Anda di halaman 1dari 3

BUNGA ASRI IBRAHIM

442416038

SUBLIMASI DAN KRISTALISASI

1. Pengertian sublimasi dan kristalisasi


a) Sublimasi
Sublimasi adalah wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel
penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel
tersebut akan berubah fase (Wujud) menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut
diturunkam dengan cara kondensasi, maka gas akan segera berubah menjadi padat. Pada
dasarnya sublimasi diterapkam untuk memisahkan suatu zat dari pengotornya (impuritis)
sehingga diperoleh zat yang lebih murni, kotoran biasanya akan tertinggal dalam wadah
akibat ketidakmampaunnya dalam menyublim. Syarat pemisahan campuran dengan
menggunakan sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik
didih yang besar, sehingga dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Sublimasi juga diartikan sebagai proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap,
kemudian uap tersebut di kondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair.
(Heru, 2013).
b) Kristlisasi
Kristalisasi adalah proses perubahan partikel uap menjadi kristal dimana umumnya
terjadi pada uap sublimasi yang mengalami pendinginan (perubahan suhu mendadak).
Kristalisasi disebut juga sebagai peristiwa kebalikan dari sublimasi dimana uap berubah
menjadi padat dalam bentuk kristal partikel. Kristalisasi juga dapat terbentuk jika suatu
larutan telah melebihi titik jenuh. Titik jenuh larutan adalah titik dimana partikel dalam
suatu larutan sudah tidak mampu melarut sehingga terbentuklah larutan jenuh. Keadaan
maksimum partikel terlarut dalam larutan tersebut akan menyebabkan terbentuknya kristal
(kristalisasi) semakin cepat. Contoh kristalisasi ini bisa dilihat dalam metode proses
pengolahan air laut menjadi garam, dimana air laut akan dipanaskan di bawah sinar
matahari untuk mengurangi air terlarut sehingga menyebabkan terjadinya metode
kristalisasi garam

2. Peinsip kerja sublimasi dan kristalisasi


a) Prinsip Sublimasi
Prinsip kerja sublimasi secara umum (dalam skala industri) adalah memisahkan zat
yang mudah menyublim tersebut dengan sebuah sublimator sehingga menjadi gas/uap. Gas
yang dihasilkan ditampung, lalu didinginkan/dikondensasi kembali. Sedangkan cara kerja
sublimasi secara sederhana [dalam skala laboratorium] adalah zat yang akan disublimasi
dimasukkan dalam cawan/gelas piala untuk keperluar sublimasi, ditutup dengan gelas
arloji , corong/labu berisi air sebagai pendingin , kemudian di panaskan dengan api kecil
pelan-pelan. Zat padat akan menyublim berubah menjadi uap, sedangkan zat penyampur
tetap padat. Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan berubah lagi menjadi
padat yang menempel pada dinding alat pendingin. Bila sudah tidak ada lagi zat yang
menyublim , dihentikan proses pemanasan dan di biarkan dingin supaya uap yang terbentuk
menyublim semua, kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan untuk diperiksa
kemurniannya. Bila kurang murni proses sublimasi dapat diulang sampai didapatkan zat
yang murni.
b) Prinsip kristalisasi
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat
yang dimurnikan dengan zat pengotornya.Syarat – syarat pelarut yang sesuai adalah :
pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan, pelarut hanya dapat melarutkan zat
yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya. Titik didih pelarut harus
lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai.

3. Pemilihan pelarut
Pemilihan pelarut hendaknya berdasarkan kepolarannya dimulai dari pelarut yang
polar berurut ke pelarut yang non polar atau sebaliknya, jika cara tersebut tidak berhasil
dengan baik, dapat dicoba dengan menggunakan campuran beberapa macam pelarut.
Pelarut yang baik untuk rekristalisasi harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Pengotor harus sangat larut atau hanya sedikit larut dalam pelarut tersebut pelarut harus
mudah dihilangkan dari kristal murninya
b) Tidak terjadi reaksi antara pelarut dengan zat yang dipisahkan
c) Pelarut harus tidak sangat mudah menguap atau mudah terbakar
4. Pembentukan kristal, penyaringan pengeringan krital dari pelarutnya
➢ Pembentukan kristal,

Pada umumnya dengan mendinginkan secara perlahan kristal dapat terbentuk. Untuk
mempercepat proses pembentukan kristal dapat dilakukan dengan menambahkan butir
kristal yang sama pada larutan lewat jenuh. Hai in diperlukan untuk membantu
pembeuntukan inti kristal, cara ini seing dilakukan untuk pengkristalan senyawa anorganik.
Untuk senyawa organik cara tersebut agak sulit dilakukan karena pembentukan kristal
senyawa pada umumnya sangat lambat. Cara yang paling tepat ialah dengan mendinginkan
larutan lewat jernih dengan es sambil diaduk, maka kristal akan cepat terbentuk.

➢ Penyaringan
Penyaringan harus dilakukan secara cepat sedangkan larutan dapat dalam keadaan
panas dan dingin. Jika penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, maka diperlukan
penyaringan buchner denga pompa vakum agar penyaringan cepat selesai. (proses ini
sebenarnya ialah proses filtrasi). Kertas saring dipilih yang medium, jika perlu gunakan 2
buah kertas saring yang digabung menjadi satu agar tidak bocor sewaktu divakumkan. Jika
partikel pengotor sangat kecil, dapat dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu sebelum
dilakukan penyaringan

➢ Pengeringan kristal dari pelarutnya

Kristal yang stabil, dapat langsung dikeringkan menggunakan oven pemanas, suhu
oven pemanas diataur diatas titik didih pelarutnya tetapi suhu masih dibawah titik leleh
kristal. Setelah dipanaskan beberapa lama, kristal ditempatkan di desikator, bila perlu
desikator divakumkan untuk mempercepat pengeringan. Desikator harus di isi zat
pengadsorpsi yang sesuai dengan jenis pelarut yang dinamakan, misalnya pelarutnya senya
hidrokarbon maka isi desikator yang sesuai ialah parafin, jika pelarutnya asam asetat dapat
digunakan pengadsorbsi NaOH atau KOH pelet

Sunardi.2004.diktat kuliah cara-cara pemisahan. Depok : Dept Kimia FMIPA UI

Anda mungkin juga menyukai