Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FITOKIMIA I

OLEH:

NAMA : RISQIANTY NASIR


STAMBUK : 15020160194
KELAS : C-10

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ektraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan
kelarutan. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute)
diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat
organik ataupun anorganik, untuk analiss makro maupun mikro. Alat
yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi
sokhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig.
Ekstraksi terbagi atas dua yaitu ekstraksi padat-cair (Leaching)
dan ekstraksi cair-cair (Ekstraksi pelarut). Ekstraksi padat-cair yaitu
ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut
menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak.
Sedangkan ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut) adalah proses
pemindahan suatu komponen campuran cairan dari suatu larutan ke
cairan yang lain (yaitu pelarutnya).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud ekstraksi dan ekstrak?
2. Bagaiman prinsip ekstraksi secara umum?
3. Apa saja metode ekstraksi berdasarkan system distribusi pelarut
berdasarkan temperatur?
4. Apa saja prinsip-prinsip ekstraksi masing-masing metode beserta alat
ekstraksinya?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan masing-masing metode ekstraksi,
syarat sampel dan pelarut yang digunakan ?
6. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-
cair. Apa prinsipnya dan apa saja hal yang harus dipertimbangkan
dalam melakukan ekstraksi ini?
7. Bagaimana proses fraksinasi ekstrak hingga diperoleh ekstrak polar,
semi polar, dan non polar serta berikan contohnya?
8. Bagaimanakah cara mengekstraksi sampel yang mengandung
epigallotanin?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ekstrak dan ekstraksi

a. Esktraksi adalah Proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut


dari suatu serbuk simplisia sehingga terpisah dari bahan-bahan yang
tidak larut (Depkes RI, 2000).
Ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam
proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan
menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga
pemisah. Apabila komponen yang akan dipisahkan (solute) berada
dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan atau
leaching. ( Maulida dewi, 2010 )
b. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes, 1995).

2.2 Prinsip ekstraksi secara umum.


Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
,seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah
zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut.
Prinsip dasar lain dari ekstraksi pelarut adalah pemisahan secara
komponen dari zat terlarut di dalam dua campuran pelarut yang tidak
saling bercampur. Biasanya digunakan dalam kimia organik dan lain -
lain.
Jika zat terlarut antara dua cairan tidak saling larut, ada suatu
hubungan yang tepat antara konsentrasi zat terlarut dalam kedua fasa
terlarut pada keadaan kesetimbangan. Zat tersebut akan terdistribusikan
atau terbagi dalam kedua pelarut tersebut berdasarkan koefisien
distribusi.

2.3 Metode ekstraksi berdasarkan temperatur

a. Ekstraksi secara dingin


1. Meserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat
pada suhu kamar (Agoes,2007).
2. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan
dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan
kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian
atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian
bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri
oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel
dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit
menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan
banyak pelarut dan me-makan banyak waktu (Agoes, 2007).
3. Soxletasi
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong
yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut
yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur
di bawah suhu reflux. (Agoes, 2007).
b. Estraksi secara panas
1. Refluks
Pada metode reflux, sampel di-masukkan bersama pelarut ke dalam
labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pel-arut dipanaskan
hingga mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke da-
lam labu. (Seidel V 2006).
2. Destilasi uap
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan
untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa
menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat
(terpisah sebagai 2 bagian yang tidak sal-ing bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor (Seidel V, 2006).
2.4 Prinsip dari masing-masing metode esktraksi

1. Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. ·
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena
gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang
menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,
lalu dipekatkan.

Alat perkolator
3. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.

Alat soxlet
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan
turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.

5. Prinsip Destilasi Uap Air


Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap,
uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi
minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak
menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
2.5 Kelebihan dan kekurangan dari setiap metode

a. Ekstraksi cara dingin

1. Meserasi
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan ban-yak
waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen-
yawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Dan
kelebihan metode maserasi dapat menghindari rusaknya sen-yawa-
senyawa yang bersifat termolabil (Agoes, 2007).
2. Perkolasi
Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh
pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam
perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau
seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan me-makan banyak waktu. (Agoes, 2007).
3. Soxletasi
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga
tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak
waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada
pada titik didih, (Agoes, 2007).
b. Ekstraksi cara panas

1. Reflux
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung. kerugiannya adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Seidel V 2006).
2. Destilasi uap
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat
termolabil dapat terdegradasi (Seidel V 2006).
2.6 Ekstraksi padat-cair dan cai-cair.
1. Ekstraksi Padat Cair

Ekstraksi padat–cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen


terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini
merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami
perubahan kimia. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.
Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga di gunakan pada padatan yang larut
karena efektivitasnya.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul – molekul cairan penyari
yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika
cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi
sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT atau sirkulasi telah mencapai 20 – 25 kali. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses leaching adalah: jumlah
konstituen (solute) dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan, dan ukuran
partikel. Mekanisme proses leaching dimulai dari perpindahan solven dari larutan
ke permukaan solid (adsorpsi), diikuti dengan difusi solven ke dalam solid dan
pelarutan solut oleh solven, kemudian difusi ikatan solut-solven ke permukaan
solid, dan desorpsi campuran solut-solven dari permukaan solid kedalam badan
pelarut. Pada umumnya perpindahan solven ke permukaan terjadi sangat cepat
di mana berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan solvent, sehingga
kecepatan difusi campuran solut-solven ke permukaan solid merupakan tahapan
yang mengontrol keseluruhan proses leaching. Kecepatan difusi ini tergantung
pada beberapa faktor yaitu : temperatur, luas permukaan partikel, pelarut,
perbandingan solut dan solven, kecepatan dan lama pengadukan. Untuk
memisahkan minyak dari pelarutnya, dilakukan dengan cara distilasi (Pramudono
dkk, 2008)
2. Proses Ekstraksi Padat Cair

Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama


antara pelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa proses ini
paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang
terkandung di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam
menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam
tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi (Fajriati dkk, 2011).
Maserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang
dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut.
Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan
alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan
pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat
diekstraksi kembali menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam
hal ini bukan mesti berarti berbeda zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi
bisa pelarut dari zat yang sama. Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut
kebutuhan (Fajriati dkk, 2011).
Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses
ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut
organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat
hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau didestilasi.
Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi atau
rekristalisasi langsung (Sudjadi, 1986).

2.7 Proses fraksinasi ekstrak


Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil
(fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini
didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling
dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol,
diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin,
tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan
pelarut organik.
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang
perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki
kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut,
terdapat tiga golongan pelarut yaitu (Rohman, 2007):
a. Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-
senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal
digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut
polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
b. Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton,
etil asetat, kloroform
c. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh:
heksana dan eter.
2.8 Cara mengekstraksi sampel pirogalotanin
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin akan
menghasilkan warna biru.
b. Sampel ditambahkan dengan larutan brom, jika mengandung pirogalotanin tidak
terjadi endapan.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Esktraksi adalah Proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu
serbuk simplisia sehingga terpisah dari bahan-bahan yang tidak larut. Dan ekstrak
merupakan hasil ekstraksi.
2. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan

tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,seperti benzen, karbon

tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada

jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.

3. Metode ekstraksi terdiri dari ekstraksi dengan cara dingin dengan metode
meserasi, perkolasi, dan soxletasi. Sedangkan ekstraksi dengan cara panas
dengan metode refluks dan destilasi uap.
4. Prinsip

5. Kelebihan dan kekurangan

a. Ekstraksi dengan cara dingin

1. Meserasi
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan ban-yak waktu,
pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen-yawa mungkin saja sulit
diekstraksi pada suhu kamar. Dan kelebihan metode maserasi dapat
menghindari rusaknya sen-yawa-senyawa yang bersifat termolabil (Agoes,
2007).
2. Perkolasi
Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.
Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen
maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga
membutuhkan banyak pelarut dan me-makan banyak waktu. (Agoes, 2007).
3. Soxletasi
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel
terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih,
b. Ekstraksi cara panas

1. Reflux
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator.
2. Destilasi uap
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil
dapat terdegradasi.
6. Cara mengekstraksi sampel pirogalotanin
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin akan
menghasilkan warna biru.
b. Sampel ditambahkan dengan larutan brom, jika mengandung pirogalotanin tidak
terjadi endapan
DAFTAR PUSTAKA

Agoes. G. 2007. Teknologi Bahan Alam, ITB Press Bandung.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Seidel V. Initial and ulkextraction. In: Sarker SD, Latif Z & Gray Al, edi-tors.
Natural product Isolation, 2nd ed. Totowa ()Ney Jersey). Humana
Press Inc. 2006. hal. 31-5
Sudarmi, Sri dan Siswanti. 2011. Koefisien Transfer Massa pada Ekstraksi
Biji Pala dengan Pelarut Etanol. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber daya Alam Indonesia. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai