Anda di halaman 1dari 22

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK EMERGING THERMAL DAN NON THERMAL
(Microwave Assisted Extraction)

Oleh :

Nama : Abdurrahman Hanif


NPM : 240110160073
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 22 April 2019
Waktu : 09.30-11.30 WIB
Co.Ass : Sita Halimatus Sa'diyah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini banyak cara yang telah dilakukan para peneliti untuk
mendapatkan ekstraksi teh yang baik tanpa merusak kandungan antioksidan yang
ada dalam teh.. Beberapa peneliti telah mampu menghasilkan ekstrak teh, namun
dirasa belum bisa mendapatkan kadar ekstraksi teh yang lebih banyak karena
masih menggunakan metode konvensional, dan itu sangat mempengaruhi kadar
ekstraksi teh yang terkandung. Metode Microwave Assisted Extraction (MAE)
merupakan suatu metode ekstraksi yang memanfaatkan gelombang mikro,
“ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses ekstraksi yang
memanfaatkan energi yang ditimbulkan oleh gelombang mikro dengan frekuensi
0,3 – 300 GHz dalam bentuk radiasi non-ionisasi elektromagnetik” Delazar et al
(2012) diacu dalam Luqman, dan Yunianta (2012).
Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) ini merupakan teknik
ekstraksi relatif baru yang mengkombinasikan energi gelombang mikro dan teknik
ekstraksi konvensional dengan pelarut. Dalam penelitian ini menggunakan metode
MAE karena metode ini memiliki kelebihan dalam mendapatkan jumlah kadar
ekstraksi teh secara cepat, sesuai dengan pendapat Delazar et al.(2012)
mengemukakan bahwa energi gelombang mikro menyebabkan pergerakan
molekuler dengan cara migrasi ion dan rotasi dipol. Pergerakan yang sangat cepat
ini menghasilkan friksi atau gesekan yang akhirnya mengasilkan energi panas
dalam bahan sehingga dinding sel maupun jaringan bahan akan rusak, dan solute
akhirnya dapat keluar. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini dilaksanakan
praktikum MAE, agar praktikan dapat mengetahui efisiensi dari penggunaan
metode MAE.

1.1 Tujuan Praktikum


1.1.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari ekstraksi berbantu microwave.
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa dapat menganalisis pengaruh daya (power level) terhadap
rendemen dan karakteristik fisikokimia ekstrak teh hijau dan kopi luwak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teh
Teh (Camellia sinesis) merupakan suatu bahan minuman yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia, teh ialah suatu bahan pangan yang bisa
diolah menjadi sebuah produk yang bernilai tinggi seperti dijadikan untuk
minuman yang berkhasiat dan mampu mengurangi beberapa penyakit, menurut
Goldberg (1994) diacu dalam Ananda (2009) menyebutkan bahwa untuk dapat
mereduksi resiko kanker saluran pencernaan yaitu dengan mengkonsumsi 10
cangkir atau lebih teh hijau. Kemudian menurut Ananda (2009) dengan
mengkonsumsi teh hijau secara teratur, dua sampai empat gelas sehari, dapat
menstimulasi terjadinya penurunan tekananan darah dan membantu menormalkan
tekananan darah tinggi.
Komoditas teh ini sangat mempengaruhi perekonomian di Indonesia, hal
ini menurut Asosiasi Teh Indonesia (ATI) (2000) diacu dalam Suprihatini. (2005)
bahwasannya industri teh Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan menyerap
sekitar 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Selain itu, secara
nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) seitar Rp 1,2
triliun (0,3% dari total PDB non migas) dan menyumbang devisa bersih sekitar
110 juta dollar AS pertahun. Dari aspek lingkungan, usaha budidaya dan
pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi tanah dan air.
Minuman teh pada umumnya biasa dijadikan minuman penjamu tamu,
yang memiliki aroma yang harum dan rasanya yang khas, seperti kutipan berikut
bahwasannya “teh ini juga memiliki banyak zat-zat yang baik untuk kesehatan
tubuh seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tannin, vitamin C dan E,
catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg” (Majid, dan
Nurkholis. 2009).

2.2 MAE (Microwave Assisted Extraction)


MAE (Microwave Assisted Extraction) merupakan ekstraksi yang
memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk mempercepat ekstraksi selektif
melalui pemanasan pelarut secara cepat dan efisien. Menurut beberapa hasil
penelitian, MAE meningkatkan efisiensi dan efektifitas ekstraksi bahan aktif
berbagai jenis rempah-rempah, tanaman herbal, dan buah-buahan (Calinescu et
al., 2001). Gelombang mikro mengurangi aktivitas enzimatis yang merusak
senyawa target (Salas et al., 2010). Kelebihan MAE adalah waktu ekstraksi dan
kebutuhan pelarut yang relatif rendah dibanding ekstraksi konvensional.
Beberapa jenis bahan dapat diekstrak secara simultan dan mengasilkan hasil
rendemen menyerupai performansi SFE. Sebaliknya, diperlukan kondisi ekstraksi
yang tepat dalam menggunakan pelarut mudah terbakar ataupun ekstrak
bersenyawa termolabil dalam pelarut berfaktor disipasi tinggi (Salas et al, 2010).
Dibandingkan metode ekstraksi yang lain memiliki beberapa kelebihan antara
lain:
1. MAE dapat menyelesaikan ekstraksi dalam beberapa menit, lebih cepat
dibandingkan metode ekstraksi yang lain
2. Penggunaan solvent yang sedikit sehingga mengurangi biaya pembelian pelarut
danpembuangan sisa pelarut.
3. MAE menghasilkan ekstrak dengan yield lebih besar daripada metode ekstraksi
yang lain.
4. MAE menggunakan energi listrik lebih kecil dibandingkan metode ekstraksi
yang lain.

2.4 Microwave
Microwave oven atau yang dikenal sebagai microwave adalah suatu
alat yang menggunakan radiasi gelombang mikro (frekuensi 2450 Mhz) untuk
memanaskan suatu benda (dalam hal ini adalah makanan). Alat ini
menggunakan gelombang elektromagnetik mikro (karenanya disebut
microwaves) yang diemisikan oleh magnetron untuk menggerakkan/memutar
polarisasi dari molekul air yang terdapat dalam zat tersebut. Pergerakan dari
polarisasi molekul itu meningkatkan panas dari zat (Puntananta, 2008).
Gambar 1. Medan magnet dan medan elektrik sebuah gelombang
elektromagnetik.
(Sumber : Puntanata, S. 2008)

Microwave oven terdiri dari beberapa komponen berikut ini :


 Transformator bertegangan tinggi, digunakan untuk memberikan energi
pada magnetron.
 Magnetron berongga.
 Magnetron control circuit ( biasanya dengan microcontroller ).
 Pengarah gelombang.
 Kamar pemanasan.

Microwave oven biasanya bekerja dengan melewatkan radiasi gelombang


mikro yang tidak terionisasi pada makanan, biasanya gelombang tersebut
berada pada frekuensi 2.45 Ghz (panjang gelombang 12,24 cm). Besarnya
frekuensi mikrowave ini berada pada frekuensi radio pada umumnya dan
frekuensi infrared. Air, lemak dan substansi lainnya didalam makanan
menyerap energi dari gelombang mikro, yang disebut pemanasan dielektrik.
Banyak molekul seperti air merupakan dipol elektrik, yang berarti molekul
tersebut memiliki kutub positif dan negatif dan oleh karena itu molekul
tersebut berputar terus menerus akibat perubahan medan listrik yang
dilakukan gelombang mikro (microwave). Pergerakan ini menyebabkan panas
karena ketika molekul tersebut berputar dan menghasilkan panas. Pemanasan
pada microwave lebih efektif dilakukan untuk air berfase cairan apabila
dibandingkan pemanasan pada lemak dan gula (dimana memiliki momen dipol
yang lebih rendah).
Gambar 2. Frekuensi dan Panjang Gelombang Beberapa Gelombang
Elektromagnetik
(Sumber : Puntanata, S. 2008)

Pemanasan microwave kadang kala dijelaskan sebagai resonansi


perputaran dari molekul air, tetapi hal ini adalah tidak benar, karena resonansi
hanya terjadi pada uap air pada frekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 20
Ghz. Padahal, alat mikrowave yang digunakan pada industri umumnya
memiliki frekuensi 915 Mhz. Frekuensi yang digunakan pada mikrowave
dipilih berdasarkan atas dua pembatasan utama yaitu frekuensi tersebut
haruslah salah satu dari frekuensi ISM, ada sekitar 3 frekuensi yang bekerja
sesuai dengan frekuensi microwave tetapi frekuensi tersebut tidak digunakan
untuk memasak. Dua dari frekuensi tersebut bekerja pada frekuensi 5.8 Ghz
dan 24.125 Ghz tetapi tidak digunakan pada microwave karena diperlukan
biaya dan energi yang sangat besar untuk menghasilkan frekuensi tersebut.
Dan frekuensi yang ketiga bekerja pada 433,92 Mhz dimana dibutuhkan
peralatan yang mahal untuk menghasilkan energi yang cukup tanpa
menghasilkan interferensi diluar pita.
Kesalahan penafsiran yang terjadi pada microwave biasanya adalah
bagaimana microwave memanaskan makanan, yaitu dari dalam ke bagian luar.
Pada kenyataannya microwaves diserap oleh permukaan terluar dari substansi
makanan dimana mempunyai kesamaan metode dengan pemanas
konvensional. Salah penfsiran ini berkembang karena microwaves menembus
substansi kering yang bersifat tidak konduktif pada permukaan makanan, dan
dengan begitu biasanya meninggalkan panas awal yang lebih dalam dari pada
metode pemanasan yang lain. Berdasarkan pada air, kedalaman dari
peninggalan awal panas mungkin mencapai beberapa centimeter bahkan lebih,
sebaliknya pada pemanasan konveksi peninggalan panas hanya menembus
tipis permukaan makanan. Kedalaman penetrasi panas dari mikrowave
berkaitan dengan komposisi makanan dan frekuensi, dimana frekuensi
microwave yang lebih rendah mempunyai penetrasi yang lebih baik.
Kebanyakan microwave dapat memberikan penggunanya beberapa jenis
pemanasan, meliputi satu atau beberapa level defrosting. Pada microwave
oven pada umumnya, tidak ada perubahan dalam intensitas radiasi microwave,
akan tetapi variasi pemanasan dilakukan dengan menghidup dan mematikan
magnetron setiap beberapa detik dalam selang waktu tertentu.
Kamar pemanasan itu sendiri disebut dengan “sangkar Faraday ”, dimana
dapat mencegah mikrowaves keluar menuju lingkungan. Pintu oven biasanya
terbuat dari panel kaca, tetapi mempunyai lapisan mata jala konduktiv yang
digunakan untuk menjaga isolasi. Karena ukuran lubang-lubang pada mata
jala konduktif biasanya lebih kecil dari panjang gelombang mikro ( 12 cm ),
maka radiasi gelombang mikro tidak dapat menembus panel kaca tersebut.
Beberapa varian dari mikrowave konvensional antara lain adalah
microwave konveksi, mikrowave ini adalah kombinasi dari microwave standar
dan convection oven. Alat ini memberikan kecepatan dalam memasak dan
mengurangi gosongnya masakan.
Berikut adalah cara kerja dari sebuah microwave oven dalam memanaskan
sebuah objek (Saputra, A., 2010):
1. Arus listrik bolak-balik dengan beda potensial rendah dan arus searah
dengan beda potensial tinggi diubah dalam bentuk arus searah.
2. Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan gelombang mikro
dengan frekuensi 2,45 GHz.
3. Gelombang mikro diarahkan oleh sebuah antenna pada bagian atas
magnetron ke dalam sebuah waveguide.
4. Waveguide meneruskan gelombang mikro ke sebuah alat yang
menyerupai kipas, disebut dengan stirrer. Stirrer menyebarkan
gelombang mikro di dalam ruang oven.
5. Gelombang mikro ini kemudian dipantulkan oleh dinding dalam oven dan
diserap oleh molekul-molekul makanan.
6. Karena setiap gelombang mempunyai sebuah komponen positif dan
negatif, molekul-molekul makanan didesak kedepan dan kebelakang
selama 2 kali kecepatan frekuensi gelombang mikro, yaitu 4,9 juta kali
dalam setiap detik.
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Beaker glass, sebagai tempat untuk menyimpan bahan pada saat proses ekstraksi
dilakukan;
2. Botol kecil, untuk tempat hasil ekstraksi;
3. Corong kaca, untuk alat bantu pada saat penyaringan bahan;
4. Gelas Ukur, untuk megukur bahan;
5. Infrared Termometer, untuk mengukur suhu bahan;
6. Kertas whatman, untuk menyaring bahan;
7. Microwave,untuk melakukan ekstraksi MAE;
8. Rotary vacuum evaporator, untuk memisahkan hasil ekstraksi dengan pelarut;
9. Spatula, sebagai alat bantu untuk mengambil bahan atau mencampurkan bahan;
dan
10. Timbangan, untuk mengukur berat atau bobot bahan.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Etanol 96%; dan
2. Teh Putih.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah :
1. Menimbang bubuk teh putih lolos mesh 18 sebanyak 5 gram, kemudian
memasukkan kedalam beaker glass;
2. Mencampurkan 5 gram bubuk teh putih dalam beaker glass dengan pelarut etanol
100 ml. perbandingan yang digunakan adalah 1:20 (b/v);
3. Memasukkan beaker glass kedalam microwave dengan daya dan waktu yang
berbeda, yaitu pada daya 10%, 30%, dan 50% serta waktu pada 2, 4, dan 6 menit.
Suhu ruangan dan suhu dalam microwave yang digunakan diukur dengan infrared
thermometer sebagai data penunjang;
4. Menyaring campuran bubuk teh dan pelarut sebanyak dua kali menggunakan
penyaringan vaccum dengan kertas whatman no. 42. Hasil saringan ini berupa
ampas dan maserat dari pelarut etanol. Kemudian menimbang ampas dan
mengukur volume maserat;
5. Mengentalkan ekstrak dari pelarut dengan menggunakan rotary vacuum
evaporator dengan suhu ± 40℃; dan
Menimbang ekstrak teh putih menggunakan neraca analitik. .
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1. Spesifikasi Alat MAE
Gambar Spesifikasi

 Merk Sharp
 Daya 10 – 100%
 Waktu 0 – 35 menit

Tabel 2. Data Ekstraksi Teh Putih Menggunakan MAE


Berat Beaker Glass +
Perlakuan
Berat Beaker Berat Berat Sample + Pelarut (gr)
Waktu glass (gr) Sample (gr) Pelarut (gr)
Daya Sebelum Sesudah
(menit)
10% 2 106,48 5 78,317 189,797 186,31
4 101,548 5,01 77,63 184,188 179,97
6 105,52 5,01 77,99 188,52 184,89
30% 2 106,48 5,1 78,07 189,65 187,8
4 101,54 5,1 77,46 184,1 175,58
6 105,42 5,02 76,98 187,42 169,41
50% 2 106,53 5,024 77,12 188,674 158,76
4 101,58 5,0145 77,46 184,0545 151,66
6 105,43 5,039 77,46 187,929 151,66
Kontrol 2 98,07 5,04 77,61 180,72 166,2
4 105,42 5,046 78,66 189,126 175,7
6 113,13 5,09 77,67 195,89 185,8

Tabel 3. Data Filtrasi MAE


Perlakuan Berat Botol Berat Berat
Berat
Waktu + Filtrat Ampas Filtrat Foto
Daya Botol (gr)
(menit) (gr) (gr) (gr)
10% 2 18,9839 87,124 11 68,1401

4 18,9839 81,9886 9,55 63,0047

6 18,9839 76,9399 14,9 57,956

30% 2 18,87 83,29 12,92 64,42

4 18,87 72,5 15 53,63

6 18,95 63,09 15,93 44,14

50% 2 25,9 78,13 14,8 52,23

4 23,56 61,69 16,22 38,13


6 22,66 49,1 16,49 26,44

Kontrol 2 18,96 61,62 17,73 42,66

4 19,165 65,58 16,86 46,415

6 18,9 68,03 15,47 49,13

Tabel 4. Data Suhu MAE


Perlakuan Suhu (℃)
Daya Waktu (menit) Sebelum Sesudah
10% 2 27 41,9
4 26,6 53,7
6 26,4 57,4
30% 2 26 57
4 25,6 56,7
6 26,1 58,5
50% 2 28,3 59,3
4 27,4 58,3
6 26,3 58

Tabel 5. Data Evaporasi MAE


Perlakuan Berat Bahan Berat Botol + Berat
Foto
Daya Waktu (menit) (gr) Ekstrait (gr) Ekstrait

50% 4 38,13 15,33 4,26

Kontrol 6 49,04 19,04 8,23

4.2 Perhitungan

4.2.1 Rendemen Ekstraksi


Berat Setelah
Rendemen Ekstraksi = Berat Sebelum x 100 %

 Daya 10%
186,31 gram
 Daya (2 menit) = 189,797 gram x 100 % = 98,16 %
179,97 gram
 Daya (4 menit) = 184,188 gram x 100 % = 97,71 %
184,89 gram
 Daya (6 menit) = 188,52 gram x 100 % = 98,07 %

 Daya 30%
187,8 gram
 Daya (2 menit) = 189,65 gram x 100 % = 99,02 %
175,58 gram
 Daya (4 menit) = x 100 % = 95,37 %
184,1 gram
169,41 gram
 Daya (6 menit) = 187,42 gram x 100 % = 90,39 %

 Daya 50%
158,76 gram
 Daya (2 menit) = 188,674 gram x 100 % = 84,15 %
151,66 gram
 Daya (4 menit) = 184,0545 gram x 100 % = 82,40 %
151,66 gram
 Daya (6 menit) = 187,929 gram x 100 % = 80,70 %

 Daya Kontrol
166,2 gram
 Daya (2 menit) = 180,72 gram x 100 % = 91,97 %
175,7 gram
 Daya (4 menit) = 189,126 gram x 100 % = 92,90 %
185,8 gram
 Daya (6 menit) = 195,89 gram x 100 % = 94,85 %

4.2.2 Rendemen Filtrasi


Filtrat
Rendemen Filtrasi = Berat Setelah − Berat Wadah x 100 %

 Daya 10%
68,1401 gram
 Daya (2 menit) = 186,31 gram − 106,48 gram x 100 % = 85,35 %
63,0047 gram
 Daya (4 menit) = 179,97 gram − 101,548 gram x 100 % = 80,34 %
57,956 gram
 Daya (6 menit) = 184,89 gram − 105,52 gram x 100 % = 73,02 %

 Daya 30%
64,42 gram
 Daya (2 menit) = 187,8 gram − 106,48 gram x 100 % = 79,21 %
53,63 gram
 Daya (4 menit) = 175,58 gram − 101,54 gram x 100 % = 72,43 %
44,14 gram
 Daya (6 menit) = 169,41 gram − 105,42 gram x 100 % = 68,97 %

 Daya 50%
52,23 gram
 Daya (2 menit) = 158,76 gram − 106,53 gram x 100 % = 100 %
38,13 gram
 Daya (4 menit) = 1151,66 gram − 101,58 gram x 100 % = 76,13 %
26,44 gram
 Daya (6 menit) = 151,66 gram − 105,43 gram x 100 % = 57,19 %

 Daya Kontrol
42,66 gram
 Daya (2 menit) = 166,2 gram − 98,07 gram x 100 % = 62,61 %
46,415 gram
 Daya (4 menit) = 175,7 gram − 105,42 gram x 100 % = 66,04 %
49,13 gram
 Daya (6 menit) = 185,8 gram − 113,13 gram x 100 % = 67,60 %

4.2.3 Rendemen Evaporasi


Ekstrait
Rendemen Evaporasi = x 100 %
Filtrat

 Daya 50%
4,26 gram
 Daya (4 menit) = 38,13 gram x 100 % = 11,1723 %

 Daya Kontrol
8,23 gram
 Daya (6 menit) = 49,04 gram x 100 % = 16,7822 %

4.3 Grafik

Hubungan Waktu dengan Suhu Sesudah


70 y = -0.325x + 59.833
R² = 0.9119 y = 3.875x + 35.5
60 R² = 0.9166
50 Daya 10%
y = 0.375x + 55.9
Suhu (oC)

40 R² = 0.6048 Daya 30%

30 Daya 50%

20 Linear (Daya 10%)


Linear (Daya 30%)
10
Linear (Daya 50%)
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (Menit)

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu dan Suhu Setelah Perlakuan


BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan kegiatan berupa uji coba
ekstraksi menggunakan microwave, sebagai salah satu metode modern dalam
melaksanakan ekstraksi. Microwave yang digunakan adalah mek sharp dengan
daya 10-100 % dan dengan rentan waktu antara 0-35 menit, bahan yang
digunakan pada kegiatan kali ini adalah teh putih. Hal pertama yang dilakukan
adalah mengukur berat sampel lalu mengukur berat pelarutnya dan dijumlahkan
dengan berat beaker glass. Daya yang digunakan adalah pada 10 %, 30 %, 50 %
dan juga kontrol dengan masing – masing daya memiliki pengamatan pada waktu
2, 4, dan 6 menit. Saat setelah di ekstraksi oleh microwave, seluruh berat dari
sampel yang di uji coba pada berbagai rentan daya dan waktu mengalami
penurunan berat, hal ini disebabkan karena untuk mengekstraksi teh putih pelarut
menguapkan sebagian fluidanya dikarenakan juga oleh panas yang diberikan oleh
microwave. Setelah bahan diekstrak di dalam microwave selanjutnya adalah
menyaring atau melakukan filtrasi pada semua sampel. Pada hal ini, terdapat
perbedaan antara ekstraksi dengan menggunakan microwave dan juga
menggunakan kontrol, pada ekstraksi menggunakan microwave semakin lama
waktu yang dilakukan untuk menekstraksi bahan maka akan semakin sedikit
rendemen filtrat yang dihasilkan, dan hal tersebut berlaku bagi seluruh hasil
ekstraksi dengan berbagai daya yang dilakukan saat praktikum, sementara untuk
perlakuan kontrol semakin lama waktu yang dilakukan untuk ekstraksi maka akan
semakin banyak rendemen filtrat yang dihasilkan. Pada pengamatan kali ini hasil
filtrat terbaik adalah terdapat pada perlakuan ekstraksi microwave dengan daya
10 % dan waktu 2 menit yaitu sebesar 68,1401 gram. Data suhu pada perlakuan
MAE pada pengamatan kali ini seluruhnya mengalami kenaikan suhu baik itu
perlakuan dengan berbagai macam besaran daya pada microwave, hal ini
disebabkan karena panas yang diterima pada sampel dari gelombang mikro yang
dihasilkan oleh microwave yang akan memicu panas dari bagian dalam sampel.
Setelah itu, tahap terakhir adalah mengevaporasi hasil sampel yang telah didapat
dalam bentuk filtrat, tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil ekstrak yang lebih
padat. Hasil evaporasi MAE diberlakukan pada sampel dengan daya 50 % dengan
waktu 4 menit dan pada kontrol dengan waktu 6 menit, hasilnya hampir
setengahnya berat dari hasil sampel sbelumnya berkurang, sehingga perlu sampel
dalam jumlah yang banyak jika ingin menghasilkan rendemen yang banyak pula.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah
1. MAE adalah kegiatan mengekstraksi bahan dengan memanfaatkan teknologi
microwave
2. Semakin lama waktu yang dilakukan untuk ekstraksi maka akan semakin
kecil rendemen hasil filtrat yang dihasilkan
3. MAE dapat mempercepat l=kegiatan ekstraksi pada suatu bahan
4. Metode MAE dapat mengurangi penggunaan solvent untuk melaksanakan
kegiatan ekstraksi
5. Energi yang dibutuhkan dalam ekstraksi bahan menggunakan micriwave
cendenrung lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya.

6.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan di praktikumkan pada hari itu.
2. Jagalah ketenangan pada saat melaksanakan praktikum.
3. Jagalah kebersihan laboratorium baik sebelum dan sesudah melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Anton, dkk, 2009. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB.Bogor.

ATI. 2000. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta, Jakarta.

Calinesco 2001. Pengeringan pada Produk Pangan. FT UI.

Goldberg. 1994. Science Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization.


New York: Van Nostrand Reinhold.

Majid dan Nurkholis. 2009. Pengeringan Kunyit Menggunakan Microwave. FT


Undip.

Puntananta, 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Salas. 2010. A Review on Microwave Baking of Foods. International Journal of


Food Science & Technology. 36 (2): 117–127.

Saputra 2010. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian, PT


Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum

Gambar 4. Hasil Ekstraksi MAE

Gambar 5. Penyaringan Hasil Ekstraksi

Gambar 6. Teh Putih

Gambar 7. Proses Penimbangan Bahan

Gambar 8. Rotary Vacuum Evaporator

Anda mungkin juga menyukai