Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara membuat
obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan tanaman yang
berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun disintesis. Sebagai seorang
farmasikita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada didalam tanaman tersebut
sebelum dipasarkan. Salah satu caranya adalah memulai ekstraksi untuk mendapatkan
ekstrak yang nantinya akan mempermudah proses indentifikasi.
Fitokimia lebih diarahkan untuk mengetahui zat kimia metabolit sekunder dari
tiap tanaman. Dalam perkembangannya dengan pengetahuan fitokimia banyak zat yang
didiapat, yang bisa menjelaskan hubungan filogenetik dari marga-marga dalam dunia
tumbuhan. Sejalan dengan itu berkembang pula kematoksonomi yang dapat dikatakan
sebagai sosiologi tumbuhan yang menjelaskan hubungan antarmarga.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada
tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang
menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam
pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme
normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling
tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia,
senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit
jantung.
Menurut Robinson (1991) alasan melakukan uji fitokimia adalah untuk
menetukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang
ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan
prosedur uji fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu
tumbuhan. Meskipun cara ini penting dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah
dimanfaatkan dalam kajian biologis.
Hubungan farmasi dan fitokimia dapat pula terkait dengan modul-modul sintesis
obat baru. Modul-modul sintesis tersebut dapat diikuti dengan farmakognosi, fitokima
dan biofarmasi yang mengikuti perkembangan satu struktur kimia dalam tubuh hewan
maupun manusia. Dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut, ilmu sintesis kimia
menghasilkan molekul-molekul baru yang digunakan dalam bidang farmasi, kadang-
kadang dapat juga zat fitokimia murni disintesis, sehingga kita dapat memperoleh
molekul-molekul baru tanpa tergantung pada tumbuhannya.
Ekstraksi merupakan pengambilan bahan aktif dari tumbuhan dengan pelarut
yang sesuai. Dalam melakukan ekstraksi, ada beberapa faktor yang harus dikontrol, yaitu
bahan awal, pelarut yang digunakan dan juga cara atau metode. Ekstraksi merupakan
tahap awal mengisolasi senyawa tertentu dari sampel tumbuhan untuk kemudian dapat
dilakukan identifikasi lebih lanjut.
Ekstrak adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau solut
diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbda
dalam kedua fase pelarut. Proses ekstraksi bermula dari pengumpulan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi.
Cara penarikan kandungan kimia obat dalam tanaman sangat menentukan
senyawa apa saja yang berada dalam ekstrak. Pemilihan cara ekstraksi yang salah
menyebabkan hilangnya atau berkurangnya senyawa kimia berkhasiat yang diinginkan.
Pemahaman tentang sifat zat-zat kimia yang ada dalam tanaman mutlak diperlukan untuk
mendukung pemilihan cara ekstraksi.
Metode ekstraksi sokletasi merupakan metode yang efektif mengekstrak minyak.
Menurut Nazarudin (1992), metode ekstraksi sokletasi adalah sejenis ekstraksi dengan
pelarut cair organik yang dilakukan secara berulang-ulang pada suhu tertentu dengan
jumlah pelarut tertentu. Keuntungan dan Kerugian Ekstraksi Sokletasi, Keuntungan dari
metode ekstraksi sokletasi yaitu perpindahan keseimbangan transfer dengan berulang
kali membawa pelarut segar kontak langsung dengan matriks padat, mempertahankan
suhu ekstraksi yang relatif tinggi dengan panas dari termos distilasi, dan tidak ada
persyaratan filtrasi setelah pelepasan. Juga, metode Soxhlet sangat sederhana dan murah
Kelemahan utama dari ekstraksi Sokletasi yaitu waktu ekstraksi yang panjang,
menggunakan pelarut dalam jumlah banyak, agitasi tidak dapat disediakan dalam
perangkat Sokletasi untuk mempercepat proses, besar jumlah pelarut yang digunakan
membutuhkan prosedur penguapan/konsentrasi, dan kemungkinan dekomposisi termal
senyawa target tidak dapat diabaikan sebagai ekstraksi biasanya terjadi pada titik didih
pelarut untuk waktu yang lama. Ekstraksi yang memakan waktu lama dan penggunaan
pelarut dalam jumlah besar merupakan kelemahan metode ekstraksi Sokletasi
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan dan mampu
mengekstraksi andrografolid yang merupakan senyawa tahan panas (Pratiwi, 2010;
Mohan, 2013). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya
jumlah pelarut dan waktu ekstraksi. Keuntungan dari metode refluks adalah digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung. Kerugian dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang
besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
Pada praktikum kali ini kami melakukan ekstraksi metode panas yaitu metode
sokletasi dan metode refluks dengan menggunakan sampel Rimpang Bangle (Zingiber
Cassumunar Roxb.) pada metode soklet dan sampel biji pinang (Areca catechu) Bangle
(Zingiber purpureum Roxb.) termasuk dalam famili zingiberaceae telah banyak
digunakan dalam pengobatan tradisional. Rimpang bangle (Zingiber purpureum
Roxb.) berkhasiat sebagai obat demam, perut nyeri, sembelit, masuk angin,
cacingan, dan encok (Depkes RI, 2001). Rimpang bangle (Zingiber purpureum
Roxb.) mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, tanin, steroid, triterpenoid,
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, karoten, dan senyawa fenolik (Depkes
RI, 2001; Chanwitheesuk et al., 2005; Iswantini dkk., 2011). Berdasarkan hasil
penelitian ekstrak rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) memiliki aktivitas
farmakologi sebagai antibakteri, laksatif, inhibitor lipase pankreas, dan melindungi sel
dari kerusakan akibat stress oksidatif oleh H2O2 (Nuratmi dkk., 2005;
Iswantini dkk., 2011; Marliani, 2012). Kandungan senyawa di dalam ekstrak yang dapat
tertarik oleh pelarut saat proses ekstraksi, diduga berperan dalam berbagai aktivitas
farmakologi tersebut. sedangkan Pinang sirih (Areca Catechu L), merupakan salah satu
tanaman obat yang banyak dimanfaatkan untuk tujuan komersial karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dalam berbagai bidang, hanya belum banyak dikelola (Tjipto
soepomo,1994). Tanaman ini dikatakan sebagai tanaman serbaguna karena mulai dari
daun, batang, serabut, dan biji dapat dimanfaatkan. Daun tanaman tersebut, banyak
mengandung minyak atsiri, biji buahnya banyak mengandung tannin dan alkaloid sebagai
obat dan penyamak pada industri kulit. Serabut buahnya digunakan sebagai obat
gangguan pencernaan, sembelit, aderma dan beri- beri. Sedangkan batangnya dapat di
gunakan sebagai bahan bangunan, jembatan, saluran air dan sebagainya.
Biji pinang sirih banyak mengandung beberapa komponen senyawa kimia yang
sangat penting yaitu: Tanin, alkaloid, lemak, minyak atsiri, air dan sedikit gula. Tanin
adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam buah pinang yang kadarnya cukup
tinggi. Tannin diperoleh dengan cara ekstraksi dengan pelarut air dan etanol karena tannin
dapat larut dalam pelaryt tersebut. Tanin merupakan senyawa yang sangat penting
penggunaaninya dalam bidang kesehatan dan bidang industri. (Endang suryadi,1984: 3).
Kadar tanin yang terdapat pada biji pinang sirih memiliki kandungan yang
berbeda-beda pada suatu wilayah atau daerah, hal ini disebabkan oleh factor keadaann
iklim, dan faktor lingkungan tempat tumbuhnya. Factor iklim seperti keadaan suhu, cuaca
dan curah hujan. Factor lingkungan seperti jenis tanah, kesuburan tanah, ketinggian
tempat tumbuh dan pemeliharaan tanaman. Pada umumnya tanaman pinang sirih ini
merupakan tanaman liar yang masih kurang dibudidayakan, namun di beberapa daerah
yang telah mengetahui nilai ekonomis dari tanaman ini telah dikembangkan dan
dibudidayakan secara besar-besaran karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.
Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang
lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan, agar padaekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan (Harborne,
2007). Pada dasarnya ekstrak yang akan dihasilkan dapat berupa, ekstrak cair, ekstrak
kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian
bahan alam yang masih mengandung larutan penyari, ekstrak kental adalah ekstrak yang
telah mengalami proses penguapan, dan sudah tidak mengandung cairan penyari lagi,
tetapi konsistensinya masih dalam cairan pada suhu kamar, dan ekstrak kering adalah
ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak lagi mengandung cairan
penyari dengan konsistensi padat pada suhu kamar (Harborne, 2007).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka kami melakukan praktikum ini
dengan menggunakan metode ekstraksi panas yaitu metode sokletasi dengan
menggunakan sampel Rimpang Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb.) dengan tujuan
untuk mendapatkan ekstrak yang mengandung senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan ekstraksi panas dengan menggunakan metode
sokletasi dan refluks dengan menggunakan sampel Rimpang Bangle (Zingiber
Cassumunar Roxb dan biji pinang (Areca catechu)?
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara melakukan ekstraksi panas dengan menggunakan metode
sokletasi dan refluks dengan menggunakan sampel Rimpang Bangle (Zingiber
Cassumunar Roxb dan biji pinang (Areca catechu)?)
1.4 Manfaat Praktikum
1.4.1 Manfaat untuk mahasiswa
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan ekstraksi panas dengan
menggunakan metode sokletasi dan refluks dengan menggunakan sampel Rimpang
Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb dan biji pinang (Areca catechu)
1.4.2 Manfaat untuk jurusan
Agar jurusan dapat menyimpan laporan ini sebagai arsip untuk media
pembelajaran bagi mahasiswa lainnya
1.4.3 Manfaat untuk universitas
Agar universitas dapat menyimpan laporan ini sebagai arsip untuk media
pembelajaran bagi mahasiswa jurusan lainnya maupun universitas lainnya

Anda mungkin juga menyukai