NPM : 1810631210075
Kelas : 4B
Mata Kuliah : Fitokimia
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna
(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip
perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak),
terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Istilah perkolasi berasal dari kata ‘percolare’ yang artinya penetesan, merupakan
ekstraksi yang dilakukan dengan penetesan cairan penyari dalam wadah silinder atau
kerucut (perkolator), yang memilki jalan masuk dan keluar. Bahan ekstraksi yang
dimasukkan secara kontinyu dari atas mengalir lambat melintasi simplisia yang
berlangsung sesuai suatu maserasi banyak tingkat. Jika pada maserasi sederhana suatu
ekstraksi sempurna dari simplisia tidak terjadi, karena kesetimbangan konsentrasi antara
larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya dapat diatur, maka pada perkolasi
melalui pemasukan bahan pelarut yang ekstraksi total secara teoritis adalah mungkin,
berkaitan dengan perbedaan konsentrasi pada posisi yang baru, secara praktek diperoleh
pelarut dan dibiarkan membengkak agar mempermudah pelarut masuk ke dalam sel.
Namun pembengkakan ini juga dapat menyebabkan pecahnya wadah itu sendiri. Dalam
pengisian simplisia tidak boleh terdapat ruang rongga. Hal ini akan menggagu
keteraturan aliran cairan dan menyebabkan berkurangnya hasil ekstraksi, namun suatu
pengisian yang kompak dapat menghambat aliran pelarut atau malah menghentikannya
(Voigt, 1994).
ekstrak (Depkes, 2000). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
Perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi dikarenakan adanya aliran
cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang
Resiko cemaran mikroba untuk penyair air karena dilakukan secara terbuka (Arief
3. Maserasi – Perkolasi
double pelarut saat direndam (maserasi) dan ditetesi ketika proses penyaringan
(perkolasi) akan menyebabkan penarikan senyawa metabolit yang optimal dan menutupi
kekurangan metode perkolasi yaitu waktu kontak yang sebentar antara pelarut dengan
simplisia.
Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil
kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan
Pengerjaan metode maserasi-perkolasi yang lama dan keadaan diam selama proses
maserasi dan penetesan pelarut pada proses perkolasi memungkinkan banyak senyawa
yang akan terekstraksi. Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan terjadi proses
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Umumnya dilakukan penggulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan
aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada
senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif (Sudjadi,
1986).
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke
dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986).
Keuntungan dan kerugian metode Refluks
1. Keuntungan metode Refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
2. Kerugian metode Refluks
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
5. Soklet
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam dalam
wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus
direfluks. Alat soklet akan mengkosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah
pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melawati alat ini melalui
pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara
efektif ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut.
Sokletasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat di dalam
contoh padat dengan cara penyarian secara berulang-ulang dengan pelarut tertentu,
sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolas sempurna. Pelarut yang
digunakan tergantung pada jenis komponen yang akan dipisahkan. Peralatan yang
digunakan dalam sokletasi disebut soklet. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan
alam tersebut harus tahan terhadap suhu panas atau senyawa organik tersebut tidak
mengalami degradasi karena suhu panas.
Metode sokletasi mempunyai keuntungan dari metode lain karena :
1. Sampel dapat terekstraksi dengan senyawa secara sempurna, karena dalam metode
ini penyarian dilakukan beberapa kali atau secara kontinu.
2. Menggunakan pelarut yang tidak banyak dan pelarut yang digunakan tersebut tidak
habis (karena penyarian yang dilakukan beberapa kali) dan dapat digunakan lagi
setelah hasil isolasi dipisahkan.
3. Proses ekstraksi cepat.
Sebaliknya, metode sokletasi ini juga mempunyai kekurangan, di antaranya yaitu
tidak baik digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas.
6. Dekok
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi (menyari)
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 30 menit. Dekok
diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu, batang, biji dan lain
sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk menyari simplisia yang tidak
mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya tahan
terhadap penghangatan. Seperti halnya infus, jika tidak dinyatakan lain, dekok yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia yang
digunakan, dimana:
a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri
dan tahan terhadap pemanasan. Contoh: kulit kayu (korteks), ranting/kayu (lignum), akar
(radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen).
b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung banyak minyak atsiri dan
bahan yang tidak tahan panas.
Banyaknya air yang dibutuhkan dalam pembuatan dekokta dan infusa:
a. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat
b. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (1 x berat
simplisia)
c. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (2 x berat
simplisia) (Depker, RI, 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV).
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya
hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih
lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C.
Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang
kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang
bersifat yang termolabil.
Ekstraksi yang lebih lama pada simplisia tertentu dapat meningkatkan kualitas
ekstrak, namun hal tersebut tidak berlaku umum. Penentuan apakah suatu simplisia lebih
baik dibuat infuse atau dekok perlu penelitian lebih lanjut, namun ada panduan dasar
yang dapat dipertimbangkan, yaitu :
a. Kelebihan
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kekurangan
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila
kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan
penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
Sumber :
1. Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). [Skripsi]. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Susanty., Bachmid, Fairus. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks
Terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays L.). 5 (2) : 87-93.
3. Endah Pratiwi. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi, dan
Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari Tanaman Sambiloto
(Andrograohis paniculata (Burm. F.) Mess). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.