PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah suatu proses pengambilan ekstrak tertentu dari suatu sampel.
Sampel yang diekstraksi biasanya sampel bahan alam. Jenis ekstraksi yang digunakan untuk
ekstraksi bahan alam adalah ekstraksi secara panas refluks dan soklet, sedangkan ekstraksi
secara dingin adalah ekstraksi maserasi (Tobo 2001). Ekstraksi berprinsip melarutkan
senyawa yang polar dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar dalam pelarut yang
Maserasi berasal dari kata “macerace” yang dapat diartikan merendam. Cara ini
merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air melainkan
Refluks adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ini ke dalam system asalnya. Prinsip refluks ialah pemisahan komponen yang
dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam labu bulat dan diikuti pelarut lalu
dipanaskan. Uap pelarut akan terkondensasi dan turun kembali menuju labu bulat (Gandjar
Sokletasi merupakan proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat
segingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Prinsip sokletasi yaitu
penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
Ektraksi komponen dengan cara maserasi yaitu ditimbang 5 gram daun jambu biji
yang sudah halus dan dimasukkan ke dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan 30 ml
pelarut kemudian sampel diaduk merata selama 10 menit dengan batang pengaduk. Pelarut
yang digunakan etanol dan methanol. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan
terendam selama 5 menit. Maserasi dilakukan selama 30 menit. Setelah waktu ekstraksi
selesai, larutan sampel disring. Kertas saring dibasahi dengan pelarut. Filtrate ditambung ke
dalam Erlenmeyer dan ampas (residu) dikembalikan ke gelas piala. Ampas diekstraksi
kembali sampai total pelarut 150 ml (5 kali maserasi). Botol vial kosong sebelumnya
ditimbang. Kemudian ekstrak dimasukkan ke dalam botol vial dan dipekatkan dengan hair
dryer sampai volume ekstrak yang didalam botol vial menjadi 20 ml. botol vial dan ekstrak
Ekstraksi komponen dengan cara refluks yaitu ditimbang 5 Gram daun jambu biji
yang sudah halus dan dimasukkan ke dalam labu bulat alas datar ditambahkan 5 buah batu
didih dan 150 ml pelarut. Pelarut yang digunakan etanol dan methanol. System refluks
dipasangkan kondensor, labu bulat alas datar yang ditempatkan pada mantel pemanas dan
diperhatikan tidak boleh ada kobocoran. Jangan lupa setiap penempelan alat kaca diberi
vaselin. Ekstraksi dibiarkan berlangsung 1.5 jam, waktu dimulai saat mendidih. Setelah
waktu ekstraksi selesai. Suhu di mantel pemanas di 0 kan, dinginkan ekstrak dengan cara
didiamkan sampai suhu labu bulat alas datar sesuai dengan suhu ruang. Setelah suhu ruang
yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Teknik ini dapat digunakan untuk
kegunaan preparasi, pemurnian dan memperkaya pemisahan dalam analisis (Khopkar 2007).
Berikut adalah Tabel 1 Hasil ekstraksi daun jambu biji (psidium guajava).
Metode Maserasi adalah proses ekstraksi yang ada pada suhu ruang. Komponen
yang dapat diekstrak merupakan komponen yang tahan panas atau yang tidak tahan panas
beberapa kali pengadukan dalam suhu ruang. Maserasi dipakai untuk sampel yang tidak
tahan panas. Pemilihan pelarut dalam proses maserasi akan memberikan efektivitas yang
tinggi dalam memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Proses
ekstraksi maserasi dihentikan saat volume yang didapat mencapai 150 mL. ekstrask murni
yang diperoleh dari hasil penyaringan filtrate hasil ekstraksi agar terpisah dari ampas
sampel. Rendemen hasil dari maserasi pelarut methanol lebih besar dibandingkan etanol
karena pelarut methanol mampu menari lebih kuat senyawa seprti flavonoid dan tannin
yang ada pada daun jambu biji dengan keolaran yang rendah. Semakin lama perendaman
Rendemen yang dihasilkan dalam metode ini dibandingkan dengan metode refluks
dan soklet lebih kecil. Hal ini ditunjukkan dengan kepekatan ekstrak kasarnya yang masih
terlalu encer. Selain itu, ada beberapa senyawa yang sulit di ekstrak pada suhu kamar. Hasil
rendemen maserasi yang didapat dipengaruhi oleh luasnya permukaan sampel. Sampel yang
permukaan sampel lebih luas dan lebih kecil. Selain itu hasil rendemen maserasi kecil karena
metode ini memiliki kekurangan dalam pemakaian pelarut yang boros karena setiap kali
selesai penyaringan harus ditambahkan dengan pelarut yang baru lagi dalam 5 kali maserasi.
Metode refluks ialah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ini ke dalam sitem awalnya, yang dilakukan pada titik didih pelarut yang
digunakan. Proses pendinginan uap pelarut pada kondensor akan menetes kembaIi dalam
labu sampel dan merendam sampel (Dwidjoseputro 1980). Rendemen yang dihasilkan
dengan pelarut etanol lebih besar daripada pelarut methanol. Persen rendemen refluks
lebih besar dibandingkan dengan maserasi karena refluks kelebihan dari metode refluks
memerlukan kepekatan ekstrak kasar yang didapat lebih pekat dibandingkan maserasi.
Sedangkan persen rendemen refluks tidak lebih tidak besar dibandingkan sokletasi karena
kekurangan dari refluks ialah suhu harus diatas suhu ruang yang dapat membantu
kerusakan komponen senyawa sampel. selain itu penggunaan pelarut juga boros namun
tidak seboros dengan merode maserasi, rusaknya komponen senyawa yang ada juga tidak
dan disertai dengan pemanasan. Persen rendemen pelarut etanol lebih besar daripada
pelarut methanol. Persen rendemen yang dihasilkan oleh metode soklet lebih besar
dibandingkan dengan metode maserasi dan refluks, karena pengaruh suhu yang tinngi,
maka pelarut yang terkondensasi serta menguap mempunyai sifat yang terlalu murni
dibuktikan dengan penempatan antara sampel dan pelarut yang terpisah mengakibatkan
yang bersifat polar dan memiliki gugus etil yang bersifat non polar sehingga senyawa aktif
yang terdapat dalam sampel dapat terikat dengan etanol (Gandjar dan Rohman
2007). Sedangkan metanol lebih polar daripada etanol karena metanol tidak mempunyai
walaupun suhu yang digunakan di atas suhu ruang karena harus adanya proses pemanasan
dan hanya untuk senyawa yang tahan panas, metode sikletasi sangat hemat dalam
penggunaan pelarut, memiliki kepeketan yang paling pekat hasil dari ekstrak kasar karenaa
siklus soklet yang terus-menerus terjadi dan menghasilkan rendemen paling besar diantara
maserasi dan soklet. Hasil rendemen sokletasi pengaruhi oleh sampel, daun jambu biji yang
dipakai belum sepenuhnya halus dikarenakan tulang daun masih ada. Metode sokletasi
pada pelarut etanol terjadi kesalahan kecil yaitu ekstrak tidak dapat terendam sempurna
oleh pelarut dikarenakan tekanan alat tinggi pada proses sokletasi pelarut etanol. Agar tidak
terjadi tekanan pada alat tinggi selalu diatur suhu dimantel pemanas agar pelarut dalam
daapat menguap sempurna dan aliran air pada kondensor agarselalu diperiksa jangan
Metode refluks ialah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ini ke dalam sistem awalnya, yang dilakukan pada titik didih pelarut yang
digunakan. Proses pendinginan uap pelarut pada kondensor akan menetes kembali dalam
labu sampel dan merendam sampelnya (Dwidjoseputro 1980). Rendemen yang dihasilkan
dengan pelarut etanol lebih besar daripada pelarut metanol. Kelebihan dari metode refluks
ialah rendemen yang dihasilkan lebih besar daripada maserasi karena maserasi hanyalah
proses perendaman berbeda dengan refluks yang menggunakan teknik distilasi. Kekurangan
refluks ialah suhu harus diatas suhu ruang yang dapat membantu meningkatkan proses
ekstraksi karena suhu yang tinggi menyebabkan peningkatan kerusakan sel pada komponen
sampel. Penggunaan pelarut yang boros namun tidak seboros maserasi, rusaknya
Ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk metode maserasi, refluks dan
sokletasi, diantaranya ialah pengeringan sampel yang harus dikeringkan dan dioven
bertujuan untuk menguapkan kandungan air pada sampel agar proses pengeluaran solute
menjadi mudah dan air yang bersifat polar tidak larut dalam pelarut yang non polar maupun
semi polar. Sampel dihaluskan dengan tujuan agar permukaan luas, lebih efisien dan banyak
ekstraknya. Faktor suhu juga mempengaruhi karena kenaikan suhu pada saat ekstraksi
Faktor maserasi dipengaruhi oleh pengadukan dan penghalusan sampel karena pada
faktor pengadukan dan penghalusan sampel karena pada faktor pengadukan yang dapat
mempercepat kontak antara solute sampel dengan pelarut dan memindahkan komponen
aktif bahan yang teresktrak pelarut. Faktor refluks dipengaruhi oleh kenaikan suhu,
kecepatan dalam merefluks waktu yang digunakan dan penghalusan sampel. Faktor
sokletasi dipengaruhi oleh kecepatan waktu dalam satu kali sirkulasi saat hasil uap jatuh
mengenai timbel kemudian turun ke labu bulat, penghalusan sampel dan tekanan pada alat.
Hasil rendemen besar maka komponen ekstrak pekat. Hasil rendemen di atas 100%
dikarenakan kemungkinan pelarut masih tersisa. Pelarut yang tersisa tersebut dikarenakan
saat waktu pengekstrakan kurang lama. Pelarut yang digunakan etanol dan metanol
termasuk ke dalam pelarut polar, sehingga pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat aktif
yang bersifat polar. Etanol dan metanol digunakan sebagai cairan penyari karena lebih
selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam metanol 20%, netral dan dapat bercampur
dengan air pada segala perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
Gandjar G.H dan Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka pelajar.