu dengan asam
hidroklorida – alkohol.
e.Larutan cuplikan
Kristal isolate kofeina 1 mg, dilarutkan ke dalam 2 ml pelarut
campuran kloroform – methanol dengan perbandingan 9 : 4 (1.4 ml :
0.6 ml), untuk menotolkan bercak digunakan 5µg.

V. Hasil Percobaan
Penimbangan Kristal
Penimbangan Bobot (g)
Bobot simplisia 50
Bobot alumunium foil 0,7767
Bobot alumunium foil + kristal 0,8625
Bobot Kristal 0,0858

Jarak rambat bercak pada KLT


Analit Jarak rambat (cm)
Sampel 1,3
Filtrat 1,5
Baku pembanding 1,2

VI. Perhitungan
bobot kristal 0,0858 g
% Kadar kafeina praktikum = x 100% = = 0,17%
bobot simplisia 50 g

Kandungan utama kafein dalam biji kopi menurut E. Stahl adalah 0,7 – 1,7% (rata-
rata 1,2%)
% Kadar teoritis = 1,2 %
0,17
% Rendemen = x 100% = 14,17 %
1,2

Perhitungan Rf dan hRf pada KLT


 Sampel
1,3
Rf = = 0,13
10
hRf = 0,13 x 100 = 13 cm
 Filtrat
1,5
Rf = = 0,15
10
hRf = 0,15 x 100 = 15 cm
 Baku pembanding
1,2
Rf = = 0,12
10
hRf = 0,12 x 100 = 12 cm
Daftar Pustaka

1. Endarini, Lully Hanni. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
2. Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopik.
Bandung: ITB.
3. Suwiyarsa, I Nyoman., dkk. 2018. Analisis Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk
Lokal yang Beredar di Kota Palu. Palu: Jurnal Akademika Kimia.
4. Khotimah, Khusnul. 2016. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Metabolit
Sekunder Senyawa Karpain Pada Ekstrak Metanol Daun Carica pubescens Lenne
& K.Koch dengan LC/MS [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negri
Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai