Anda di halaman 1dari 14

PERALATAN PROSES KIMIA

“CRYSTALLIZER”

Disusun Oleh :
Enjas Puri (432186050419003)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH


CILEGON 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam waktu yang sangat lama, ilmuwan mulai mengerti tentang hubungan antara
elemen dasar dari material dan sifat – sifat dari material tersebut. Banyak sekali material
baru bermunculan dengan berbagai jenis cara untuk membuatnya. Contoh dari jenis
material yang sangat gencar dikembangkan adalah material semikonduktor ataupun
superkonduktor yang mempunyai keunggulan dibandingkan material pada umumnya.
Namun, sebelum jauh melangkah dalam membahas hal tersebut, banyak sekali yang
harus diketahui mengenai hal – hal dasar yang menjadi bagian dalam membentuk suatu
material. Salah satunya adalah mengenai proses kristalisasi pada suatu material. Proses
kristalisasi memegang peranan penting dalam terbentuknya suatu material. Karena
proses kristalisasi merupakan salah satu proses dasar dalam terbentuknya suatu material.
Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal – kristal padat
dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat di dalam uap
seperti dalam hal pembuatan salju atau pembuatan partikel partikel padat di dalam
lelehan cair sebagai mana dalam pembuatan kristal tunggal yang besar maupun
kristalisasi dari larutan cair misalnya pembuatan garam. Peristiwa kristalisasi ditandai
dengan terbentuknya kristal padat. Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut
mengenai apa proses kristalisasi, bagaimana terjadinya proses kristalisasi, bagian –
bagian apa saja yang terdapat dalam proses kristalisasi dan bagaimana sudut pandang
kristalisasi yang dapat menjadi penting dalam dunia industri saat ini. Maka dibuatlah
sebuah resume mengenai proses kristalisasi yang terjadi pada suatu material secara
umum.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca bisa mengetahui lebih dalam
lagi mengenai proses kristalisasi dan mengetahui lebih dalam tentang sifat dan bentuk –
bentuk material dalam proses kristalisasi.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui macam – macam crystallizer dalam suatu industri.
2. Memberikan informasi mengenai bentuk – bentuk material dalam proses kristalisasi.
3. Mengetahui macam – macam proses dalam kristalisasi.
4. Mengetahui mekanisme pembentukan kristal dengan menggunakan crystallizer

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Crystallizer

Alat – alat kristalisasi disebut juga Crystallizer atau Kristallisator. Alat – alat yang
digunakan dalam proses kristalisasi terutama dalam skala industri (dalam proses kristalisasi)
sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh sifat – sifat bahan dan kondisi pertumbuhan kristal
yang sangat bervariasi. Disamping itu juga karena kristalisasi dilaksanakan untuk tujuan
yang berbeda – beda (pemisahan bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk). Kristalisasi
adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan toleransinya.
Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel – partikel padat dalam uap seperti
pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam pembentukan
kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi dapat
dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan solvent bahan kimia.
Kristalisasi merupakan proses yang dipelajari dalam bidang ilmu alam dan juga mempunyai
penerapan yang penting. Karena sifat dari berbagai macam bentuk padat dan material
bergantung terhadap struktur kristal mereka masing – masing, ukuran kristal dan tekstur
timbal balik mereka (Coelfen, H dan Antonietti, M .2008). Secara umum, kristalisasi dapat
diartikan pula sebagai permulaan dari kristal dari larutan yang sangat jenuh. Kuantitas dari
energi kinetok dari kristalisasi dan penggunaan untuk tujuan pembentukannya dipelajari
dalam bidang teknik kimia. Metode untuk memperoleh kinetik kristalisasi dan metode untuk
pengaplikasiannya dari kinetik kristalisasi telah dikembangkan untuk berbagai macam
proses dalam dunia industri. Tipe mekanisme dari kristalisasi adalah menyusun nukleasi dan
pertumbuhan kristal yang bedar dengan penyusunan reguler dari sebuah larutan mono
molekuler yang didifusikan ke dalam permukaan kristal (McKetta, John J, 2003).

2.2 Jenis – Jenis Crystallizer (Kristalisator)


A. Jenis Crystallyzer dengan Circulating Magma
a. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer Kristalisator jenis ini
mengkombinasikan antara pendingin dan evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi
(larutan lewat jenuh).
Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat Exchangers
tersebut berada di dalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi flash evaporation
yaitu terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan
konsentrasi zat terlarut. Dimana saat itu juga, keadaan zat terlarut yang sudah lewat
jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut
dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana
pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan pertumbuhan
kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer ,
namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan
induk berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali
hasil pipa sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristalisasi. Terlihat
bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum padatan, dialirkan
dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchangers dapat membuat
kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchangers pada
Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 10 oF
untuk sekali lewat. Bila kenaikan titik didih yang diharapkan untuk mendapatkan
kristal yang baik tidak sesuai,
maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikkan titik didih, dimana
konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan juga. Karena mengalir secara paksa
menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan
mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau naik
turun. Umumnya, crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau pada skala
industri sekitar 4 feet atau lebih.

a. Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizer


Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer atau plat buang atau tabung isap
kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang
didasarkan pada pemisahan debu atau uap dari bahan melalui fase lewat jenuh
yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal – kristal yang besar. Alat ini
dilengkapi dengan tabung junjut fungsi sekat untuk mengendalikan sirkulasi
magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak (argitator).
Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer dapat dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu :


a) Proses Kristalisasi
Bahan sample dan cairan induk dimasukkan ke dalam tangki DTB
crystallizers melalui sebuah pipa Superheated Solution From Hearter and
Recirculation Pump, komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas
dalam Draft Tube (tabung isap). Di dalam tabung isap bahan akan
tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar
atau pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah. Kedua bahan
ini akan membentuk magma melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan.
Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan density sehingga uap
yang terkandung di dalamnya akan terlepas kepermukaan magma menuju
ke Vapors Separation (pemisahan uap). Lalu mengalami proses nukleasi
(pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akan mengendap ke
dasar larutan dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang
mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal halus dengan kristal
kasar pada settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian kristal akan
dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama
cairan induk untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel –
partikel halus yang masih mengendap.
b) Proses Klarifikasi
Terjadi pemisahan pada bentuk kristal. Kristal yang sesuai dengan
keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai (ukuran besar atau
kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses lebih lanjut.
Produk yang diperoleh dengan menggunakan Draft Tube Baffle
(DTB) crystallizer adalah :
a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate)
b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate)
c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate)
d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate)
e. Sodium Sulfit (Sodium Sulfite)
f. Kalsium Klorida (Calcium Chloride)
g. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate)
h. Kalium Klorida (Potassium Chloride)
Keuntungan dari penggunaan Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer
antara lain sebagai berikut :
a. Mampu memproduksi kristal – kristal dalam bentuk tunggal.
b. Siklus operasionalnya lebih panjang.
c. Biaya operasi lebih rendah.
d. Kebutuhan ruang minimum.
e. Instrumen dapat dikendalikan dengan mudah.
f. Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.

c. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer


Crystallizer jenis ini menggunakan prinsip sirkulasi cairan atau larutan
iknduk, dimana umpan maupun hasil kristalisasi akan masuk ke dalam Shell and
Tube Heat Exchangers untuk didinginkan.

Pada gambar di atas, umpan dan recycle kristalisasi bersama – sama masuk
ke dalam medium pendingin. Namun kelemahannya adalah, panjang untuk
pertukaran panas pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat
di perhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat
melakukan kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal.
Oleh karena itu, pompa untuk sirkulasi sangat dikontrol dengan baik. Adanya
pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen. Bila kristal
sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan
turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari
crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 – 100 mesh.

d. OSLO Evaporative Crystallizer


Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang
mulai terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang
bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.

e. OSLO Surface Cooled Crystallizer


Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja
cairan induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam crystallizer.

f. Crystal Vacum Crystallizer


Prinsip kerjanya adalah Feed dicampur dengan cairan yang di recycle
dipompa ke ruang penguap untuk diuapkan secara adiabatic sehingga terjadi
larutan lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa ketangki kristalisasi
sehingga terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal
dikeluarkan melalui dischargennya dan cairannya di recycle. Dengan lat ini
ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan mengatur kecepatan pompa
sirkulasi. Kalau sirkulasinya lambar, maka kristal yang kecil – kecil pun akan
larut mengendap.

g. Circulating Magma Vacuum Crystallizer


Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan di sirkulasi diluar badan
kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi
vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh dan
dihasilkan kristal.

B. Jenis Crystallizer tanpa Circulating Magma


a. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer
Alat ini umumnya dibuat dengan pipa 6 – 12 inchi sebagai diameter dan
panjangnya sekitar 20 – 40 feet,yang disusun seri dalam sambungan dengan 3
buah atau lebih. Piringan yang berlekuk di dalam alat tersebut dinamakan dengan
Scraper Blades

Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian
atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal di dalam pipa
tersebut dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel di dinding pipa,
yang nantinya scaper blades akan mengambil kristal – kristal tersebut. Ukuran
kristal yang dihasilkan akan seragam, umumnya besar – besar.
b. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil
Jenis Crystallizer ini termasuk dalam jenis yang batch atau tidak ada aliran
yang keluar setiap waktunya. Jenis ini dapat digunakan untuk proses continuous
dengan dilengkapi pengaduk. Dan apabila menggunakan pengaduk, pembentukan
kristal terutama pada secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan
dengan tanpa pengaduk.

c. Direct Contact Refrigeration Crystallizer

Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendingin dari
refrigerant yang digunakan, dimana umpan berupa cairan induk yang dimasukkan
ke badan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dengan suhu yang refrigerant
(suhu cair refrigerant minus). Karena titik didih refrigerant sangat kecil atau jauh
dibawah suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk
menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan kenaikan suhu pada refrigerant
dan menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada
keadaan lewat jenuh.
Contoh dari cristallyzer ini adalah pada proses pembuatan kristal Calcium
Chloride dengan refrigerant freon atau propane dan pembuatan kristal p-xylene
dengan refrigerant propane.

d. Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang di dalamnya
terdapat dua pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk
terdapat medium pemanas dimana yang salah satunya bekerja pada suhu saturasi,
sedangkan satunya bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila
suhu operasi pada cristallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya
akan didapatkan keseragaman ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih
lama, walaupun terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut.

Sesuai dengan namanya bahwa seolah – olah terdapat dua macam jenis
crystallizer yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki
crystallizer. Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya
pergerakan pengaduk, cairan induk bersikulasi dan juga disebabkan karena
adanya sekat antara kedua pengaduk tersebut. Semakin cepat gerakan pengaduk
dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin cepat dan
baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian
bawah crystallizer , karena kristal akan jatuh atau mengendap dibawah karena
adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis.

e. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer


Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran –
butiran atau kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0.5 mm.
Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan
masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang di dalamnya
terdapat HE. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat
jenuh, maka akan terbentuk kristal – kristal halus. Kristal – kristal tersebut
ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan,
sedangkan yang berupa kristal dikeluarkan produk. Contohnya pada pembuatan
kristal NaCl (garam), Na2SO4, Citric Acid.
2.3. Proses Kristalisasi
Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi
komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristalisasi juga dapat dipakai
sebagai salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis. Operasi kristalisasi terbagi
menjadi :
a. Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)
b. Pembuatan inti kristal
c. Pertumbuhan kristal
Dalam proses kristalisasi, terdiri atas dua buah kejadian besar, yaitu nukleasi
(nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal growth). Kristal dibuat pada saat nuklei
dibentuk dan kemudian ditumbuhkan. Proses kinetika dari nukleasi dan pertumbuhan
kristal membutuhkan keadaan yang sangat jenuh, yang secara umum dapat diperoleh
dengan mengubah suhu, menghilangkan pelarut, atau dengan menambahkan agen
penenggelam (drowning-out agent) atau pendamping reaksi. Sistem kemudian
menempatkan diri untuk mendapatkan termodinamik melalui nukleasi dan pertumbuhan
dari nuklei. Jika suatu larutan mengandung partikel padatan dari luar daripada kristal dari
tipenya sendiri, maka nuklei dapat terbentuk hanya dengan nukleasi homogen
(homogeneus nucleation). Apabila terdapat keberadaan partikel dari luar, nukleasi
difasilitasi dan proses dikenal sebagai nukleasi heterogen (heterogeneous nucleation).
Kedua jenis nukleasi mengambil tempat dalam kehadiran kristal dari larutan itu sendiri
dan secara kolektif dikenal sebagai nukleasi primer (primary nucleation). Ini didapatkan
ketika keadaan spesifik yang sangat jenuh, dikenal sebagai super saturasi metastabil yang
didapatkan dalam sistem. Akan tetapi, semi komersil dan kristalizer dalam industri, telah
diamati bahwa terdapat nuklei bahkan pada saat super saturasi rendah ketika larutan dari
kristalnya sendiri ada.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal,

yaitu:
1. Crystallizer adalah alat yang sering digunakan dalam dunia industri.
2. Crystallizer ada bermacam – macam dengan prinsip kerjanya masing –
masing dan fungsi masing – masing.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Alat Kristalisasi. (Online) , (http://domas09.blogspot.co.id/2013/02/alat-


kristalisasi.html , diakses tanggal16 Oktober 2015).
Anonim.2014.Kristalisasi.(Online),(http://zefdes.blogspot.co.id/2014/03/makalah-
kristalisasi.html diakses tanggal 16 Oktober 2015).

Coelfen, H dan Antonietti, M.2008.Mesocrystals and Nonclassical Crystallization.United


Kingdom (UK) : John Wiley and Sons Ltd.
McKetta, John J.2003. Unit Operation Handbook Volume 1 Mass Transfer. New York :
Marcel Dekker.

Anda mungkin juga menyukai