“Crystalizer”
Disusun Oleh:
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
zat padat dalam dunia teknik kimia. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal
mengenai alat-alat yang telah dijelaskan sebelumnya.
22 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kristalisasi?
2. Apa saja jenis-jenis dari kristalisasi?
3. Bagaimana mekanisme pembentukan kristal?
4. Apa saja syarat-syarat kristalisasi?
5. Apa saja yang mempengaruhi proses kristalisasi?
6. Apa saja jenis-jenis alat cristalyzer?
7. Bagaimana prinsip kerja alat cristalyzer?
8. Apa yang dimaksud dengan alat transportasi bahan padat?
9. Apa saja jenis-jenis alat transportasi bahan padat?
10. Bagaiman prinsip kerja dari alat transportasi bahan padat?
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah OPMP yang selanjutnya akan digunakan dalam proses belajar
mengajar. Selain itu penulisan makalah ini juga dimaksudkan untuk memberikan
informasi secara komprehensif kepada pembaca mengenai crystalizer dan alat
transportasi bahan padat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Crystalizer
2.1.1 Kristalisasi
1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat
terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat
kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan
lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara
difusi. Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh
dalam larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin
luas total permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di
tempatkan pada kisi kristal persatuan waktu.
2.1.4 Syarat-Syarat Kristalisasi
Kristalisasi dapat terjadi apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu
tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut
telah seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan
zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal jika larutan jenuh
suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan
mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh
2. Larutan harus homogen
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun
didiamkan dalam waktu lama.
3. Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis
tergantung dari bentuk kristal yang didinginkan.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi
1. Kecepatan kristalisasi
Kecepatan kristalisasi meliputi :
a. Pembentukan inti Kristal
b. Pertumbuhan Kristal
Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan :
pendinginan yang cepat
pengadukan yang baik
memakai larutan yang murni
temperature yang tinggi
konsentrasi yang tinggi
pemberian kristal halus sebagai bibitan
2. Hasil Kristalisasi
Hasil kristalisasi tergantung dari prosesnya. Apabila proses
kristalisasi berjalan cepat maka kristal y
a n g t e r j a d i h a l u s . Sebaliknya bila proses kristalisasi
berjalan lambat maka kristal yang terbentuk kasar (besar).
3. Kemurnian dan Ukuran Kristal
Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian kristal
yang dihasilkan. Hal ini terutama bagi kristal yang mudah l a rut dan
kris t a l ya ng bers i f a t h i dros kopis . U n t uk i n i l ebih
baik larutan yang akan dikristalkan dibuat semurni mungkin sehingga
pada kristalisasi akan diperoleh kristal yang lebih bersih.
4. Energi yang Diperlukan
Pada kristalisasi energi diperlukan untuk penguapan sampai diperoleh
larutan yang lewat jenuh. Untuk kristaliser yang bekerja secara
adiabatic (tidak memerlukan energi dari luar) biasanya
menggun akan pe ng ua pa n d i s e r t a i p e n d i n g i n a n a t au
dengan memakai vacuum.
5. Uniformity (keseragaman ukuran)
Kristal yang uniform dapat diperoleh dengan menambahkan kristal
halus pada larutan yang telah lewat jenuh. Disini Kristal halus
tersebut berfungsi sebagai inti kristal (bibitan). Kristal yang uniform
akan memberikan keseragaman dalam proses berikutnya t e rh adap
kris t a l t e r s ebut. D i s amping i t u kris t a l ya ng unifor m
menunjukkan bahwa proses pembuatanyya sangat teliti sehingga akan
lebih menarik.
2.1.6 Parameter yang Mempengaruhi Terbentuknya Inti Kristal
a. Kondisi lewat dingin larutan
Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti
kristal terbentuk) akan semakin pendek.
b. Suhu
Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.
c. Sumber inti kristal
Inti yang terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki
kecendrungan mempercepat kristalisasi.
d. Viskositas
Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan
meningkatnya konsentrasi larutan, proses pembentukan inti kristal akan
terbatasi. Hal ini disebabkan berkurangnya pergerakan molekul
pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas sebagai energi
pembetukkan inti kristal.
e. Kecepatan Pendinginan
Pendingingan yang cepat akan menghasilkan inti kristal yang lebih
banyak dibandingkan pendinginan lambat.
f. Kecepatan agitasi
Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal.
Agitasi menyebabkan pindah massa dan pindah panas berjalan lebih
efisien.
g. Bahan tambahan dan pengotor
Bahan-bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau
menghambat pembentukan inti kristal.
h. Densitas massa kristal
Jumlah kristal yang terdapat dalam satu unit volume yang terdapat
dalam larutan akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap
kristal.
2.1.7 Kristalisasi dalam Bentuk Pangan
1. Jika kristal yang dihasilkan akan diproses lebih lanjut, maka ukuran yang wajar
dan cukup seragam diperlukan untuk kemudahan filtrasi, pencucian, pelaksanaan
reaksi dengan bahan kimia lain, pengangkutan, serta penyimpanan kristal.
2. Jika kristal tersebut akan dipasarkan secara langsung, untuk dapat diterima oleh
konsumen, maka kristal tersebut harus kuat, tidak mengumpal, ukurannya
seragam, dan tidak melekat dalam kemasan.
5. Twinned Crystallizer
7. Escher-Wyss Crystallizer
b. Apron Conveyer
Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk
beban yang lebih berat dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor
yang sederhana terdiri dari dua rantai yang dibuat dari mata rantai
yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan A. Palang
kayu dipasang pada alat tambahan A diantara rantai dengan seluruh
tumpuan dari tarikan conveyor. Untuk bahan yang berat dan
pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda (roller) pada alat
tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu dapat juga
digantikan dengan plat baja untuk mengangkut bahan yang berat.
Karakteristik dan performance dan apron conveyor:
Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25°.
Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam.
Kecepatan maksimum 100 ft/m.
Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang
besar.
Perawatan murah.
Kelemahan -kelemahan apron konveyor :
Kecepatan yang relatif rendah.
Kapasitas pengangkutan yang kecil
Hanya satu arah gerakan
6. Alat Pengangkut Sabuk (Belt Conveyer)
Belt Conveyer merupakan salah satu alat pengangkut yang mudah
dan sederhana dalam mengangkut material-material padat. Material yang
digunakan dapat berbentuk serbuk, butiran, potongan halus/kasar,
maupun benda. Butiran ataupun potongan halus harus diangkut pada belt
dengan tumpukan sudut kurang dari sudut tumpukan standar. Komponen
utama dalam belt conveyer yakni belt, penyokong (idler), dan drive
(motor). Penyokong digunakan di atas belt agar tidak terjadi kenduran
akibat gaya gesekan dengan material bahan. Idler diletakkan pada jarak
tertentu di bawah belt, pada saat belt bergerak idler juga ikut bergerak
berputar tapi tetap pada tempatnya.
Jarak yang dapat ditempuh dari belt conveyer adalah jarak jauh
dengan arah horizontal ataupun dengan sedikit kemiringan. Belt
conveyer yang terpanjang ada di Gurun Sahara dengan kepanjangan 100
km dari tambang fosfa Bu Chara. Belt tunggal terpanjang terdapat di
Meghlaya, India yang mengangkut serpihan batu gamping dan serpihan
batu.
Aplikasi Kerja Belt di pertambangan Fosfat di BuCraa.
Belt conveyor dapat dioperasikan dengan perjalanan yang
berjarak bermil – mil pada kecepatan (speed) belt mencapai 1000 ft/menit
dengan suatu berat beban material yang diangkut mencapai 5000
tons/jam. Belt conveyor dapat juga dioperasikan pada jarak yang cukup
pendek dengan kapasitas beban yang diangkut hanya beberapa pon/jam
dan pengoperasian dilakukan pada saat – saat tertentu. Ukuran – ukuran
belt dapat meliputi :
1. Pendek < 50 ft
2. Medium 50 – 100 ft
3. Panjang ± 1000 ft
Pada umumnya belt terbuat dari karet, tapi ada juga yang terbuat
dari polimer ataupun kanvas. Perbedaan bahan dasar suatu belt sangat
menentukan berat beban yang akan dipakai serta jenis bahan material
yang akan diangkut, sehingga sangat mempengaruhi kinerja dalam suatu
industri.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi belt yakni :
1. Lingkungan
Kemiringan suatu belt dapat ditentukan melalui lingkungan tempat
belt akan ditempatkan.
2. Material
Beberapa material yang berbentuk serbuk ataupun potongan dapat
mempengaruhi jenis belt.
3. Temperature
Suhu dapat mempengaruhi kekenduran dari belt dan juga kinerja dari
idler bahkan motor.
4. Kelembaban.
Udara dengan kelembaban yang tinggi dapat mempercepat kerusakan
pada mesin motor.
5. Pengontrolan kerja dan penservisan
Semua alat-alat pengangkut wajib dikontrol setiap beberapa periode
dan diservis untuk mengurangi kerusakan pada alat.
Cara Kerja :
Feed dimasukkan ke dalam corong tuang yang memiliki
kemirngan tertentu agar material tidak jatuh atau tumpah. Melaui corong
tuang, feed dijatukan ke atas belt dapat pula dengan pengabungan alat.
Belt akan bergerak sesuai dengan arah tertentu, idler akan membantu
menentukan kemiringan dan juga belokan-belokan pada belt.
Bentuk Belt :
1. Flat Belt (Sabuk datar)
Belt yang berbentuk horizontal dari awal sampai akhir pengangkutan.
2. Troughed Belt (Sabuk Lengkung)
Belt yang digunakan pada ketinggian dan kemiringan tertentu dan
mempunyai banyak lengkungan dengan arah tertentu pula.
Pengeluaran material –material dari belt dilakukan dengan tiga cara yaitu
:
a. Gaya berat
Suatu metode yang dipakai pada proses pengeluaran alat melalui
ujung belt tanpa menggunaka alat (memanfaatkan gaya gravitasi).
b. Penggaruk (Scraper)
Suatu metode pengeluaran material yang terletak pada sisi ujung kiri
maupun kanan belt. Scrapper terbuat dari lempengan logam yang
diletakkan diagonal dengan belt dan pada sisi atas. Bila bahan yang
diangkut menyentuh logam, maka benda akan bergerak ke sisi tepi dan
jatuh.
c. Idler Miring
Idler yang diletakkan pada bawah belt dengan posisi miring, sehingga
material yang ada di atas belt.
7. Plate Conveyer
Pada prinsipnya, plate conveyer memiliki cara kaerja yang sama
dengan belt conveyer. Tetapi pada plate conveyer tidak dilapisi dengan
sabuk, jadi material langsung bersentuhan dengan idler dengan jarak
antar idler yang lumayan besar. Sehingga alat ini lebih cocok untuk
material padatan yang cukup besar.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau membuat kristal
dari larutannya.
2. Faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi yaitu kecepatan kristalisasi, hasil
kristalisasi, kemurnian dan ukuran kristal, energi yang diperlukan dan
Uniformity (keseragaman ukuran)
3. Crystallizer dibagi menjadi dua jenis yaitu Jenis Crystallizer dengan Circulating
Magma dan Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma
4. Alat pengangkut di industry terdiri atas alat pengangkut gaya berat, screw
conveyer, vibrating conveyer, bucket conveyer, chain conveyer, belt conveyer,
roller conveyer, pneumatic conveyer, trolley conveyer.
5. Alat pengangkut di industry disesuaikan dengan lingkungan dan jenis material
yang akan diangkut, serta kemampuan alat yang akan digunakan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya para mahasiswa/i untuk lebih aktif
mengumpulkan referensi mengenai crystallizer dan alat transportasi dan
mempelajarinya agar lebih mengetahui crystallizer dan alat transportasi dalam
suatu industri kimia.