Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

4.1 Hasil Sokhlet 4.1 Hasil Refluks


Sampel rimpang bangle Sampel Biji Pinang
(Zingiber montanum) (Arace catechu semen)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Metode Soklesi
Pada percobaan ekstraksi panas dilakukan dua metode yaitu metode sokletasi dan
metode refluks. Metode sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Sedangkan metode
refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik
(Depkes RI, 2000).
Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi secara sokletasi dengan sampel yang
digunakan adalah rimpang bangle seberat 40 mg. Rimpang Bangle dipilih karena selain
kandungan bioaktif sebagai imunostimulan, sehingga dapat menjadi terapi adjuvan pada
malaria, Menurut Wijayakusuma et al. ( 1997) bahwa kandungan senyawa kimia di dalam
rimpang Bangle antara lain: alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, pati, tanin,
steroid/triflavonoid, lemak, dan gula.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan, kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Tujuannya untuk
membunuh mikroorganisme yang ada pada benda mati (Wahyuni, 2009).

11
Ditimbang sampel rimpang bangle sejumlah 40 gr yang telah dihaluskan.
Digunakan bangle sebagai sampel bertujuan untuk pemisahan minyak atsiri mengunakan
metode sokhlet karena menurut Saiful Hadi (2012) Metode sokhlet ini dipilih karena
bahwa ekstrasi dan pemurnian minyak atsiri menggunakan metode sokhlet lebih efisiensi
waktu dan proses pengambilan pelarutnya yang relatif banyak.
Diukur pelarut etanol 70% sebanyak 400 mL. Hal ini bertujuan untuk menarik
senyawa yang ada dalam rimpang bangle yang mengandung saponin, flavonoid, minyak
atsiri, alkaloid, tanin, dan glikosida. Berdasarkan kepolaran dan kelarutan, senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan
mudah larut dalam pelarut nonpolar (Depkes RI, 2000).
Dibungkus sampel menggunakan kain putih, tujuannya untuk mencegah sampel
tidak ikut kedalam labu alas bulat ketika diekstraksi. Diusahakan tinggi sampel tidak
melebihi tinggi dari pipa kapiler pada alat. Agar sampel terendam sempurna. Menurut alat
sokhletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran
pipa dasar akan tersumbat, juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel
tidak terendam sempurna (William, 1996).
Dimasukkan bungkusan sampel kedalam selongsong alat sokhlet. Kemudian
Dimasukkan terlebih dahulu kelereng dalam labu alas bulat. Penggunaan kelereng disebut
juga sebagai batu didih yang dapat menstabilkan suhu pada labu alas bulat. Fungsi dari
batu didih ialah untuk mempercepat proses pendidihan, meratakan panas, dan mencegah
terjadinya bumping (letupan akibat panas yang tidak merata (Khasani, 1990).
Dirangkai alat sokhlet yang sudah berisi sampel dan pelarut. Lalu dimasukkan
sampel yang telah ditimbang dan pelarut yang telah diukur. Penggunaan pelarut agar
dapat membantu proses penarikkan senyawa kimia yang ada pada simplisa.
Mengekstraksi suatu simplisia memerlukan suatu cairan penyari atau pelarut yang dapat
membantu proses penarikkan suatu senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia (Dirjen
POM,1986).
Digunakan juga pewarna makanan dan es batu sebagai pendukung proses ekstraksi,
yang bertujuan meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan didalam labu alas bulat
(Mukhiniyani, 2014).
Hasil yang diperoleh dari hasil ekstraksi yaitu warna ekstrak dari sampel rimpang
bangle jumlah siklus yang kami dapat hanya 1 siklus sedangkan menurut Harper (1979)
ekstrasi dapat dikatakan sempurna bila telah dilakukan 24 siklus pada ekstrasi sampai
penyarian sempurna dimana kondisi pelarut sudah bening. pemanasan pada pelarut

12
dengan acuan pada titik didihnya agar pelarut bisa menguap, uapnya akan menguap
melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga akan terjadi proses
kondensasi atau pengembunan, dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke
fasa cair.
Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak atau
memisahkan dan mengambil senyawa yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu
maka pelarutnya akan memenuhi sifon. Sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila
pada sifon penuh dengan larutan kemudian kembali ke labu alas proses ini dinamakan 1
siklus ( Yulianti dkk,2014).
Hasil ekstraksi kemudian dimasukkan ke dalam toples lainnya yang ditutup rapat
dengan tambahan aluminium foil karena menurut Departemen perindustrian (2007),
aluminium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak dapat
terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain, tidak berbau, dan tidak mudah
membuat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Disimpan ekstrak cair ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari
untuk dilanjutkan pada proses berikutnya. Alasan disimpan terlindung dari cahaya
matahari agar ekstrak tidak mudah teroksidasi (Wei-Min Zhang dkk ,2014)
Kemungkinan kesalahan pada percobaan ini yaitu jumlah pelarut yang tidak sesuai,
pemasangan alat yang kurang kuat, serta penggunaan pemanasan yang masih salah.

4.2.2 Metode Refluks


Pada percobaan kedua dilakukan ekstraksi secara refluks untuk menarik zat dari
bahan yang bersifat keras. Sampel yang digunakan yaitu sampel Biji Pinang (Areca
catechu semen).
Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
kemudian membersihkan semua alat menggunakan alkohol 70%, hal ini berguna agar
menghilangkan semua jenis mikroorganisme yang terdapat dalam alat yang akan
digunakan (Salim, 2013).
Ditimbang sampel tersebut sebanyak 50 gram pada neraca ohaus untuk
mendapatkan berat sampel yang akan digunakan serta dapat memperoleh hasil
penimbangan yang pasti atau akurat (Ibrahim,1998).
Diukur pelarut etanol 70% sebanyak 300 mL. Alasan penggunaan etanol 70%
karena etanol 70% dapat menarik senyawa yang berada pada sampel. Hal ini sesuai
dengan penelitian pelarut etanol 70% dari metode refluks paling optimal untuk

13
mengekstraksi polifenol. Kemudian dimasukkan terlebih dahulu kelereng dalam labu alas
bulat. Penggunaan kelereng disebut juga sebagai batu didih yang dapat menstabilkan suhu
pada labu alas bulat, hal ini sesuai dengan literatur bahwa fungsi dari batu didih ialah
untuk mempercepat proses pendidihan, meratakan panas, dan mencegah terjadinya
bumping (letupan akibat panas yang tidak merata). Masukkan sampai yang telah
ditimbang dan pelarut yang telah diukur. Penggunaan pelarut agar dapat membantu
proses penarikkan senyawa kimia yang ada pada simplisa, hal ini sesuai dengan literatur
bahwa mengekstraksi suatu simplisia memerlukan suatu cairan penyari atau pelarut yang
dapat membantu proses penarikkan suatu senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia
(Dirjen POM, 1986).
Rangkai alat refluks, lalu gunakan pewarna makanan dan es batu sebagai
pendukung proses ekstraksi. Kemudian lakukan proses ekstraksi selama kurang lebih 3
jam agar dapat meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam bahan baku, hal ini sesuai
dengan literatur menurut Dipahayu et, al (2017), waktu ekstraksi sangat berpengaruh
terhadap ekstrak yang dihasilkan. Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan nilai
rendmen yang tinggi dan juga akan meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam bahan baku.
Saring sampel menggunakan kain kasa. Penggunaan kain kasa bertujuan agar menjaga
kecepatan aliran cairan penyari.
Hasil yang diperoleh dari hasil ekstrasi yaitu warna ekstrak dari sampel biji pinang
adalah berwarna coklat. Hasil ekstraksi kemudian dimasukkan ke dalam toples lainnya
yang ditutup rapat dengan tambahan aluminium foil karena aluminium foil memiliki sifat
yang tidak dapat terpengaruh sinar matahri, tidak dapat terbakar, tidak bersifat menyerap
bahan dan tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur (Sana, dkk, 2012).
Disimpan ekstrak cair ditempat yang sejuk dan terlindung oleh sinar matahari untuk
dilanjutkan pada proses berikutnya. Alasan menglindungi dari paparan cahaya agar
menghindari sampel agar tidak teroksidasi (Reddy, dkk.,2016). .
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada saat praktikum ini yaitu air yang kurang
dingin menyebabkan lambatnya proses pengembunan. Kemudian air yang kurang panas
pada penangas menyebabkan lambatnya penguapan (Reddy, dkk.,2016).

14

Anda mungkin juga menyukai