Anda di halaman 1dari 15

1.

PEMBUATAN SIMPLISIA KERING

1. Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan Simplisia Kering.

2. Teori
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untukpengobatan dan belum mengalami pengolahan. Simplisia dapat juga didefinisikan
sebagaibahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
jugaatau yang baru mengalami proses setengah jadi, seperti pengeringan. Kecuali dinyatakan
lainsuhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°. Simplisia segar adalah bahan alam segar
yangbelum dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani dan pelikan atau
mineral (DEPKES RI, 2008).
Ada beberapa cara pembuatan simplisia, diantaranya: pembuatan simplisia dengan
carapengeringan, proses fermentasi, proses pembuatan simplisia yang memerlukan air,
simplisiayang dibuat melalui proses khusus (penyulingan, pengentalan, eksudat nabati,
pengeringansari dan proses khusus lainnya.
Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan harus dilakukan dengan cepat,tetapi
pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dilakukan secara cepat padasuhu tidak
terlalu tinggi. Cara ini menggunakan “dehumidifier”, dengan suhu tidakterlalu tinggi.
Pengeringan dengan menggunakan panas matahari di alam terbuka menimbulkan
kontaminasi mikrobiologi, atau kontaminasi akibat debu (bisabermacam pencemar).
Pengeringan jangka panjang dapat mengakibatkan simplisiaditumbuhi kapang, sedangkan
pengeringan pada suhu tinggi dapat mengakibatkanperubahan kimia kandungan senyawa
aktif. Beberapa publikasi menyarankan pengeringan menggunakan gelombang mikro
(microwave) untuk jangka pendek.untuk mempermudah/ mempercepat pengeringan,
simplisia dibuat dalam bentukpotongan kecil dan tipis (hasil rajangan) sehingga
mempermudah proses pengeringan(Agoes, 2009).

3. Cara Kerja
1) Pengumpulan bahan baku simplisia (1 kg)
2) Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari bahan baku simplisia
3) Pencucian bahan baku simplisia dengan air mengalir
4) Perajangan, bahan baku simplisia dirajang halus, untuk memperluas permukaan bahan
baku simplisia
5) Sampel yang telah dirajang ditimbang (Untuk Berat Awal pengukuran Susut
pengeringan)
6) Sampel hasil perajangan dijemur (tidak langsung di bawah sinar matahari), tutup
pakaikain (agar terhindar dari mikroba dan kotoran lain.

Daftar Pustaka
BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Bpom: Jakarta.
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. 2017. KEMENKES RI : Jakarta.
2. PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA

1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan serbuk darisimplisia.

2. Tinjauan Pustaka
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untukpengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain
suhupengeringan tidak lebih dari 60ᵒC (BPOM, 2014). Serbuk adalah sediaan obattradisional
berupa butiran homogen dengan deraiat halus yang cocok; bahan bakunyaberupa simplisia
sediaan galenik, atau campurannya (DepKes RI, 1994). SerbukSimplisia adalah sediaan Obat
Tradisional berupa butiran homogen dengan derajathalus yang sesuai, terbuat dari simplisia
atau campuran dengan Ekstrak yang carapenggunaannya diseduh dengan air panas (BPOM,
2014).
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
a) Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.
b) Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
c) Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
d) Mikroba patogen. Negatif.
e) Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.
Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan bahanbaku
simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpananuntuk serbuk
simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhukamar, ditempat kering dan
terlindung dari sinar matahari (DepKes RI, 1994).

3. Cara Kerja
1) Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajanganmudah
diremah dan mudah patah.
2) Sortasi KeringSimplisia yang telah kering lalu disortasi kering untuk menghilangkan
kotoran yangmasih ada
3) Simplisia ditimbang, Catat berat sampel kemudian hitung Susut Pengeringan :
Susut Pengeringan = Berat Simplisia – Berat Simplisia kering x 100 %
Berat Simplisia
4) kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan hingga halus.
5) Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalamwadah,
diberi label. (Wadah Kaca Gelap, simpan di suhu kamar 25-30˚C)

Daftar Pustaka
BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Bpom: Jakarta.
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. 2017. KEMENKES RI : Jakarta.
3. SKRINING FITOKIMIA GLIKOSIDA

1. Tujuan
a) Praktikan mendapatkan informasi awal kandungan metabolit sekunder bahan
tumbuhan yang mempunyai aktivitas biologis.
b) Praktikan diharapkan dapat melakukan sendiri skrining fitokimia glikosida.

2. Tinjauan Pustaka
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula
dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen
(o-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida), jembatan sulfur (S-glikosida),
maupun jembatan karbon (C-glikosida). Bagian gula biasanya disebut glikon sedangkan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon.
Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa
gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem hidup
suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia dalam bentuk
glikosida yang tidak aktif. Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat kembali aktif dengan
bantuan enzimhydrolase yang menyebabkan bagian gula putus, menghasilkan senyawa kimia
yang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam tumbuhan digunakan dalam
pengobatan.

3. Alat dan Bahan


 Simplisia serbuk
 Etanol 96%
 As. Sulfat pekat
 timbal (II) asetat 0,4 M
 kloroform –
 isopropanol
 molisch
 Erlenmeyer
 Tabung reaksi
4. Prosedur
1) Ditimbang 1 gram serbuk simplisia atau bahan tumbuhan segar, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer, ditambahkan 10 ml campuran etanol 96% - air
(7:3).
2) Ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH larutan 2, dipanaskan selama 10
menit, kemudian didinginkan, lalu disaring.
3) Diambil filtrat kemudian ditambahkan 5 ml air dan 5 ml timbal (II) asetat 0,4 M,
kemudian dikocok lalu didiamkan selama 5 menit, kemudian disaring.
4) Filtrat diekstraksi 3 kali, masing-masing dengan 20 ml campuran pelarut kloroform –
isopropanol (3:2) kemudian akan diperoleh dua lapisan, kumpulkan masing-masing
sari (sari air dan sari pelarut organik).

UJI SENYAWA GULA


Dimasukkan sari air kedalam tabung reaksi, kemudian diuapkan diatas penangas air. Pada
sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes LP Molisch. Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat
pekat, maka akan terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan, reaksi ini menunjukkan
adanya ikatan gula.

Daftar Pustaka
Achmad, S.A., 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Krnunika
Harbone, J.B., 1984. Phichemical Method. Champman and Hall itd. London
Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terbitan kedua. Bandung: ITB.
Sabirin, M, Harjdono, S., respati S. 1994. Pengantar praktikum Kimia Organik II.
Yogyakarta: UGM Press
4. SKRINING FITOKIMIA ALKALOID

1. Tujuan
a) Praktikan mendapatkan informasi awal kandungan metabolit sekunder bahan
tumbuhan yang mempunyai aktivitas biologis.
b) Praktikan diharapkan dapat melakukan sendiri skrining fitokimia alkaloid.

2. Tinjauan Pustaka
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder mengandung unsur nitrogen (N)
biasanyapada cincin heterosiklis dan bersifat basa. Senyawa alkaloid kebanyakan berbentuk
padatandan berwarna putih, tetapi ada yang berupa caitran yaitu nikotin. Alkaloid tersebar
hamper disemua bagian tumbuhan dengan kadar yang berbeda-beda, antara lain pada batang,
kulitbatang, daun, akar, buah dan biji. Alkaloid memiliki efek farmakologi pada manusia
danhewan sebagai zat antibakteri. Hal ini disebabkan karena alkaloid mempunyai
kemampuan dalam menghambat kerja enzim untuk mensintesis protein bakteri, selain itu juga
memilikiaktivitas sitotoksik.
Alkaloid merupakan metabolit sekunder dengan sifat basa, berasal daritumbuhan dan
hewan, umumnya memiliki atom N pada sistem cincinheterosiklik (tidak semua anggota
cincin memiliki atom N). Sering memilikiaktivitas biologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid umumnya berbentuk garamsehingga lebih larut dalam pelarut air ataupun etanol,
sedangkan aklaoid bentukbasa bebasnya akan larut dalam pelarut organik nonpolar seperti
eter, benzena,toluen dan kloroform. Identifikasi alklaoid dapat dilakukan dengan
penambahanpereaksi Drgendorff (larutan iodobismutat), Mayer (larutan kalium
merkuriiodida), atau iodoplatinat (larutan kalium periodat).

3. Alat dan bahan


- HCl 2 N - Penangas air
- Aquadest - Tabung reaksi
- Pereaksi dragendorf - Corong
- Pereaksi bouchardat - Kertas saring
- Pereaksi mayer
- Serbuk simplisia

4. Prosedur kerja
1) Masukkan 0,5 gram serbuk simplisia ke dalam tabung reaksi, tambah HCl 2 N 1 ml
dan aquadest 9 ml, panaskan di penangas air, biarkan dingin.
2) Saring dan ambil filtratnya.
3) Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, reaksikan filtrat dengan masing masing
perekasi dragendorf, pereaksi bouchardat dan pereaksi mayer.
4) Jika terbentuk endapan putih pada penambahan pereaksi mayer dan endapan coklat
pada penambahan perekasi dragendorf dan pereaksi bouchardat maka serbuk simplisia
mengandung alkaloid.
5. SKRINING FITOKIMIA TANIN DAN SAPONIN

1. Tujuan
a) Praktikan mendapatkan informasi awal kandungan metabolit sekunder bahan
tumbuhan yang mempunyai aktivitas biologis.
b) Praktikan diharapkan dapat melakukan sendiri skrining fitokimia Tanin dan Saponin.

2. Tinjauan Pustaka
TANIN
Tanin adalah salah satu senyawa aktif metabolit sekunder yang mempunyai
beberapakhasiat seperti sebagai astringen, anti diare, antibakteri dan antioksidan. Tanin
adalah senyawaorganik yang terdiri dari campuran senyawaan polifenol kompleks, dibangun
dari elemen C, H dan O serta sering membentuk molekul besar dengan berat molekul lebih
besar dari 2000.Tanin adalah suatu senyawa polifenol dan dari struktur kimianya dapat
digolongkan menjadidua macam, yaitu tanin terhidrolisis (hidrolizable tannin) dan tanin
terkondensasi, tetapi yangpaling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi.

Bahan dan alat :

- Serbuk simplisia - Tabung reaksi


- Etanol 80 % - Penangas air
- NaCl 10 % - Kertas saring
- Gelatin - Corong
- Gelas ukur

Cara Kerja Identifikasi Tanin


1) Masukkan 1 gram serbuk simplisia ke dalam tabung reaksi tambah dengan air
sebanyak 10 ml, lalu panaskan di penangas.
2) Saring dan ambil filtrat kemudian dipanaskan lagi.
3) Tambahkan dengan aquadest panas sedikit dan NaCl 10% 3 ml, saring dan ambil
filtratnya.
4) Tambahkan 5ml larutan gelatin 1%, jika terbentuk endapan menandakan mengandung
tanin
5) Tambahkan FeCl 3%, penambahan FeCl 3 % terjadi endapan hitam kehijauan maka
serbuk simplisia mengandung tanin.
. SAPONIN
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang
dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Istilah
saponin diturunkan dari Bahasa latin “sapo” yang berarti sabun, diambil dari kata
Saponariavaccaria yaitu suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun
untuk mencuci. Saponin juga berfungsi sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-bakteri dan
anti-jamur sehingga bisa digunakan untuk proses penyembuhan luka.

Identifikasi Saponin
Bahan dan alat :
- Serbuk simplisia - Tabung reaksi
- Air panas
Prosedur :
0,5 gram serbuk simplisia ditambah 10 ml air panas didalam tabung reaksi, kocok kuat
selama 10 detik, amati busa yang terbentuk. Jika ada busa maka serbuk simplisia
mengandung saponin.

Daftar Pustaka
Fathurrahman, N. R., & Musfiroh, I. (2018). Teknik Analisis Instrumentasi Senyawa
Tanin. Farmaka, 16(2).
Hanani, E. 2017. Analisis Fitokimia. Jakarta : EGC. Malangngi, L., Sangi, M., & Paendong,
J. (2012). Penentuan kandungan tanin dan uji aktivitas antioksidan ekstrak biji buah
alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Mipa, 1(1), 5-10.
Novitasari, A. (2016). Isolasi dan identifikasi saponin pada ekstrak daun mahkota dewa
dengan ekstraksi maserasi. Jurnal sains, 6(12)
6. SKRINING FITOKIMIA TERPENOID DAN STEROID

1. Tujuan
a) Praktikan mendapatkan informasi awal kandungan metabolit sekunder bahan
tumbuhan yang mempunyai aktivitas biologis.
b) Praktikan diharapkan dapat melakukan sendiri skrining fitokimia Terpenoid dan
Steroid.

2. Tinjauan Pustaka
Terpenoid adalah turunan terdehidrogenasi dan teroksidasi dari senyawa
terpen.Terpen adalah kelompok hidrokarbon, terutama diproduksi oleh tumbuhan dan
beberapahewan seperti serangga. Rumus molekul terpena adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut
jugaisoprenoid. Adapun turunan dari senyawa terpenoid yaitu triterpenoid. Senyawa
golongantriterpenoid menunjukan aktivitas farmakologi yang signifikan, seperti
antiviral,antibakteri, antiinflamasi yang sebagai inhibisi sintesis kolestrol dan sebagai
antikanker.
Steroid adalah golongan triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantrena, yang terdiri dari tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.
Steroid memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan garam, mengendalikan
metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual dan perbedaan fungsi biologis lainnya
antara jenis kelamin. Steroid pada tanaman telah menunjukkan efek penurun kolesterol dan
anti kanker.
Berbagai macam tumbuhan obat diduga mengandung senyawa metabolit
sepertiterpenoid dan steroid. Penelitian pada Isolat RimpangTemulawak (Curcuma
Xanthorrhiza Roxb) yang mengandung terpenoid. Selain CurcumaXanthorrhiza Roxb,
Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) mengandung steroidberdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Maryam et al., 2020). Tumbuhan obat lainyang juga mengandung
terpenoid dan steroid adalah Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthusniruri Linn) sesuai dengan
hasil penelitian (Rivai et al., 2017) dan Batang Tanaman patahtulang (Euphorbia tirucalli L)
pada hasil penelitian (Baud et al., 2014). Sedangkan kelompok terpenoid lainnya yaitu Buah
buncis (Phaseolus vulgaris L) pada penelitian.
Uji steroid dan triterpenoid menggunakan metode Liebermann-Bouchard,
ekstrakdilarutkan dalam kloroform kemudian ditambah pereaksi Liebermann-Bouchard
(asamasetat anhidrat-H2SO4) menunjukkan hasil positif dengan adanya perubahan
warnamenjadi merah kecoklatan untuk steroid dan coklat-ungu untuk triterpenoid. Hal
inididasari oleh kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh H 2SO4
dalam pelarut asam asetat anhidrid. Perbedaan warna yang dihasilkan olehtriterpenoid dan
streoid disebabkan perbedaan gugus pada atom C-4.

Bahan dan alat :


- Serbuk simplisia
- penjepit tabung reaksi
- Aquadest
- Pipet tetes
- Kloroform
- Tabung reaksi
- H2SO4 Pekat
- Sendok spatel
- As Asetat Anhidrat pekat

Pembuatan Larutan Lieberman-Burchard


Pereaksi Liebermann-Burchard terdiri dari anhidrida asam asetat (p.a), dan asam sulfat(p.a)
dengan perbandingan 3:1
Prosedur Kerja :
1) Ke dalam tabung reaksi ambil 2 spatel simplisia tambahkan pelarut kloroformsampai
seluruh sampel terendam (ekstraksi), aduk dengan spatel secara perlahan.
2) Ambil filtratnya dengan pipet tetes, masukkan ke dalam tabung reaksi yang baruuntuk
diuji
3) Tambahkan 3 tetes asam asetat anhidrida (p.a.), biarkan beberapa saat.Selanjutnya
ditambah dengan 1 tetes asam sulfat pekat dan diamati perubahanwarnanya (Lakukan
melalui dinding tabung reaksi)
4) Reaksi triterpenoid dengan pereaksi Lieberman-Burchard menghasilkan warnamerah-
ungu sedangkan steroid memberikan warna hijau-biru.
Catatan penting :
 Karena pada uji triterpenoid dan steroid ini menggunakan asam pekat, maka
dilakukan di bawah lemari asam, pakai masker dan sarung tangan. Percikan H2SO4
Pekat dapat membolongi baju, Kloroform mudah menguap dan beracun.
 semua penambahan bahan kimia dilakukan melalui dinding tabung reaksi secara
perlahan-lahan dan hati-hati
 Jangan lupa bawa masker dan sarung tangan.

Daftar Pustaka
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, bioaktivitas dan antioksidan flavonoid. Jurnal
Zarah, 6(1), 21-29.
Abdi Redha. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam Sistem
Biologis
Habibi, A. I., Firmansyah, R. A., & Setyawati, S. M. (2018). Skrining fitokimia ekstrak
nheksan korteks batang Salam (Syzygium polyanthum). Indonesian Journal of
Chemical Science, 7(1), 1-4.

7. Skrining fitokimia Flavonoid dan Fenolik


1. Tujuan
a) Praktikan mendapatkan informasi awal kandungan metabolit sekunder bahan
tumbuhan yang mempunyai aktivitas biologis.
b) Praktikan diharapkan dapat melakukan sendiri skrining fitokimia Flavonoid dan
Fenolik.

2. Tinjauan Pustaka
Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada
jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid
bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya
mengkelat logam. Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang menjanjikan untuk
mengobati kanker, sebagai antioksidan, antibakteri patogen, anti radang, disfungsi kardio-
vaskular, dan lain-lain. Kemampuan dan bioaaktiftas terutama antioksidan dari flavonoid
telah dipelajari, dalam hal ini ditunjukkan bahwa metilasi flavonoid dapat meningkatkan
peranan flavonoid dalam bidang obat-obatan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam pada berbagai jenis
sereal, sayuran dan buah-buahan.
Polifenol adalah salah satu kategori terbesar dari fitokimia yang paling banyak
penyebarannya diantara berbagai jenis tanaman dan buah-buahan. Polifenol dapat
menghambat, mencegah, mengurangi oksidasi oleh radikal bebas sehingga baik untuk
kesehatan. Aktivitas antioksidan dari senyawa fenol terbentuk karena kemampuan senyawa
fenol membentuk ion fenoksida yang dapat memberikan satu elektronnya kepada radikal
bebas.

Bahan dan alat :


- Serbuk simplisia - beker Glass
- Aquadest - Corong
- NaOH 10 % - Tabung reaksi
- HCl pekat - Kertas saring
- Etanol 95 % - Gelas ukur
- FeCl3 10 % - Waterbath
- Serbuk Mg

Pembuatan Filtrat Uji


1) Masukkan serbuk simplisia 50 mg ke dalam beker glass tambah dengan 20 ml
aquadest, panaskan di penangas air selama 15 menit.
2) Dinginkan dan saring filtratnya.

a) Prosedur Uji Flavonoid :


Uji Wilstatter
1) Ambil tabung reaksi kemudian masukkan 1 ml filtrat tambahkan 2-4 tetes HClpekat (melalui
dinding tabung perlahan), lalu tambahkan sedikit serbuk Mgdengan spatula
2) Jepit tabung reaksi, kemudian aduk perlahan.
3) Jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanyaflavonoid. Jika
terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon dankalkon.
Uji Bate-Smith
1) Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 ml filtrat tambahkan 2-5 tetes HCl pekat,kemudian
dipanaskan di atas waterbath selama 15 menit
2) Terbentuk warna merah jika positif mengandung Flavonoid
Uji dengan NaOH 10 %
1) Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 ml filtrat tambahkan 2-5 tetes NaOH 10 %
2) Terjadi perubahan warna yang signifikan menunjukkan adanya flavonoid.

b) Uji Polifenol/Fenolik
1) Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 ml filtrat tambahkan FeCl3 10% 2-3 tetes
2) Terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua, biru, biru kehitaman, atau hijau
kehitaman positif mengandung polifenol.

Daftar Pustaka
Lisi, A. K. (2017). Uji Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Metanol Bunga
Soyogik (Saurauia Bracteosa Dc.). Pharmacon UNSRAT, 6(1), 160401.
Nola, F., Putri, G. K., Malik, L. H., & Andriani, N. (2021). Isolasi Senyawa Metabolit
Sekunder Steroid dan Terpenoid dari 5 Tanaman. Syntax Idea, 3(7), 1612-1619.
Salmiwanti, S., Ilyas, A., & Saleh, A. (2016). Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi
NHeksana Dari Daun Pegagan (Centellaasiatica L.) Dan Uji Antibakteri Terhadap
Mycobacterium tuberculosis. Al-Kimia, 4(2), 151-162.

Anda mungkin juga menyukai