Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nabila Rubinadzari

NPM : 1810631210075
Kelas : 4B
Mata Kuliah : Fitokimia

Kelebihan dan Kekurangan Metode Ekstraksi


1. Maserasi
Metode ekstraksi maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat
berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara
teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI,
2000).
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar
dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak,
yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari
sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan
antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam
cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau
proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan.
Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya
perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Voigh, 1994).
Proses ekstraksi dengan teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan cara ini mudah dan
tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak
atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan kelarutan dan polaritasnya
memudahkan pemisahan bahan alam dalam sampel. Pengerjaan metode
maserasi yang lama dan keadaan diam selama maserasi memungkinkan banyak
senyawa yang akan terekstraksi (Istiqomah, 2013).
Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995).

2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna
(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip
perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak),
terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Istilah perkolasi berasal dari kata ‘percolare’ yang artinya penetesan, merupakan

ekstraksi yang dilakukan dengan penetesan cairan penyari dalam wadah silinder atau

kerucut (perkolator), yang memilki jalan masuk dan keluar. Bahan ekstraksi yang

dimasukkan secara kontinyu dari atas mengalir lambat melintasi simplisia yang

umumnya berupa serbuk kasar. Melalui pembaharuan terus-menerus bahan pelarut

berlangsung sesuai suatu maserasi banyak tingkat. Jika pada maserasi sederhana suatu

ekstraksi sempurna dari simplisia tidak terjadi, karena kesetimbangan konsentrasi antara

larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya dapat diatur, maka pada perkolasi
melalui pemasukan bahan pelarut yang ekstraksi total secara teoritis adalah mungkin,

berkaitan dengan perbedaan konsentrasi pada posisi yang baru, secara praktek diperoleh

sampai 95% bahan yang terekstraksi.

Sebelum perkolasi dilakukan, simplisia terlebih dahulu direndam menggunakan

pelarut dan dibiarkan membengkak agar mempermudah pelarut masuk ke dalam sel.

Namun pembengkakan ini juga dapat menyebabkan pecahnya wadah itu sendiri. Dalam

pengisian simplisia tidak boleh terdapat ruang rongga. Hal ini akan menggagu

keteraturan aliran cairan dan menyebabkan berkurangnya hasil ekstraksi, namun suatu

pengisian yang kompak dapat menghambat aliran pelarut atau malah menghentikannya

(Voigt, 1994).

Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampai diperoleh

ekstrak (Depkes, 2000). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan

zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah

membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).

Perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi dikarenakan adanya aliran

cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang

konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan

keberadaan ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran kapiler

tempat mengalir cairan penyari menyebabkan meningkatnya perbedaan konsentrasi.

Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut,

dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang

cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.

Kelebihan dari metode perkolasi adalah :

 Tidak terjadi kejenuhan


 Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti

terdorong untuk keluar dari sel)

Kekurangan dari metode perkolasi adalah :

 Cairan penyari lebih banyak

 Resiko cemaran mikroba untuk penyair air karena dilakukan secara terbuka (Arief

TQ, Mochammad., 2004).

 Waktu kontak yang sebentar antara pelarut dengan simplisia.

3. Maserasi – Perkolasi

Metode maserasi-perkolasi memiliki kelebihan yaitu dengan digunakannya

double pelarut saat direndam (maserasi) dan ditetesi ketika proses penyaringan

(perkolasi) akan menyebabkan penarikan senyawa metabolit yang optimal dan menutupi

kekurangan metode perkolasi yaitu waktu kontak yang sebentar antara pelarut dengan

simplisia.

Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil

kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan

kelarutan dan polaritasnya memudahkan pemisahan bahan alam dalam sampel.

Pengerjaan metode maserasi-perkolasi yang lama dan keadaan diam selama proses

maserasi dan penetesan pelarut pada proses perkolasi memungkinkan banyak senyawa

yang akan terekstraksi. Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan terjadi proses

penjenuhan pada saat di maserasi.


4. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Umumnya dilakukan penggulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan
aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada
senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif (Sudjadi,
1986). 
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke
dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986).
Keuntungan dan kerugian metode Refluks
1. Keuntungan metode Refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
2. Kerugian metode Refluks
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
5. Soklet
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam dalam
wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus
direfluks. Alat soklet akan mengkosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah
pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melawati alat ini melalui
pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara
efektif ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut.
Sokletasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat di dalam
contoh padat dengan cara penyarian secara berulang-ulang dengan pelarut tertentu,
sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolas sempurna. Pelarut yang
digunakan tergantung pada jenis komponen yang akan dipisahkan. Peralatan yang
digunakan dalam sokletasi disebut soklet. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan
alam tersebut harus tahan terhadap suhu panas atau senyawa organik tersebut tidak
mengalami degradasi karena suhu panas.
Metode sokletasi mempunyai keuntungan dari metode lain karena :
1. Sampel dapat terekstraksi dengan senyawa secara sempurna, karena dalam metode
ini penyarian dilakukan beberapa kali atau secara kontinu.
2. Menggunakan pelarut yang tidak banyak dan pelarut yang digunakan tersebut tidak
habis (karena penyarian yang dilakukan beberapa kali) dan dapat digunakan lagi
setelah hasil isolasi dipisahkan.
3. Proses ekstraksi cepat.
Sebaliknya, metode sokletasi ini juga mempunyai kekurangan, di antaranya yaitu
tidak baik digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas.
6. Dekok
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi (menyari)
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 30 menit. Dekok
diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu, batang, biji dan lain
sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk menyari simplisia yang tidak
mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya tahan
terhadap penghangatan. Seperti halnya infus, jika tidak dinyatakan lain, dekok yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia yang
digunakan, dimana:
a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri
dan tahan terhadap pemanasan. Contoh: kulit kayu (korteks), ranting/kayu (lignum), akar
(radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen).  
b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung banyak minyak atsiri dan
bahan yang tidak tahan panas.
Banyaknya air yang dibutuhkan dalam pembuatan dekokta dan infusa:
a. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat  
b. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (1 x berat
simplisia)
c. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (2 x berat
simplisia) (Depker, RI, 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV).
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya
hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih
lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C.
Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang
kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang
bersifat yang termolabil.
Ekstraksi yang lebih lama pada simplisia tertentu dapat meningkatkan kualitas
ekstrak, namun hal tersebut tidak berlaku umum. Penentuan apakah suatu simplisia lebih
baik dibuat infuse atau dekok perlu penelitian lebih lanjut, namun ada panduan dasar
yang dapat dipertimbangkan, yaitu :

Kelebihan dan kekurangan metode dekok adalah :

a. Kelebihan
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relatif rendah

b. Kekurangan
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila
kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan
penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

Sumber :
1. Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). [Skripsi]. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Susanty., Bachmid, Fairus. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks
Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays L.). 5 (2) : 87-93.
3. Endah Pratiwi. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi, dan
Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari Tanaman Sambiloto
(Andrograohis paniculata (Burm. F.) Mess). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai