Anda di halaman 1dari 31

Teknik Pemurnian

PENDAHULUAN
• Senyawa bahan alam yang terbentuk padat
hasil isolasi dari suatu tanaman sering
terkontaminasi oleh pengotor meski kadang-
kadang hanya dalam jumlah yang relatif kecil.
• Teknik umum yang sering digunakan untuk
pemurnian senyawa tersebut adalah
rekristalisasi.
REKSRISTALISASI
• Teknik umum yang sering digunakan untuk
pemurnian senyawa tersebut adalah
rekristalisasi yang di dasarkan pada perbedaan
kelarutannya dalam keadaan panas atau
dingin dalam suatu pelarut.
• Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu
melarutkan senyawa yang akan dimurnikan
dalam sesedikit mungkin pelarut atau
campuran pelarut dalam keadaan panas atau
bahkan sampai suhu pendidihan sehingga di
peroleh larutan jerih dan tahap selanjutnya
adalah mendinginkan larutan yang akan dapat
menyebabkan terbentuknya kristal yang
kemudian dipisahkan melalui penyaringan.
PROSES KRISTALISASI
• proses kristalisasi meliputi:
• 1. Melarutksn zat tak murni dalam pelarut
tertentu pada atau dekat titik leleh
• 2. Menyaring larutan panas dari partikel
bahan tak terlarut
• 3. Menyaring larutan panas dari partikel
bahan tak terlarut
• 4. Memisahkan kristal dari larutan supernatan.
• Pada hasil sesudah pengeringan ditentukan
kemurniannya (biasanya dengan penentuan
titik leleh, mungkin juga dengan metode
spektroskopi atau kromatografi lapis tipis) dan
bila masih belum murni, dilakukan
rekristalisasi dengan pelarut segar. Proses
diulang hingga senyawa murni diperoleh,
maksudnya senyawa memperoleh titik leleh
yang tetap.
• Adapun beberapa jenis pengotor yang
sebelumnya becampur dengan padatan
sebelum rekristalisasi adalah sebagai berikut :
• 1. Pengotor yang tidak larut dalam panas yang
digunakan pada rekristalisasi, dapat
dihilangkan dengan cara melakukan
penyaringan larutan dalam keadaan panas
tersebut.
• 2. Pengotor yang larut dalam pelarut panas
dan tetap tinggal sebagian dalam pelarut yang
sudah dingin, dapat di hilangkan dengan
penyaringan akhir saat kristal telah terbentuk
karena sebagaian besar dari pengotor jenis ini
akan tetap terlarut dalam pelarut saat proses
pembentukaan kristal sehingga akan terikut
dalam filtrat saat penyaringan
• 3. Pengotor yang sangat larut dalam pelarut
panas dan sedikit larut dalam pelarut dingin.
Jenis ini akan menyebabkan proses
rekristalisasi tidak efektife oleh karena itu
kristal yang terbentuk juga tidak murni benar.
• Pemilihan pelarut untuk rekristalisasi pada
umumnya didasarkan pada kemiripan sifat
fisikokimia anatara pelarut dan zat yang akan
dimurnikan, di antaranya adalah sifat
kepolaran dimana antara keduanya haruslah
berdekatan.
KRITERIA PELARUT REKRISTALISASI
• 1. Pelarut tidak mengadakan reaksi kimia dengan
padatan yang akan dimurnikan melalui
rekistalisasi
• 2. Kelarutan padatan harus tinggi dalam pelarut
pada keadaan panas dan harus rendah pada
keadaan dingin
• 3. Pengotor organik harus dapat larut dalam
pelarut dalam keadaan dingin sehingga pengotor
akan tetap tinggal dalam larutan pada saat
pembentukan kristal
KRITERIA PELARUT REKRISTALISASI
• 4. Pengotor anorganik tidak larut dalam
pelarut meskipun dalam keadaan panas
sehingga dapat dipisahkan dengan jalan
menyaring larutan dalam keadaan panas
• 5. Titik didih larutan harus lebih rendah dari
titik didih padatan
• 6. Sebaiknya dipilih pelarut yang tidak toksik
dan tidak mudah terbakar.
PELARUT REKRISTALISASI
• Bila dua atau lebih pelarut nampak sama untuk
rekristalisasi, pemilihan akhir akan tergantung
pada faktor-faktor seperti: mudah memanipulasi,
toksisitas rendah, tak mudah terbakar dan harga
murah.
• Penggunaan eter sebagai pekarut untuk
rekristalisasi sebaiknya dihindari, karena mudah
terbakar dan memiliki kecenderungan menempel
pada dinding gelas, dan terjadi pengendapan
padatan pada saat penguapan.
PELARUT REKRISTALISASI
• Karbon disulfit dengan titik didih 46°C tidak pernah
digunakan bila pelarut alternatif dapat ditemukan.
• CS2 mempunyai titik bersinar rendah yang berbahaya
dan membentuk campuran yang sangat eksplosif
dengan air.
• Benzena lebih baik dihindari karena toksistasnya tinggi
dan bersifat karsinoganik. Jika memungkinkan bisa
diganti dengan toluena atau sikloheksana.
• Jika menggunakan pelarut yang mengandung pelarut
yang mengandung klor, pekerjaan harus dilakukan di
dalam lemari asam.
Jika kelarutan zat padat yang akan direkistralisasi tidak
diketahui,maka pemilihan pelarut dapat di lakukan dengan cara
berikut:
• Pasangan pelarut yang sering dipakai dalam
rekistralisasi adalah:Metanol-air, Etanolair, Asam
asetat-air, Aseton-air, Etanol-aseton, Etil asetat-
sikolheksana, Benzena-proteleum eter, pelarut yang
mengandung klor-proteleum eter.
• Bila suatu kristal sangat larut dalam satu pelarut dan
sangat tak larut dalam pelarut lain, maka akan
memberikan rekristalisasi yang memuaskan. Campuran
pelarut atau pasangan pelarut bisa digunakan dengan
hasil yang bagus. Tentu saja dua pelarut tersebut harus
bercampur dengan sempurna.
• Rekristalisasi dengan pelarut campuran dapat
terjadi dekat titik didih campuran. Senyawa
dilarutkan dalam pelarut yang sangat
melarutkan dalam keadaan panas, dimana zat
hanya larut sedikit, ditambahkan terus-
menerus hingga kejenuhan terjadi. Kejenuhan
dihilangkan dengan penambahan sedikit
pelarut pertama dan campuran dibiarkan
dingin pada temperatur kamar, kemudian
kristal akan terpusah.
• Bila pelarut campuran telah ditemukan perbandingan
antara zat terlarut dan pelarutnya, maka zat padat
tersebut ditempatkan pada labu alas bulat yang
dilengkapi dengan pendingin refluks dan ditambahkan
pelarut dan sedikit porselin untuk menghindari
bumping. Campuran dipanaskan hingga mendidih pada
penangas air (bila pelarut mrndidih di bawah 80°C)
atau dengan mantel pemanas listrik, dan pelarut
ditambahkan hingga larutan jernih. Setelah
penyaringan panas, kristal akan diperoleh setelah filtrat
didinginkan.
• Bila pelarut tidak mudah terbakar, tidak beracun dan
murah maka rekristalisasi dilakukan pada gelas piala.
KUALITAS KRISTAL
• Kualitas kristal yang di peroleh sangat bergantung
pada kecepatan proses pendinginan larutan. Jika
pendingin terlalu cepat,kristal akan terbentuk
kecil-kecil dan tidak murni.
• Sebaliknya jika pendinginan terlalu lambat, kristal
yang terbentuk besar-besar dan dapat menjebak
pengotor serta pelarut pada kisi-kisi dalam kristal.
• Harus juga di perhatikan jika diperlukan penangas
es pada proses pendinginan haruslah di jaga agar
suhu penangas tidak lebih rendah dari titik beku
pelarut.
KUALITAS KRISTAL
• Pembentukan kristal kembali biasanya mulai
terjadi setelah suhu melalui menurun yang
berlangsung antara 15-30 menit, tetapi sering
terjadi bahwa kristal tidak kunjung terbentuk.
Jika hal ini terjadi, maka dapat dilakukan
dengan menggesek kuat-kuat dinding bejana
yang dipakai di bawah permukaan larutan
dengan sebuah pengaduk kaca.
KUALITAS KRISTAL
• Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan
cara memancing pembentukan kristal dengan
menggunakan kristal murni senyawa yang sama.
Kristal dengan menggunakan senyawa kristal
murni yang sama.
• Kristal dimasukkan ke dalam larutan yang berada
dalam keadaan dingin, diaduk dengan kuat dan
dibiarkan 2-3 hari. Kadang-kadang deperlukan
juga perlakuan untuk lebih menurunkan suhu
dengan jalan memasukka sepotong dry-ice ke
dalam larutan.
• Dimungkinkan juga terbentuknya suatu fasa
minyak pada saat pendinginan. Fasa ini amat sulit
menjadi padat dan bahkan dapat menyebabkan
terbentuknya kristal yang mengikat banyak
pengotor.
• Sebaiknya diamati, begitu fasa ini terbentuk,
larutan dipanaskan lagi sampai semua kembali
larut, kemudian didinginkan perlahan dengan
pengadukan yang konstan hingga terlihat kristal
mulai terbentuk.
• Untuk membantu, dapat ditambahkan kristal
senyawa yang sama untuk memancing
terbentuknya kristal jika terlihat larutan mulai
keruh pertanda fasa minyak mulai terbentuk.
BILA MENGANDUNG PENGOTOR
BERWARNA
• Hasil suatu reaksi organik dapat mengandung
pengotor berwarna. Pada rekristalisasi,
pengotor ini bisa larut dalam pelarut
mendidih dan sebagian diserap oleh kristal
dan sebagian yang lain memisah pada
pendinginan. Akibatnya dihasilkan produk
berwarna yang tidak dapat dipisahkan dengan
penyaringan sederhana.
BILA MENGANDUNG PENGOTOR
BERWARNA (LANJUTAN)
• Pengotor ini, dapat dipisahkan dengan mendidihkan zat
dalam larutan dengan sedikit arang aktif selama 5-10
menit dan kemudian larutan disaring dalam keadaan
panas. Arang aktif atau karbon aktif untuk
mengadsorpsi pengotor berwarna tersebut, akan
membuat terjadinya kristal murni karena arang aktif
akan menyerap pengotor berwarna dan filtrat biasanya
bebas dari zat warna tersebut.
• Penghilangan warna terjadi cepat dalam larutan berair
dan dapat juga dilakukan dalam hampir semua pelarut
organik. Proses terjadi kurang efektif pada pelarut
hidrokarbon.
METODE PEMISAHAN WARNA
• Dengan menambahkan karbon aktif pada
larutan yang mendidih tidak selalu merupakan
metoda yang efektif untuk pemisahan warna.
• Namun demikian, maka bisa dilakukan dengan
melewatkan larutan pada kolom yang diisi
dengan karbon aktif. Sebelum ditambahkan
karbon aktif,larutan didinginkan sebentar.
Jumlah karbon aktif yang dipakai biasanya
adalah 0,2 gram untuk 100 ml larutan.
METODE PEMISAHAN WARNA
• Penambahan karbon aktif tidak boleh dilakukan saat
larutan berada pada suhu mendekati titik didih pelarut
karena sejumlah besar udara yang teradsorpsi oleh
karbon aktif akan dibebaskan secara tiba-tiba.
• Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya busa yang
melimpah dan larutan akan meluapkeluar dari bejana
yang dipakai. Setelah karbon aktif dapat masuk dengan
“aman” ke dalam larutan, campuran dipanaskan lagi
pada suhu titik didih pelarut selama 5-10 menit. Untuk
memisahkan karbon aktf, campuran disaring dalam
keadaan panas.
• Kondisi pengeringan bahan yang
direkristalisasi tergantung pada jumlah
produk, sifat pelarut yang dipindah dan
sensitivitas produk terhadap panas dan
atmosfer.
• Pengeringan yang lebih cepat dilakukan pada
desikator vakum.
Rekristalisasi Beberapa Golongan Senyawa

Anda mungkin juga menyukai