Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
Kristalisasi dan Sublimasi

Kelompok :
Cici Sucitra D1A200237
Desi Ajeng N D1A200124
Riska Luciawati D1A200189
Robiatun Masripah D1A200181
Sindi Anjani A D1A200244
Yoana Putri D1A20012

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG
2020/2021
PERCOBAAN II
KRISTALISASI DAN SUBLIMASI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi
ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
"terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin atau
polimorf (Chairunnisa,dkk,2017).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan
pemurnian.Sublimasi adalah suatu proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaska
secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh (Oxtoby, 1986).
Sublimasi merupakan suatu proses penguapan zat padat menjadi gas karena
pemanasan,yang akan terkondensasi jika di dinginkan. Sublimasi dapat terjadi pada
tekanan atmosfir,sedangkan untuk zat yang mempunyai titik didih rendah maka di
gunakan vakum untuk menurunkan tekanan (Rahman, 2007).
Aplikasi rekristalisasi dalam khasus pemurnian garam NaCl dengan Teknik
rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air. Salah satu contoh aplikasi
sublimasi yang paling mudah dilihat yaitu pada proses pembuatan kapur barus.
Campuran kapur barus dan arang dipanaskan sehingga kapur barus yang dapat
menyublin akan menguap, setelah didinginkan zat tersebut berubah kembali menjadi
padat kembali.

2.1 TUJUAN PERCOBAAN


1. Melakukan proses kristalisasi
2. Melakukan proses sublimasi
3. Memahami dan menjelaskan proses kristalisasi dan sublimasi.

3.1 PRINSIP PERCOBAAN


Memisahkan dan memurnikan campuran dengan kristalisasi dan sublimasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekristalisasi adalah suatu metode untuk pemurnian senyawaan padatan yang


dihasilkan dari reaksi-reaksi organik. Rekristalisasi senyawa berbentuk kristal dilakukan
dengan tujuan untuk menghilangkan pengotor. Prosesnya meliputi pelarutan zat dalam
sejumlah pelarut dan akan menghasilkan larutan jenuh pada temperatur mendekati titik didih
pelarut. Pengotor yang tidak larut dipisahkan dengan filtrasi pada larutan panas dan senyawa
murni akan mengkristal seiring dengan mendinginnya filtrat.

Metode rekristalisasi melibatkan 6 tahapan yaitu:


1. Pemilihan pelarut
Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut
sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misalnya
pada titik didih pelarut itu. Pelarut itu harus melarutkan secara mudah pengotor-
pengotor dan harus mudah menguap,sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari
materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan
untuk mencegah pembentukan minyak. Pelarut tidak boleh bereaksi dengan zat yang
akan dimurnikan dan harus murah harganya.
2. Pelarut senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas
dalam labu erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai
terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang larut lagi. Hindari penambahan yang
berlebih.
3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring melalui kertas saring yang
ditempatkan dalam suatu corong saring.
4. Kristalisasi
Filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat padat murni
memisahkan sebagai kristal. Kristalisasi sempurna jika kristal yang terbentuk banyak.
Jika kristalisasi tidak terbentuk selama pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama
maka larutan harus dibuat lewat jenuh.
5. Pemisahan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan umumnya
dilakukan di bawah tekanan menggunakan corong buchner.
6. Pencucian dan pengeringan kristal
Bila larutan induk sudah keluar, kristal dicuci dengan pelarut dingin murni untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan dengan
menekan kertas saring atau di dalam oven, desikator vakum atau piston pengeringan.

Jika jumlah zat kristal sedikit stabil terhadap panas maka proses pemurnian dapat
dilakukan dengan cara sublimasi. Sublimasi adalah proses dimana zat-zat tertentu bila
dipanaskan secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh. Uap
tersebut bila didinginkan kembali menjadi zat padat. Dengan sublimasi dapat dipisahkan
padatan volatil dari nonvolatil, contohnya kamfer, asam benzoat dan lain-lain.

Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada
umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun
sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas
seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter
berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian kristal
(Crystal purity) dan bentuk kristal. Pada proses kristalisasi, suatu kristal dapat diperoleh dari
lelehan (Melt crystallization) atau larutan (Crystallization from solution). Dari kedua proses
ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari suatu larutan. Jenis
pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan merupakan faktor penting
pada proses kristalisasi.
Teknik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau mengalami
percampuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : penyaringan, rekristalisasi,
dekantansi, absorpsi, sublimasi, dan ekstraksi. Penyaringan adalah proses pemisahan yang
didasarkan pada perbedaan ukuran partikel. Contohnya penyaringan suspensi kapur dalam air.
Rekristalisasi adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya
kembali. Contohnya adalah pemurnian garam dapur. Dekantasi adalah proses pemisahan
suatu zat dari campurannya dengan mengendapkan zat lain, didasarkan pada massa jenis yang
lebih besar akan berada pada lapisan bagian bawah. Contohnya campuran pasir dan air.
Absorpsi adalah proses pemisahan suatu zat dengan menggunakan teknik penyerapan.
Contohnya sirup yang disaring dengan menggunakan norit. Sublimasi adalah proses
pemisahan dan pemurnian zat yang dapat menyublim dari suatu partikel atau zat yang
bercampur. Contohnya adalah pemisahan naftalena dari campurannya dengan garam.
Ekstraksi adalah proses pemurnian zat bercampur dengan menggunakan sifat kepolaran suatu
zat yang menggunakan corong pisah. Contohnya adalah pemisahan minyak goreng dari
campurannya. Namun pada praktikum ini melakukan pemurnian zat padat dengan metode
rekristalisasi.
Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan
merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari
gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat.
Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam
benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.
Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air,
karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin.
Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen ini aman.
Pelarut lainnya yang memungkinkan diantaranya meliputi asam asetat, benzena, eter
petrolium, dan campuran etanol dan air.
Faktor yang mempengaruhi rekristalisasi diantaranya yaitu, Laju pembentukan inti
(nukleous), Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam
satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk,
tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel
koloid. Dan laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran
kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar
akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
Aplikasi rekristalisasi dalam kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik
rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air. Salah satu contoh aplikasi
sublimasi yang paling mudah dilihat yaitu pada proses pembuatan kapur barus. Campuran
kapur barus dan arang dipanaskan sehingga kapurbarus yang dapat menyublim akan
menguap, setelah didinginkan zat tersebut berubah kembali menjadi padat kembali.
Jumlah kristal sedikit stabil terhadap panas maka proses pemurnian dapat dilakukan
dengan cara sublimasi. Sublimasi adalah suatu proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaskan
secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh. Sublimasi
merupakan suatu proses penguapan zat padat menjadi gas karena pemanasan, yang akan
terkondensasi jika didinginkan. Sublimasi dapat terjadi pada tekanan atmosfir, sedangkan
untuk zat yang mempunyai titik didih rendah maka digunakan vakum untuk menurunkan
tekanan. Dengan Sublimasi dapat dipisahkan padatan volatile dari nonvolatile, contohnya
kamfer, asam benzoate dan lain-lain. Sublimasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Mallory Sublimator atau juga bisa menggunakan alat sederhana.
BAB III

METODE

3.1 Alat
 Gelas kimia 250 ml
 Gelas ukur 100 ml
 Spatula
 Kertas timbang
 Corong Buchner
 Neraca analitik
 Hot plate
 Pengaduk
 Kertas saring
 Cawan

3.2 Bahan
 Asam Benzoat 5 gr
 Kapur Barus 3 gr
 Aquades

3.3 PROSEDUR
A. Percobaan Rekristalisasi Asam Benzoat
 Sebanyak 5 gram asam benzoat kasar dimasukkan ke dalam gelas piala (50 mL)
 Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sehingga semua benzoat larut (tepat larut).
 Saring larutan asam benzoat dengan corong saring dalam keadaan panas.
 Biarkan filtrat pada temperatur kamar
 Saring kristal yang terbentuk dengan menggunakan corong Buchner.
 Timbang kristal yang diperoleh
 Tentukan titik leleh dan bandingkan dengan data dari hand book.

B. Sublimasi
 Kristal yang akan dimurnikan disimpan pada cawan penguap porselen
 Siapkan corong, dimana bagian ujungnya disumbat dengan glass wool.
 Cawan porselen ditutup dengan kertas saring, letakkan corong dengan
 posisi terbalik.
 Panaskan kristal di atas penangas pasir, sublimat akan menempel di
 pinggir-pinggir corong.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN


1. Kristalisasi
Hasil randemen = 2,51gr – 0,57gr = 1,94gr
% randemen = 1,94gr / 5gr x 100% = 38,8%

2. Sublimasi
Hasil randemen 42.00gr – 39.175 gr = 1,68gr
% randemen = 1,68 gr/ 3gr x 100% = 56%

4.2 PEMBAHASAN
Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan
dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari
kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi
hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada
suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas
saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni. (Fessenden, 1983).
Mula-mula asam benzoat (5g) dimasukkan ke dalam gelas piala (50 mL). Kemudian
ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sehingga semua asam benzoat larut (tepat larut),
kelarutan asam benzoat adalah larut dalam air kurang dari 350 bagian air (F.I Edisi III, 1979).
Asam benzoat larut dalam keadaan panas, karena kalau didinginkan, asam benzoat tersebut
bisa berubah menjadi kristal. Selanjutnya disaring asam benzoat dengan corong saring dalam
keadaan panas,tujuan dari penyaringan untuk memisahkan zat pengotor dari larutan kristal
yang murni dan penyaringan dalam keadaan panas agar larutan tersebut tidak mengkristal.
kemudian dibiarkan filtrat pada temperatur kamar.
Kemudian disaring kristal yang terbentuk dengan menggunakan corong Buchner,
faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi adalah ukuran kristal, temperatur, impuritis,
kelarutan dan supersaturasi, dan aglomerasi. Selanjutnya dikeringkan kristal yang diperoleh
dalam oven, dengan adanya pengovenan kristal, maka akan mempermudah pengeringan
kristal yang terbentuk. Langkah selanjutnya ditimbang kristal yang diperoleh. Dan
dilanjutkan dengan ditentukan titik leleh asam benzoat, titik leleh yang diperoleh pada asam
benzoat adalah 126°C , temperature yang digunakan pada percobaan ini lebih tinggi karena
titik leleh adalah temperature dimana zat padat berubah menjadi cairan pada tekanannya satu
atmosfer.
Pertama-tama kristal yang akan dimurnikan disimpan pada cawan penguap porselen,
metode sublimasi adalah suatu proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaskan secara langsung
berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh. Uap tersebut bila didinginkan akan
kembali menjadi zat padat. Disiapkan corong, dimana bagian ujungnya disumbat dengan
glass wool, glass wool adalah insulasi (peredam panas) yang terbuat dari serat fiberglass yang
melalui proses tertentu sehingga bertekstur seperti wol dan glass wool berfungsi untuk
peredam panas yang baik serta meredam panas dengan cara meyerap panas. Ditutup cawan
porselen dengan kertas saring, diletakkan corong dalam posisi terbalik .
Dipanaskan kristal diatas penangas pasir, sublimat akan menempel dipinggir-pinggir
corong fungsi pemanasan untuk mencapai titik lelehnya, asam benzoat akan meleleh.
Sehingga terbentuk kristal didinding corong. Terbentuk gas dan menempel dicorong tersebut
biasa disebut dengan sublimasi.
Perbedaan zat padat kristal dan amorf ialah pada prosesnya. Zat padat kristal
membeku dengan pengendapan dengan cara pengulangan pola molekul atau ion, sedangkan
zat padat amorf terbentuk dengan fasa terkondensasi sempurna dan zat padat amorf ini
menyerupai zat pada.
Kristalisasi bertujuan untuk memisahkan dan memurnikan suatu zat dan sublimasi
bertujuan untuk mendapatkan zat yang murni atau bisa disebut pemurnian (Fieser,
1941).Sehingga pada percobaan ini menggunakan metode kristalisasi dan sublimasi untuk
memurnikan asam.
Kristalisasi merupakan sebuah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat
didalam suatu fase homogen (Zubrick, 2011). Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui
dua tahap yaitu, nukleasi atau pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal. Faktor
pendorong untuk laju nukleasi adalah supersaturasi.Baik nukleasi maupun pertumbuhan tidak
dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak jenuh (Federsen, 2011).
Rekristalisasi Merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan
dari material yang ada. Sebenarnya metode ini hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi.
Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan.
Sublimasi adalah salah satu metode pemurnian suatu zat yang terkandung dalam suatu
campuran.Berdasarkan ilmu kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk
mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa
kimia.Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni.
Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain
(Day,1998).
Rekristalisasi Asam Benzoat Percobaan ini dilakukan mula-mula dimasukkan asam
benzoat kasar sebanyak 5 gram ke dalam gelas piala 50ml . Selanjutnya Asam benzoat
dilarutkan dalam air panas dikarnakan air yang memiliki temperatur tinggi merupakan pelarut
yang cocok agar asam benzoat menjadi homogen lain jika diberi air dingin yang akan
membuat asam benzoat sulit larut. Asam benzoat merupakan salah satu pengawet sintetik
yang bekerja efektif pada pH 2,5-4,0 sehingga banyak digunakan pada makanan atau
minuman yang bersifat asam (Wati, 2012). Asam benzoat memiliki bentuk serbuk kristal
padat, tidak berwarna, tidak berbau, sedikit larut didalam air, tetapi larut dalam etanol dan
sangat mudah larut dalam aseton dan benzena (Mulyono, 2006).
Kemudian asam benzoat disaring hal ini dilakukan untuk mendapatkan filtrate yang
murni. filtrat merupakan cairan jernih dari hasil penyaringan sedangkan sisa padatannya
disebut residu ,alasan diambil filtrat karena merupakan zat yang lolos penyaringan atau hasil
penyaringan sedangkan residu zat yang tidak lolos penyaringan atau pengotor.
(Mulyono,2006). Filtrat dibiarkan pada temperatur kamar. Setelah itu, disaring Kristal yang
terbentuk dengan menggunakan corong buchner. Corong Buchner juga digunakan untuk
menyaring sebuah sampel, seperti fungsi pada corong-corong pada umumnya.Atupun
berguna untuk menyaring sampel agar lebih cepat mengering.Bahan penyaring biasanya
kertas saring yang diletakkan di atas corong tersebut dan dibasahi dengan pelarut untuk
mencegah kebocoran pada awal penyaringan (Daintith,1994).
Tujuan dari penyaringan tersebut adalah untuk memisahkan antara zat yang telah larut
dengan zat pengotornya agar diperoleh zat yang lebih murni. Kristal yang terbentuk selama
pengendapan, tergantung terutama pada dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti
(nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal(Shevla, 1979). Residu adalah sisa penyaringan,
sedangkan filtrate adalah zat hasil penyaringan (Syukri, 1999). Setelah itu, filtrate tersebut
didinginkan pada suhu ruang dan dibiarkan hingga membentuk Kristal. Tujuan dari
pendinginan tersebut adalah untuk memperoleh kristal asam benzoat yang lebih murni. Zat
pengotor tidak membentuk kristal, tetapi membentuk larutan, sementara molekul dari
senyawa asam benzoat membentuk kristal secara perlahan. Selanjutnya, dikeringkan kristal
yang diperoleh dan ditimbang.
Sublimasi adalah perubahan wujud dari zat padat ke gas atau dari gas ke padat tanpa
harus melalui frasa cair ( chang, 2005) . Percobaan ini mula-mula dilakukan dengan cara
diletakkan naftalen (kamfer) pada cawan porselen percobaan kedua yaitu sublimasi yang
pertama dilakukan Kristal(kamfer) yang akan di murnikan disimpan pada cawan penguap
porselen. Naftalen adalah senyawa hidrokarbon polisiklik aromatic sederhana , berbentuk
kristal padat berwarna putih putih dengan bau yang khas dan terdeteksi oleh indra penciuman
pada konsentrasi serendah 0,08 ppm (Scott, 1994). Selanjutnya adalah disiapkan corong,
dimana bagian ujungnya disumbat dengan tisu. Fungsi dilapisi kertas saring adalah untuk
memisahkan partikel suuspensi dengan cairan, atau untuk memisahkan antara zat terlarut
dengan zat padat. Setelah itu ditutup cawan porselen dengan kertas saring, kemudian
diletakkan corong dengan posisi terbalik. Fungsi dari corong diletakkan terbalik adalah agar
seluruh Kristal akan menempel pada dinding corong (Oxtoby, 1986).
Selanjutnya dipanaskan krital diatas penangas air dan sublimat menempel pada
dinding corong. Tujuan dari dipanaskan adalah agar kamfer mencair dan menguap menjadi
Kristal. Setelah itu dilakukan penganginan, tujuan dari dilakukannya penganginan adalah
untuk mempercepat proses pendinginan. Proses sublimasi terjadi karena kamfer yang
disublimasi memiliki tekanan uap yang lebih kecil daripada zat pengotor. Dalam prosesnya,
kamfer tersebut dibekukan setelah dipanaskan dan tekanannya dikurangi supaya terbentuk
padatan murni kamfer dan zat pengotornya tidak ikut menyublim ( Sitorus, 2010).
BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
1. Dari percobaan ini berat kristalisasi As.Benzoat yang di dapat 1,94gr
2. % randemen kristalisasi as.benzoat 38,8%
3. Berat sublimasi champora yang di dapat 1,68gr
4. % randemen kristalisasi sublimasi camphora yaitu 56%

5.2 PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan prinsip kristalisasi dan sublimasi!
Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat menjadi gas. Kristalisasi adalah
proses perubahan partikel uap menjadi kristal (padat). Kristalisasi umumnya terjadi
pada uap sublimasi yang mengalami pendinginan (perubahan suhu mendadak).

2. Jelaskan tahapan pada proses kristalisasi!


Dalam rekristalisasi, ada tujuh langkah yang dilakukan yaitu: memilih pelarut,
melarutkan zat terlarut, meng- hilangkan warna larutan, memindahkan zat padat,
mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal biasanya menggunakan
filtrasi, mengeringkan produknya/hasil

3. Bagaimana warna dan bentuk kristal yang didapatkan dari hasil rekristalisasi dan
sublimasi?
Berbentuk kristal padat berwarna putih dengan berbau khas

DAFTAR PUSTAKA
Annuryanti,2013, kandungan Salisilat Bebas Dalam Tablet Asetosal yang Beredar di
Surabaya,Jurnal Berkala Ilmiah Kimia Farmasi, 2(2).
Chairunnisa dan Yoga, 2017, Karakterisasi Kristal Bahan Padat Aktif Farmasi, Jurnal
Farmaka Suplemen Vol 14 No 1.
Chang, R. 2005, kimia dasar konsep-konsep inti, Jakarta: Erlangga.
Daintith,J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta : Erlangga
Day, R.A., Underwood A.L. 1998. Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga.
Donald,C.K.1980.Kimia untuk Universitas Edisi keenam Jiid 2.Jakarta:Erlangga.
Federsen, S. F., Myers, A. M. 2011. Understanding the Principals of Organic Chemistry: A
Laboratory Course. USA: Broks/ Cole, Cengage Learning.
Fessenden, J, S dan Fessenden, R.J.1983. Kimia Organik Edisi ketiga Jilid I. Erlangga :
Jakarta.
Fieser, L. S. 1941. Experiments in Organic Chemistry 2 nd Edition. USA: DC Heath and
Company.
Maulin.,Z,2001, Crytalization 4 ed,Butterworth-Heinemann:Oxford.
Mulyono, HAM. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Oxtoby.,D.W,1986, Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi-4,Jakarta: Erlangga.
Rahman.,J,2007,Kimia Organik, Jakarta: Erlangga.
Rositawati.,A.T,2013, Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak Untuk Mencapi SNI
Garam Indurtri, Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, Vo.2, No.4, Hal.217-225.
Scott w, 1994,Kamus Saku Kimia, Jakarta , Erlangga.
Setyopratomo., P. dkk, 2003,studi eksperimental pemurnian garam NaCl dengan cara
rekristalisasi,Jurnal unitas, Vol 11, No 2.
Svehla. 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semi mikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Sitorus ., M, 2010, Kimia Organik, Yokyakarta: Graha Ilmu.
Syukri,S.1999.Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: ITB.
Wati, W., Guntarti. A., 2012, Determination of Benzoic Acid Levels in Some Brand Name of
Soft Drinks by Ultraviolet Spectrophotometry.Pharmaceutical Scientific
Journal.No(2). Vol.2.(1)
Yanuar,A., Nursanti, dan Anwar,E., 2010, Eksplorasi dan Karakterisasi berbagai Kristal
Ibuprofen, Majalah Ilmu Kefarmasian Vol VII No 2 Hal 43-51 ISSN: 1693-9883.
Zubrick, J. 2011, The Organic Chem Lab Survival Manual, USA: John Wiley and Sons, Inc.
Asma, Al.dkk. 2021. Praktikum Kimia Organik Dasar Kristalisasi Dan Sublimasi.
https://www.researchgate.net/publication/349249620_PRAKTIKUM_KIMIA_ORGA
NIK_DASAR_KRISTALISASI_DAN_SUBLIMASI diakses 24 DESEMBER 2021
pukul 09.34 WIB
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai