Anda di halaman 1dari 29

REKRISTALISASI

Tujuan Rekristalisasi :
1. Pemurnian
2. Membentuk kristal yang
baik
Rekristalisasi
Latar Belakang
• Padatan hasil sintesis umumnya perlu dimurnikan lebih
dahulu sebelum dilakukan identifikasi.

• Salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk


pemurnian sampel adalah rekristalisasi yang dilanjutkan
dengan saring vakum.

• Rekristalisasi merupakan proses pembentukan kristal


dari larutannya yang berlangsung relatif lambat dan
selektif.

• Pengendapan adalah proses yang berlangsung secara


cepat dan non-selektif, karena itu tidak dipakai untuk
pemurnian sampel.
TAHAPAN REKRISTALISASI
Pemurnian :
Pemisahan padatan hasil reaksi dari pengotornya. Pengotor dapat
larut atau tidak larut dalam pelarut rekristalisasi

Rekristalisasi :
Pemurnian senyawa organik dengan cara melarutkan padatan
pada pelarut panas dan akan mengkristal kembali pada saat
pendinginan perlahan; disebut proses rekristalisasi.

Saring vakum :
Pemisahan padatan dari pelarut organik dengan penghisapan

Kemurnian Senyawa Organik :


Identifikasi menggunakan titik lebur
Teori Rekristalisasi
 Kristal dapat terbentuk pada saat reaksi berlangsung atau setelah
mengalami ekstraksi. Pengotor dapat berada pada permukaan
kristal atau terjebak di dalam kisi kristal.

 Pencucian akan menghilangkan kotoran pada permukaan tetapi


kotoran yang terjebak dalam kisi kristal tak dapat hilang. Untuk
menghilangkannya dilakukan rekristalisasi.

Padatan murni: Pengotor merusak


Kisi kristal rapat kisi kristal
Rekristalisasi
1. Tambahkan pelarut panas
sampai padatan terlarut
(gunakan pelarut panas
seminimum mungkin)
Rekristalisasi

2. Dinginkan perlahan sampai


suhu kamar; maka kisi kristal
akan terbentuk.

3. Rendam dalam penangas es


supaya pengkristalan
maksimum. (Saring vakum
menyebabkan pendinginan!)
Rekristalisasi

4. Pisahkan padatan dari filtrat dengan


penyaringan.

5. Biarkan mengering di udara terbuka.


Syarat pelarut untuk
rekristalisasi
1. Mudah melarutkan senyawa pada titik didih pelarut
2. Sedikit atau sama sekali tidak melarutkan
senyawa pada suhu kamar
3. Mempunyai daya larut berbeda terhadap senyawa
dan pengotor
4. Titik didih pelarut di bawah titik leleh senyawa
5. Mempunyai t.d. relatif rendah (60-100oC) sehingga
mudah dihilangkan dari kristal
6. Tidak bereaksi dengan senyawa, tidak beracun, dan
tidak berbau menusuk, tidak mahal
Pelarut yang Tepat
 Partikel solut umumnya tidak larut dalam pelarut dingin, tapi
larut dalam pelarut panas
 Untuk melarutkan solut, pelarut (atau campuran pelarut)
seharusnya memiliki kurva kelarutan vs suhu yang curam  

C merupakan pelarut yang


B
Solubility

baik
C • Kelarutan solut sangat kecil
pada suhu kamar
A • Kelarutan solut sangat tinggi
pada peningkatan suhu
Temperature
Pelarut untuk rekristalisasi
 Titik Didih pelarut harus lebih rendah daripada titik leleh
padatan
 Bila Titik didih pelarut lebih tinggi daripada titik leleh
padatan, maka padatan akan “meleleh” bukan “terlarut”
dalam pelarut dengan adanya kenaikan suhu
 Pada pendinginan, padatan yang “meleleh” akan berubah
menjadi “minyak” membentuk massa tidak larut yang belum
murni
 Pelarut tidak boleh bereaksi dengan padatan
 Senyawa mengandung gugus fungsi yang dapat membentuk
ikatan hidrogen (-OH, -NH-, -COOH, -CONH-) akan lebih larut
dalam pelarut hidroksilik (polar) misalnya Metanol dan Air
Contoh pengaruh JUMLAH
pelarut dalam rekristalisasi
Kelarutan Asam Benzoat dalam air:
0,27 g/100 ml (180C) ; 2,2 g/100ml (750C)

Sampel: 2 g asam benzoat dalam 100 mL air


Pada suhu 750C : (2,2/100 mL) X 100 mL = 2,2 g
(SEMUA larut)
Pada suhu 180C : (0,27/100 mL) X 100 mL = 0,27 g
(jumlah yang tetap terlarut setelah pendinginan)
(2,00 – 0,27)g = 1,73 g (jumlah kristal yang diperoleh
kembali setelah disaring)

PEROLEHAN KEMBALI (berdasarkan hasil percobaan):


(1,73g / 2,00g) X 100% = 86,5%
Bagaimana jika pelarut yang sesuai tidak
dapat ditemukan ?

Syarat umum pelarut rekristalisasi (pelarut tunggal):


Senyawa mudah larut dalam keadaan panas (pada t.d. pelarut)
tetapi tidak/sedikit larut pada keadaan dingin/suhu kamar

Bila tidak ada pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi,


dapat dicoba sistem dua pelarut (sistem pelarut
campur).

Syarat pelarut campur :


a. Kedua macam pelarut harus saling campur
b. Senyawa larut (keadaan dingin dan panas) dalam
salah satu pelarut, sedangkan pelarut yang lain sama
sekali tidak dapat melarutkan senyawa.
Rekristalisasi dengan Pelarut
campur
Caranya :
senyawa dilarutkan dalam keadaan panas pada pelarut I sampai
larut, kemudian ditambah pelarut II sedikit-sedikit sampai timbul
kekeruhan, tambah lagi sedikit pelarut I sampai tepat jernih,
dinginkan.

Contoh kombinasi pelarut campur :etanol-air; toluena-petroleum eter;


asam asetat-air; dietil eter-alkohol; dan dietil eter-petroleum eter.
(yang disebut pertama adalah pelarut yang
melarutkan)

Campuran toluena-etanol jarang dipakai karena


adanya air dalam etanol menyebabkan pelarut
memisah waktu pendinginan
Daftar kepolaran beberapa
pelarut organik
Indeks Nama pelarut struktur  
kepolaran
0,0 Heksana CH3(CH2)4CH3
2,3 Toluena C6H5CH3 Kurang polar
2,9 Dietil eter (eter) (CH2CH2)O  
 
3,4 Metilen klorida CH2Cl2
 
4,3 Etil asetat CH3CO2CH2CH3
 
4,3 Kloroform CHCl2  
5,2 Etanol CH3CH2OH  
5,4 Aseton (CH3)2C=O  
6,6 metanol CH3OH  
9,0 air H2O

Sangat polar
PENGOTOR
Terdapat dua jenis pengotor:

1.Pengotortidak larut dalam pelarut rekristalisasi


Dihilangkanpada saat saring panas

2.Pengotoryang larut dalam pelarut rekristalisasi. Tetap


berada dalam larutan dan dipisahkan pada saat saring
vakum

Gambarkan skema pemisahan pengotor tersebut!


Pemurnian padatan
REKRISTALISASI
Dapat melibatkan

Rekristalisasi
Yang terlibat adalah Yang terlibat adalah
Yang terlibat
adalah

Solut Pelarut Pengotor


(senyawa yang akan (solvent)
dimurnikan) dapat berupa dapat berupa

dapat berupa
dapat berupa

Tunggal Campuran Larut Tak-larut


dapat berupa Dihilangkan
dapat berupa secara
tak berwarna

Pelarut yang Pelarut yang TAK- berwarna Saring panas


MELARUTKAN solut MELARUTKAN solut
Dihilangkan secara

Karbon aktif
saling larut
PROSEDUR REKRISTALISASI
Tujuh langkah rekristalisasi
1. temukan pelarut terbaik
2. larutkan sampel dalam pelarut
3. lakukan dekolorisasi (bila perlu)
4. hilangkan pengotor yang tidak larut (bila perlu)
5. dinginkan campuran solut/pelarut
6. kumpulkan kristal
7. keringkan dan analisis kristal
LANGKAH 1
1. Tentukan pelarut “terbaik”
 Lakukan dalam tabung reaksi dengan penangas
pasir
 Larutkan pada waktu panas – bukan saat dingin
 Batasi hanya pada 6 jenis pelarut
 air
 etanol
 etil asetat
 metilen klorida (diklorometana)
 toluena
 heksana
LANGKAH 2 - 4
2. Larutkan massa sampel dalam pelarut
 usahakan volume pelarut panas seminimum mungkin
 merupakan hal yang unik untuk pemilihan solute & solvent
 tambahkan batu didih atau pengaduk

3. menghilangkan warna (bila perlu)


 Karbon dapat berfungsi menarik pengotor berwarna

4. Memisahkan pengotor tak-larut (bila perlu)


 Dengan cara saring panas
Dekolorisasi
(menghilangkan warna)
 Bila larutan berwarna, kadang-kadang perlu ditambahkan bahan
penarik warna, misalnya karbon aktif (Norit)
 Penambahan karbon di bawah t.d. pelarut; tidak boleh saat pelarut
mendidih. (ingat: karbon tak-larut air)
 Larutan hitam karena penambahan karbon aktif disaring panas
dengan kertas saring berlipat. Kalau dalam keadaan dingin, arang
aktif dipisahkan secara kromatografi kolom (fase diam alumina
atau silica gel)
 Bila waktu saring panas ada sedikit karbon dalam filtrat,
tambahkan potongan kertas saring. Dipanaskan ulang dan disaring
panas; maka karbon akan melekat pada potongan kertas saring
tadi
LANGKAH 5
5. Dinginkan campuran larutan tsb
 Dinginkan perlahan supaya pengotor terlarut
tidak ikut pada proses kristalisasi

Bila kristal tidak terbentuk,


cobalah …
 Gesek gelas labu dengan
batang pengaduk
 Masukkan sedikit kristal
 Uapkan kelebihan pelarut
 Salah memilih pelarut rekristalisasi
Pembentukan kristal
 Filtrat panas dibiarkan mendingin pada suhu kamar sampai
terjadi kristal.

 Tidak dianjurkan pendinginan mendadak dengan direndam


dalam air, karena membentuk padatan amorf. Permukaan
kristal yang luas cenderung menyerap kotoran.

 Jangan mengaduk kristal selama pendinginan, karena juga


dapat menyebabkan terbentuk padatan amorf.

 Sebaliknya kristal terlalu besar (> 2 cm) juga tidak baik


karena kotoran akan terjebak dalam kisi kristal. Dalam hal ini
harus dilakukan rekristalisasi ulang
LANGKAH 6
6. Kumpulkan kristalnya
 Saring vakum dengan corong Buchner

to vacuum
LANGKAH 7
7. Pengeringan
 Pisahkan kristal dari saring vakum
 Angin-anginkan kristal di tempat terbuka
 Atau dipanaskan di bawah lampu; atau dimasukkan oven (hati-hati)

Perolehan kembali (Percent Recovery)


• Evaluasi hasil rekristalisasi secara kuantitatif
• Jangan lupa mencatat berat senyawa X
• Tidak sama dengan persen hasil reaksi

Jumlah padatan yang diperoleh kembali


%= X 100
Jumlah padatan awal
Panaskan pelarut; jangan lupa
menambahkan batu didih
Tambahkan sejumlah kecil pelarut dalam
labu tempat padatan.

Kocok labu untuk melarutkan padatan.


Letakkan labu di atas “hot plate” Bila padatan masih belum larut,
supaya larutan tetap panas. tambahkan sedikit pelarut dan dikocok
lagi

Bila semua padatan sudah


berada dalam larutan,
turunkan dan letakkan di
atas meja praktikum.
Biarkan mendingin tanpa
diganggu!
Sekarang labu boleh didinginkan
Beberapa saat kemudian, kristal
dalam penangas es untuk
mulai timbul dalam labu.
memaksimumkan proses kristalisasi.

Saring vakum dengan


corong Buchner

to vacuum
PERTANYAAN
1. Sebutkan kriteria yang paling penting dalam memilih
pelarut untuk rekristalisasi?
2. Kapan dipilih pelarut campur dalam rekristalisasi?
3. Mengapa pelarut untuk rekristalisasi memiliki titik
didih yang lebih rendah?
4. Permasalahan apakah yang mungkin terjadi jika
rekristalisasi terjadi terlalu cepat?
5. Mengapa campuran rekristalisasi harus didinginkan
terlebih dahulu di dalam ice bath sebelum di saring?
6. Mengapa td pelarut harus < tl dari senyawa yg akan
di rekristalisasi?
7. Apakah cloud point? Mengapa hal itu merupakan
penting saat menggunakan pelarut campur saat
rekristalisasi?
PERTANYAAN
8. Terkadang kristalisasi tidak terjadi, meskipun telah didinginkan
dalam ice bath. Mengapa bs demikian?jelaskan langkah yang
dilakukan untuk merangsang kristalisasi.
9. Setelah rekristalisasi, diperoleh persentasi hasil rekoveri yang
sangat rendah dari padatan tersebut. Mengapa bs demikian?
jelaskan langkah yang dilakukan untuk meningkatkan hasil
rekoveri.
10. Suatu senyawa memiliki kelarutan dalam etanol 4.24g/100 ml
pada suhu 78 oC dan 0.86 g/100 ml pada 0 oC.
a. Berapakah volume etanol panas yang dibutuhkan untuk
melarutkan 50 mg senyawa tsb (dengan asumsi tidak ada
pengotor)
b. Berapa banyak senyawa yang masih terlarut dalam pelarut
setelah rekristalisasi selesai (dgn anggapan tidak ada kristal
yang hilang karena kesalahan teknis)
c. Berapa persen rekoveri maksimal yang seharusnya
diperoleh?

Anda mungkin juga menyukai