Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam farmasi, kita mempelajari semua yang menyangkut dengan obat,
termasuk interaksi obat. Ini sangat penting karna jika seorang farmasis atau apoteker
tidak memperhatikan hal ini dan langsung saja diberikan kepada pasien tanpa melihat
efek obat, dosis obat dan interaksi obat, ini akan berakibat fatal karena interaksi obat
ini jika terjadi didalam tubuh misalnya pada pemberian intravena dan terjadi
penggumpalan pada pembuluh darah maka darah tidak akan mengalir ke seluruh
tubuh dengan baik sehingga darah tidak ke otak lama-kelamaan bisa meninggal
dunia. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai interaksi obat ini sangat penting
sehingga kita melakukan praktikum mengenai interaksi obat ini.
Karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah
dan kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari
sekarang dan dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya. Selain itu
tidak hanya interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi interaksi
dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat,
biotransformasi dan lain-lain. Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan
secara bersamaan, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam
hal ini obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau
memperpendek kerja obat kedua.
Suatu interaksi bisa terjadi ketika efek suatu obat di ubah oleh kehadiran obat
lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungan.
Definis yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau
yang terjadi ketika suatu obat hadir bersama dengan obat lainnya (stockley, 2008).
Kemungkinan terjadi interaksi obat semakin besar dengan meningkatnya
kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini dan
kecenderungan praktik plofarmasi. Telah menjadi semakin sukit bagi dokter dan
apoteker untuk akrab dengan seluruh potensi interaksi.
Interaksi obat didefinisikan bebagai modifikasi efek suatu obat yang dilakukan
oleh obat lainnya sehinga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.
Resiko interaksi obat akan meningkat sering dengan peningkatan jumlah obat yang
digunakan oleh individu. Hal jni juga menyiratkan resiko yang lebih besar pada orang
lanjut usia dan mengalami 15 penyakit umumnnya. Resiko juga meningkat bila
rejimen pasien berasal dair beberapa resep.
Interaksi obat berarti saling berpengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan
efek didalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolism (biotransformasi) dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam oba diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu
obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan
obat (Kemenkes 2017).
Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan, walaupun secara
teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang kemungkinan bersar berbahaya
terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Namun demikian, seorang farmasis perlu
selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi
obat ini untuk mencegah timbulnya resiko morbiditas atau bahkan mortalitas dalam
pengobatan pasien (Rahmawati, 2010).
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui interaksi dari obat yang dikombinasikan
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui interaksi OBH dan GG
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui interaks asam buah-buahan dengan
eritromisin
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui interaksi susu dan tetrasiklin
1.3 Manfaat Praktikum
Untuk dapat mengetahui bagaimana terjadinya interaksi obat in vitro

Anda mungkin juga menyukai