Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
2.1.1 Definisi Industri Farmasi
Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Berdasarkan aturan BPOM 34 Tahun 2018 tentang CPOB, Sekolompok
orang dan modal yang memiliki usaha serta izin yang telah menyesuaikan pada
persyaratan undang – undang dalam melaksanakan aktivitas produksi bahan obat
dan obat disebut dengan industri farmasi. Tiap tiap badan usaha yang mendirikan
Industri Farmasi diwajibkan mendapatkan izin dari Direktur Jenderal.
Adapun obat didefinisikan sebagai bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.
Sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standard mutu sebagai
bahan baku farmasi.
Sedangkan industri farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat
mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang
besar bahan baku farmasi dan instalasi farmasi rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan atau
bahan obat untuk semua tahapan dan atau sebagian tahapan. Setiap pendirian
industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jendral
Pembinaan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan RI. Adapun
persayaratan untuk mendapatkan izin tersebut adalah :
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
3. Memiliki NPWP
4. Memilki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu; serta
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang–undangan di bidang kefarmasian.
2.1.2 Fungsi Industri Farmasi
Industri farmasi memiliki fungsi pembuatan obat dan atau bahan obat,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.Industri farmasi
yang memproduksi obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil
produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.3 Cara Pembuatan Obat Yang Baik
Berdasarkan Perarturan BPOM 34 Tahun 2018 mengenai CPOB,
merupakan Pedoman yang memiliki tujuan dalam penjaminan obat agar
diproduksi selalu konsisten, memenuhi kententuan yang sudah tetap serta
penggunaannya memiliki tujuan yang sesuai disebut juga dengan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). Ruang lingkup CPOB mulai dari aspek quality control
serta produksi. Saat proses produksi obat, pengawasan keseluruhan sangat
berpengaruh dalam penjaminan konsumen mendapatkan obat yang memiliki
kualitas tinggi. Dilarang memproduksi produk secara sembarangan karena
dipergunakan sebagai penyelamatan jiwa, ataupun meyembuhkan ataupun
menjaga kesehatan. Dalam panduan tersebut bertujuan dipergunakan untuk asas
dalam mengembangkan peraturan didalam perusahaan sesuai kebutuhan di
perusahaan obat.
2.1.4 Persyaratan Industri Farmasi
Menurut undang-undang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010
Pasal 2
1. Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
Industri Farmasi.
2. Selain Industri Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dapat melakukan proses pembuatan obat untuk
keperluan pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
bersangkutan.
3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
terlebih dahulu memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB.
Pasal 3
1. Industri Farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau
bahan obat untuk: semua tahapan; dan/atau sebagian tahapan.
2. Industri Farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau
bahan obat untuk sebagian tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut
produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Produk hasil penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan proses pembuatan sebagian tahapan oleh Industri Farmasi
di Indonesia.
Pasal 4
1. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. 5
2. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
1. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
a. berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
b. memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu; dan
e. komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
(2) Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dan huruf b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 6
1. Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip.
2. Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal.
3. Persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Direktur Jenderal setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan.
4. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat
langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan
instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup.
Pasal 8
1. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB.
2. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi
persyaratan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB
diatur oleh Kepala Badan.
Pasal 9
1. Selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1), Industri Farmasi wajib melakukan farmakovigilans.
2. Apabila dalam melakukan farmakovigilans sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Industri Farmasi menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya
yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu, Industri Farmasi wajib melaporkan hal
tersebut kepada Kepala Badan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai farmakovigilans diatur oleh Kepala Badan.
Pasal 10
1. Pembuatan sediaan radiofarmaka hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi
dan/atau lembaga setelah mendapat pertimbangan dari lembaga yang
berwenang di bidang atom.
2. Pembuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
CPOB.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan sediaan radiofarmaka diatur oleh
Menteri.
2.2 Aspek CPOB
Dalam pabrikasi obat, jika produk jadi semata-mata lulus saja dalam
rangkaian uji itu tidak cukup, namun yang sangat berpengaruh adalah kualitas
yang wajib terbentuk didalam suatu produk. Kualitas produk bergantung oleh
bahan pengemas, bahan awal, pengendalian mutu, dan proses produksi, bangunan,
personalian yang turut terlibat dan peralatan yang digunakan.
2.2.1 Manajemen Mutu
Dalam pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pada registrasi (dokumen
izin edar), Industri farmasi diwajibkan memproduksi obat sesuai dengan tujuan
keguanaannya serta meminimalisir risiko yang berbahaya bagi pengguna sebab
tidak efektif, tidak terjamin ataupun kualitas rendah. Aspek dasar manajemen
kualitas yaitu prasarana atau sistem kualitas merupakan sistem organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya. Gerakan terorganisir perlu dilaksanakan agar
memperoleh pemastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, maka produk (atapun
pelayanan jasa) hasilnya senantiasa memenuhi syarat yang sudah ditentukan.
2.2.2 Bangunan Dan Fasilitas
konstruksi serta sarana dalam produksi obat sebaiknya mempunyai
struktur, bangunan serta posisi yang layak, dan menyesuaikan keadaannya serta
dipelihara dengan baik untuk mempermudah penerapan kegiatan yang teratur.
Posisi serta skema ruangan wajib terbuat semirip mungkin agar meminimalisir
risiko terbentuknya kesalahan, cemaran silang serta kekeliruan lainnya,
mempermudah bersih-bersih, sanitasi serta pemeliharaan yang efisien buat
menjauhi penimbunan debu ataupun kotoran, serta akibat lain yang bisa
merendahkan kualitas obat.
Aktivitas penerimaan bahan, karantina barang datang, penyimpanan bahan
awal serta bahan pengemas, penimbangan serta penyerahan bahan ataupun
produk, pengolahan, pencucian perlengkapan, penyimpanan perlengkapan,
penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi saat sebelum
mendapatkan pelulusan akhir, pengiriman produk, serta laboratorium pengawasan
kualitas sebaiknya dicoba di bagian tertentu.
1. Area penimbangan Perkiraan hasil produk nyata dengan penimbangan bahan
awal harus dilaksanakan pada area penimbangan terpisah serta dirancang
spesifik untuk aktivitas tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
produksi ataupun area penyimpanan.
2. Area produksi Meminimalisir risiko kontaminasi sangat diperlukan maka
perlu disediakan tempat yang khusus dan self-contained untuk produksi obat
tertentu seperti produk yang memiliki sensitasi tinggi. Produk tertentu dengan
bahan aktif yang sangat efektif, produk biologis, dan produk non-medis harus
diproduksi di gedung terpisah. Permukaan dinding, ubin (lantai) dan atap
(langit-langit) dengan bahan baku utama serta bahan kemas yang terekspos
(terpapar) ke tengah area atau ruang dalam ruangan untuk produk curah
hendaknya halus, tdak ada retak dan sambungannya dibuka, bebas partikel,
dan mudah dibersihkan secara efektif. Ventilasi harus pada area produkbsi
memiliki sistem kontrol udara efektif. Sistem kontrol udara harus mencakup
saringan udara memiliki efisiensi energi tertentu dan bisa meminimalisir
polusi limbah. Hendaknya besarnya memadai, serta tempatkontrol harus
didesain serta terdapat saluran udara yang tepat untuk meminimalisir arus
kembali.
3. Area Penyimpanan Mempunyai daya muat yang mencukupi pada area
penyimpanan diperlukan untuk meletakkan barang sehingga tertata dengan
baik. Beragam bahan serta produk seperti bahan awal serta bahan pengemas,
produk ruahan, produk jadi, serta produk antara. produk dalam status
karantina, produk yang sudah diloloskan, produk yang ridak lolos, produk
pengembalian ataupun produk yang ditarik dari peredaran sebaiknya bersih,
kering serta mendapat penerangan yang pas dan juga dijaga pada batasan
temperatur yang ditentukan.
4. Area Pengawasan Mutu Bagian produksi dan Laboratorium pengendalian
mutu sebaiknya terpisah. Selain itu diperlukan pemisahan bagian pengujian
biologi, mikrobiologi serta radioisotop satu sama lainnya. Pemberian ruang
penyimpanan ukuran yang mencukupi untuk sampel, baku pembanding
(apabila diperlukan keadaan temperatur terkontrol), pereaksi, pelarut, serta
dokumentasi. Satu ruang yang berbeda (terpisah) bisa jadi dibutuhkan untuk
melindungi instrumen jika terjadi kendala listrik, getaran, kelembaban yang
melampaui batas serta kendala lainnya, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrumen.
5. Sarana Pendukung Departemen produksi serta laboratorium kendali mutu
terpisah dengan tempat istirahat serta kantin. Fasilitas yang memadai untuk
mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet harus disediakan dan
mudah dijangkau.
2.2.3 Personalia
Personalia Kewajiban industri farmasi dalam menyediakan personil yang
memiliki kualifikasi serta jumlah yang memadai dalam pelaksanakan tanggung
jawab serta peran masing-masing berbeda sesuai dengan porsinya. Tugas khusus
serta wewenang dari personil yang menjabat sebagai penanggungjawab sebaiknya
dicantumkan pada rincian tugas yang ditulis, Semua personilia sebaiknya paham
mengenai aspek CPOB wajib diberi training. Cakupan key person (personil kunci)
adalah pemimpin departemen Produksi, pemimpin departemen Pengawasan Mutu
dan pemimpin departemenManajemen Mutu (Pemastian Mutu). Struktur
organisasi pabrikasi obat sebaiknya terbentuk dari bagian produksi, manajemen
mutu (pemastian mutu), dan pengawasan mutu. Ketiga departemen tersebut tidak
dikepalai oleh hanya satu orang tetapi dengan pemimpin yang berbeda, sehingga
memiliki ranah kewajiban masing - masing. Tiap personil sebaiknya diberikan
kewenangan serta fasilitas yang cukup agar tugas dilaksanakan dengan baik.
Specific training sebaiknya disediakan untuk karyawan yang melaksanakan kerja
pada bagian cemaran yang berbahaya.
2.2.4 Peralatan
Peralatan yang dipakai untuk produksi obat harus memiliki konstruksi dan
struktur yang benar, skala dan posisi penempatan yang sesuai, serta memenuhi
syarat untuk memastikan bahwa mutu obat terjamin sesuai dengan keseragaman
desain dan batch, serta mudah dibersihkan dan dirawat.
2.2.5 Produksi
Aktivitas produksi harus mengikuti langkah-langkah yang ditentukan dan
sudah penuhi ketentuan CPOB untuk memastikan bahwa CPOB terus
memberikan produk yang telah penuhi ketentuan kualitas dan penuhi persyaratan
izin produksi dan izin edar (registrasi). aturan produksi yang diatur oleh CPOB
meliputi pembelian bahan baku yaitu bahan baku dan bahan pengemas; dan
verifikasi proses; pencegahan kontaminasi silang; sistem penomoran batch / batch;
penimbangan dan pengolahan; Tindakan terhadap bahan dan produk yang
dipulangkan; karantina dan pengiriman produk jadi; catatan pengendalian
pengiriman obat; penyimpanan bahan prematur, bahan pengemas, produk antara,
produk curah dan produk jadi, serta transportasi dan transportasi

Anda mungkin juga menyukai