Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Metode ekstraksi bahan alam
Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi. Biasanya
metode yang dipilih tergantung pada beberapa faktor yang penting adalah sifat
dari bahan mentah itu sendiri
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai. Kemudian, sebagian atau seluruh bagian pelarut diuapkan
hingga menyisakan serbuk/kerak (crude). Serbuk yang tersisa kemudian
diperlakukan dngan beberapa perlakuan yang berbeda untuk mendapatkan hasil
atau memenuhi baku yang telah ditentukan. (Ditjen POM, 1995)
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat tercampur. Untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke
pelarut lainnya, kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian
suatu spesies antara dua fase pelarut yang tidak dapat tercampur. Kesetimbangan
ini terdapat dalam banyak proses pemisahan dalam penelitian kimia maupun di
industri. (Oxtoby, 2001)
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat yang dapat
larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair
(Tobo,  2001).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel (Adrian, 2000).
2.2 Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo,  2001) :
a.    Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel
langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan
untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b.    Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.
2.3 Cara-cara ekstraksi
1. Maserasi
a. pengertian
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian, 2000).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000).
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan simplisia yang
sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam
bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75
bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring
kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah
cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga
diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat
yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).
c. keuntungan dan kelebihan
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Adrian, 2000).
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna (Adrian, 2000).
d. Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):
1.    Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh
keuntungan antara lain kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan, koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh
pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
2.    Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3.    Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi  dengan cairan
penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4.    Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya
5.    Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah
ini dapat diatas dengan maserasi melingkar bertingkat.
2.  Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) (Tobo,
2001).
Alat yang digunakan  untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah
dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Tobo, 2001).
Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu
dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam.
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap
kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil
cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan
penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama  24 jam (Tobo,
2001).
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi
karena (Tobo, 2001) :
a.    Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b.    Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler
tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,
maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses
perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal
(Tobo, 2001).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung,
perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan
perkolator bergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk
kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera
menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak
cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif.
Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar
untuk mempercepat proses perkolasi (Tobo, 2001).
       3. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan
penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali
ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini
berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau
jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian,
2000).
Keuntungannya cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan
lebih pekat. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa
menambah volume cairan penyari. Kerugiannya : larutan dipanaskan terus-
menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok
(Adrian, 2000).
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas
namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet
digolongkan dalam cara dingin (Tobo, 2001).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu
diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klonsong
yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam
klonsong tidak boleh lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat
diisi dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas
water bath atau heating mantel dan diklem dengan kuat kemudian
klonsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat yang
dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk
membasahkan sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi
sirkulasi). Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada
statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dilanjutkan hingga terjadi
proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna (biasanya 20 – 25 kali
sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat
rotavapor (Adrian, 2000).
4.    Refluks
Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana
cairan penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia.
Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut
dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas
bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Adrian,
2000).
Keuntungan metode refluks (Adrian, 2000) :
a.    Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
b.    Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif lebih banyak.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia
yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba
(Adrian, 2000).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan pelarut organik misalnya metanol sampai serbuk simplisia
terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 dari
volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada water
bath atau heating mantel lalu kondensor dipasang pada labu alas bulat
yang dikuatkan dengan klem pada statif. Aliran air dan pemanasan (water
bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 3 jam
dilakukan penyaringan filtratnya ditampung dalam wadah penampung dan
ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi
dilakukan sebanyak 3 – 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan dengan alat rotavapor, kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya (Adrian, 2000).

Anda mungkin juga menyukai