DISUSUN OLEH:
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam waktu yang sangat lama, ilmuwan mulai mengerti tentang hubungan antara
elemen dasar dari material dan sifat-sifat dari material tersebut.
Sehingga banyak sekali perkembangan yang terjadi dalam bidang yang mengkaji tentang
material. Banyak sekali material baru bermunculan dengan berbagai jenis cara untuk
membuatnya. Contoh dari jenis material yang sangat gencar dikembangkan adalah material
semikonduktor ataupun superkonduktor yang mempunyai keunggulan dibandingkan material
pada umumnya. Namun, sebelum jauh melangkah dalam membahas hal tersebut, banyak sekali
yang harus diketahui mengenai hal – hal dasar yang menjadi bagian dalam membentuk suatu
material. Salah satunya adalahmengenai proses kristalisasi pada suatu material. Proses
kristalisasi
memegang peranan penting dalam terbentuknya suatu material. Karena proses kristalisasimerupa
kan salah satu proses dasar dalam terbentuknya suatu material (Cyntia dkk , 2015).
Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal - kristal padat
dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat di dalamuap seperti dalam
hal pembuatan salju atau pembuatan partikel partikel padat didalam lelehan cair sebagai mana
dalam pembuatan kristal tunggal yang besarmaupun kristalisasi dari larutan cair misalnya
pembuatan garam. Peristiwa kristalisasi ditandai dengan terbentuknya kristal padat (Cyntia dkk ,
2015).
Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai apa proses kristalisasi,
bagaimana terjadinya proses kristalisasi, bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam proses
kristalisasi dan bagaimana sudut pandang kristalisasi yangdapat menjadi penting dalam dunia
industri saat ini. Sebagai seorang mahasiswa Teknik Kimia, maka dalam hal ini dibuatlah sebuah
resume mengenai alat kristalisasi.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari pembuatan makalah mengenai alat kristalisasi (crystallizer) ini
yaitu:
1. Bagaimana terjadinya suatu proses kristalisasi?
2
2. Apa saja macam-macam alat dalam proses kristalisasi?
3. Bagaimana cara kerja macam-macam alat dalam proses kristalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai alat kristalisasi (crystallizer ) ini yaitu:
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Crystallizer
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan
toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel padat dalam uap
seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam
pembentukan kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi
dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan solvent bahan kimia.
Kristalisasi merupakan proses yang dipelajari dalam bidang ilmu alam dan juga mempunyai
penerapan yang penting. Karena sifat dari berbagai macam bentuk padat dan material bergantung
terhadap struktur kristal mereka masing-masing, ukuran kristal dan tekstur timbal balik mereka
(Coelfen, 2008).
Secara umum, kristalisasi dapat diartikan pula sebagai permulaan dari kristal dari larutan
yang sangat jenuh. Kuantitas dari energi kinetik dari kristalisasi dan penggunaan untuk tujuan
pembentukannya dipelajari dalam bidang Teknik Kimia. Metode untuk memperoleh kinetik
kristalisasi dan metode untuk pengaplikasiannya dari kinetik kristalisasi telah dikembangkan
untuk berbagai macam proses dalam dunia industri. Tipe mekanisme dari kristalisasi adalah
menyusun nukleasi dan pertumbuhan kristal yang besar dengan penyusunan reguler dari sebuah
larutan mono molekuler yang didifusikan ke dalam permukaan kristal (John, 2003).
4
2.2 Jenis-Jenis Crystallizer
2.2.1 Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma
Adapun jenis crystallizer dengan circulating magma adalah sebagai berikut:
1. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer
Kristalisator jenis ini mengkombinasikan antara pendingin dan evaporasi untuk mencapai
kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).
Gambar 2.1
Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer
Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchanger untuk dipanaskan. Heat Exchanger tersebut berada
di dalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu terjadi pengurangan
jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan konsentrasi zat terlarut. Dimana saat itu
juga, keadaan zat terlarut yang sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada
pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan
5
berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan
pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer,
namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan induk
berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa
sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristalisasi.
Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum padatan,
dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchanger dapat membuat
kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchanger pada Evaporator
untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 10oF untuk sekali lewat.
Bila kenaikan titik didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai,
maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikkan titik didih, dimana konsentrasi zat
terlarut akan meningkatkan juga. Karena mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka
kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada
crystallizer tidak tetap atau naik turun. Umumnya, crystallizer jenis ini dibangun dengan
diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih (Cyntia dkk , 2015).
Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer atau plat buang atau tabung hisap kristalisasi
merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang didasarkan pada pemisahan debu
atau uap dari bahan melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal-kristal
yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung junjut fungsi sekat untuk mengendalikan sirkulasi
magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak (agitator) (Surdiansyah dkk, 2012).
6
Gambar 2.2
Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer
Sumber: BengkelSeal.com
Terlihat pada gambar di atas bahwa umpan masuk melalui Heat Exchangers untuk proses
pemanasan, karena terdapat pengaduk yang diletakkan pada poros badan atau tangki crystallizer
maka cairan induk akan tertarik menuju daerah pengaduk yang menuju ke arah atas, lalu ber
sikulasi turun ke bawah bila hasilnya sudah berupa kristal. Namun bila tidak akan dikembalikan
menuju Heat Exchangers kembali melalui pipa sirkulasi. Karena masuk ke HE maka akan
terjadi kenaikan titik didih sekitar 1- 2oF. Terjadi pemisahan antara cairan induk dan kristal pada
draft tube ialah karena adanya perbedaan massa jenis, dimana massa jenis kristal akan lebih
besar dila dibandingkan dengan cairan induk, oleh karena itu adanya gaya gravitasi
mengakibatkan kristal tersebut akan turun ke bawah dan diambil sebagai produk. Produk kristal
memiliki ukuran sekitar 6 – 20 mesh untuk padatan KCl, (NH4)2SO4, dan (NH4)H2PO4
Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
7
1) Proses Kristalisasi
Bahan sampel dan cairan induk dimasukkan ke dalam tangki DTB crystallizer melalui
sebuah pipa Superheated Solution From Heater and Recirculation Pump, komponen ini
akan mendorong bahan naik ke atas dalam Draft Tube (tabung hisap). Di dalam tabung
hisap bahan akan tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar
atau pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah. Kedua bahan ini akan
membentuk magma melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan. Magma yang terbentuk
akan mengalami perubahan densitas sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan
terlepas ke permukaan magma menuju ke Vapor Separation (pemisahan uap). Lalu
mengalami proses nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akan
mengendap ke dasar larutan dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang
mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal halus dengan kristal kasar pada
settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian kristal akan dikeluarkan dari dasar
tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk untuk melakukan proses
sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang masih mengendap.
2) Proses Klarifikasi
Terjadi pemisahan pada bentuk kristal. Kristal yang sesuai dengan keinginan akan
diambil dan kristal yang belum sesuai (ukuran besar atau kasar) akan dikembalikan ke
zona kristalisasi untuk proses lebih lanjut. Produk yang diperoleh dengan menggunakan
Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer adalah:
a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate)
b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate)
c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate)
d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate)
e. Sodium Sulfit (Sodium Sulfite)
f. Kalsium Klorida (Calcium Chloride)
g. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate)
h. Kalium Klorida (Potassium Chloride)
Keuntungan dari penggunaanDraft Tube Baffle (DTB) crystallizer antara lain sebagai
berikut:
8
a. Mampu memproduksi kristal-kristal dalam bentuk tunggal.
b. Siklus operasionalnya lebih panjang.
c. Biaya operasi lebih rendah.
d. Kebutuhan ruang minimum.
e. Instrumen dapat dikendalikan dengan mudah.
f. Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.
3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer
Crystallizer jenis ini menggunakan prinsip sirkulasi cairan atau larutan iknduk, dimana
umpan maupun hasil kristalisasi akan masuk ke dalam Shell and Tube Heat Exchangers untuk
didinginkan.
Gambar 2.3
Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer
Sumber: BengkelSeal.com
9
Pada Gambar 2.3 di atas, umpan dan Recycle kristalisasi bersama-sama masuk ke dalam
medium pendingin. Namun kelemahannya adalah panjang untuk pertukaran panas pada Heat
Exchanger dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat diperhitungkan, sebab jika
terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada proses pendinginan
tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkulasi sangat dikontrol
dengan baik. Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen. Bila
kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan turun karena
adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari crystallizer jenis ini berukuran
besar antara 30 hingga100 mesh (Cyntia dkk , 2015).
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai terbentuk pada
chamber of suspension. Dimana terdapat Heat Exchanger eksternal yang bertujuan untuk
membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya (Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.4
10
OSLO Evaporative Crystallizer
Sumber: BengkelSeal.com
Terlihat pada gambar, bahwa umpan masuk pada G, karena dipompa umpan akan bergerak
secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan tersebut masuk
kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang panas akan bercampur
dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan tersebut harus dikontrol antara kerja
pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan perubahan panas campuran tersebut.
Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi dengan kedaan
penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga akan mengganggu proses
sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada bibit kristal untuk
mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita harapkan.
Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan induk
didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam crystallizer (Cyntia dkk , 2015).
11
Gambar 2.5
OSLO Surface Cooled Crystallizer
Sumber: BengkelSeal.com
6. Crystal Vacum Crystallizer
Prinsip kerjanya adalah umpan dicampur dengan cairan yang di Recycle dipompa ke ruang
penguap untuk diuapkan secara adiabatik sehingga terjadi larutan lewat jenuh. Larutan tersebut
mengalir melalui pipa ke tangki kristalisasi sehingga terbentuk kristal di dalam tangki
kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan melalui dischargennya dan cairannya di recycle.
Dengan alat ini ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan mengatur kecepatan pompa
sirkulasi. Kalau sirkulasinya lambar, maka kristal yang kecil-kecil pun akan larut mengendap
(Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.6
Crystal Vacum Crystallizer
Sumber: BengkelSeal.com
12
Jenis crystallizer ini banyak digunakan pada industri gula. Proses kristalisasi gula terjadi di
dalam suatu pan masak yang prosesnya kerjanya dilakukan pasa keadaan vakum (hampa udara).
Di samping itu proses kristalisasi dapat dilakukan baik dengan single effect maupun multiple
effect. Kondisi vakum dimaksudkan agar nira yang diperoleh tidak rusak. Nira yang digunakan
ialah nira yang kental yang merupakan bahan baku proses kristalisasi. Dalam kristalisasi kadar
kotoran dan air pada nira kental akan dihilangkan.
Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut, sedangka kadar airnya
sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan kristalisasi dalam pan masak, nira pekat
terlebih dahulu dialirkan gas SO2 untuk proses bleaching dan untuk menurunkan viskositas
masakan nira. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat)
untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuh nya. Dengan pemekatan secara terus-
menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan
terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit yaitu dengan
memasukkan bibit gula kedalam gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses
pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut
kembali ataupun tidak beraturan.
Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan di sirkulasi diluar badan kristal. Setelah
dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab
menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh dan dihasilkan kristal (Cyntia dkk , 2015).
13
Gambar 2.7
Circulating Magma Vacuum Crystallizer
Sumber: www.swenson-equip.com
14
Gambar 2.8
Jacketed Pipe Scraped Crystallizer
Sumber: Radiks.com
Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian atas samping kanan,
lama kelamaan akan membentuk kristal di dalam pipa tersebut dan kristal akan mengendap
dibawah dan menempel di dinding pipa, yang nantinya scaper blades akan mengambil kristal -
kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam, umumnya besar – besar. Namun,
pertumbuhan untuk kristal sangat kecil, hal ini disebabkan jarak antar sambungan seri yang
terdapat scraper blades mungkin terlalu jauh. Kapasitas yang ditentukan oleh koefisien
perpindahan panas sebesar 10 -25 Btu/hr ft2 0F umunya dapat tercapai. Namun untuk
mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi, kita dapat mengubah bentuk
dari scraper blades maupun pergerakannya. (Cyntia dkk , 2015).
15
Gambar 2.9
Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil
Sumber: Radiks.com
Jenis Crystallizer ini termasuk dalam jenis yang batch atau tidak ada aliran yang keluar setiap
waktunya. Jenis ini dapat digunakan untuk proses Continuous dengan dilengkapi pengaduk dan
apabila menggunakan pengaduk, pembentukan kristal terutama pada secondary nucleation akan
lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk (Cyntia dkk , 2015).
Seperti pada beberapa aplikasi pendinginan air laut menjadi es pada suhu yang rendah
dengan menggunakan refrigerant merupakan solusi yang ekonomis. Umunya bila kita ingin
menciptakan permukaan yang dingin atau cukup dingin pada sebuah HE agak sulit karena
perbedaan temperaturnya harus sangat kecil (dibawah 30F), sehingga HE didesain dengan sebaik-
baiknya terutama luas permukaannya yang dapat memindahkan sejumlah panas yang kita
inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental, agak sulit untuk mencipatkan perbedaan suhu
yang sangat kecil
tersebut. Untuk
mengatasinya dapat
digunakan bahan
pendingin yaitu
zat refrigera nt.
16
Gambar 2.10
Direct Contact Refrigeration Crystallizer
Sumber: Radiks.com
Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendingin dari refrigerant yang
digunakan, dimana umpan berupa cairan induk yang dimasukkan ke badan crystallizer dengan
suhu yang lebih tinggi dengan suhu yang refrigerant (suhu cair refrigerant minus). Karena titik
didih refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas
dari cairan induk menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan kenaikan suhu pada
refrigerant dan menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada
keadaan lewat jenuh. Contoh dari cristallyzer ini adalah pada proses pembuatan Kristal Calcium
Chloride dengan refrigerant Freon atau propane dan pembuatan Kristal p-xylene dengan
refrigerant propane (Cyntia dkk , 2015).
4) Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang di dalamnya terdapat dua pengaduk
yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium pemanas dimana
yang salah satunya bekerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya bekerja pada suhu
supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada cristallizer ini sama pada kedua
medium pemanas, umumnya akan didapatkan keseragaman ukuran. Tetapi waktu yang
diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut (Cyntia
dkk , 2015).
17
Gambar 2.11
Twinned Crystallizer
Sumber: Radiks.com
Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis crystallizer yang
beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki crystallizer. Terlihat bahwa umpan
masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan pengaduk, cairan induk bersikulasi dan
juga disebabkan karena adanya sekat antara kedua pengaduk tersebut. Semakin cepat gerakan
pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin cepat dan baik
kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian bawah crystallizer,
karena kristal akan jatuh atau mengendap di bawah karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan
massa jenis (Cyntia dkk , 2015).
18
Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran atau kristal yang
cukup kecil, biasanya kurang dari 0,5 mm. Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer
yang lain, yaitu umpan masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang di dalamnya
terdapat Heat Exchanger. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat
jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal halus. Kristal-kristal tersebut ditampung pada salt
box, cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal
dikeluarkan produk. Contohnya pada pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, dan Citric Acid
(Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.12
APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer
Sumber: Radiks.com
19
DAFTAR PUSTAKA
20