Anda di halaman 1dari 10

Ade putra jaya

2309482011020
Farmasi A

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut.
Mis: terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,
maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
- Zat pelarut disebut solvent.
- Zat yang terlarut disebut solute.
JENIS LARUTAN
1.Larutan encer: larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut.
2.Larutan jenuh: larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
3.Larutan lewat jenuh: larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN
1. Polaritas
- Kelarutan suatu zat memenuhi aturan “like dissolves like”
artinya solute yang polar akan larut dalam solvent yang
polar, solute yang non polar akan larut dalam solvent yang
bersifat non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air. Alkaloid basa larut dalam
kloroform.
2. Co-solvency
Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-
gliserin.
3. KELARUTAN
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah:
1. Larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
- Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4-
2. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K₂CO3, Na2CO3
(NH4)CO3 Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH,
NaOH, NH₄OH, BaO, Ba(OH)2
Semua garam posphat tidak larut, kecuali K₃PO₄, Na3PO3 (NH) P
KELARUTAN ZAT ANORGANIK, DALAM FARMASI :
1. Dapat larut dalam air :
a. Klorida, kecuali Hydrargyrosi Chloridum, AgCl, PbCl2 tidak larut.
b. Nitrat, kecuali Nitrat base, seperti Bismuthi subnitas, tidak larut.
c. Sulfat, kecuali Barii sulfas, Plumbi sulfas tidak larut, Calcii sulfas
sedikit larut.
2. Tidak larut dalam air
a. Karbonat, kecuali Kalii carbonas, Natrii carbonas Amonii carbonas,
dan Lithii carbonas larut.
b. Oksida dan Hidroksida, kecuali Kalii, Natrii, Amo nii, Calcii, Barii
Oxydum & Hidroksidum larut.
c. Fosfat, kecuali Kalii Phosphas, Natrii Phosphas & Ammonii
Phosphas.
Dalam Farmakope disebutkan, suhu air hangat 60-700, dan air panas
suhunya 85-95° С.
DAFTAR KELARUTAN ZAT ORGANIK
1 gram zat dalam xml air:
Benzena1430
- Benzyl alcoholum25
Carbon Tetrachloridum 2000
Chloroformum200
Cara Penimbangan Zat Cair:
- Dengan botol timbang, menggunakan butir2 gotri;
- Jika menimbang campuran cairan, secara berurutan, yg mudah
menguap belakangan, seperti : Aether, Aethyl acetas, Chloro-
form, Aethylis Nitris cum Spiritu, SASA, Valerianae Tinctura.
Kelarutan suatu zat tergantung 2 faktor:
1. Luasnya permukaan, dan
2. Kecepatan difusi.
Umumnya zat dg molekul besar (As. Sitrat) kecepatan larut lebih
kecil dibanding dg molekul yg kecil (Kalium lodidum).
Dengan memperluas permukaan (digerus), meningkat- kan kelarutan.
Pemanasan, meningkatkan kelarutan, juga menaikkan kecepatan
difusi.
CARA MELARUTKAN ZAT:
1. Zat mudah larut, dilarutkan dalam botol;
2. Zat sukar larut dilarutkan dgn pemanasan;
3. Zat yg akan membentuk hidrat, air dimasukkan
lebih dahulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk
senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya; 4. Zat yang meleleh dalam
air panas, saat melarutkan dalam erlenmeyer, digoyang-goyang atau
dikocok;
5. Zat yang mudah terurai pada pemanasan, tidak boleh dilarutkan
dengan pemanasan, jadi dilarutkan secara dingin;
kan dalam botol tertutup & dipanaskan serendah- rendahnya sambil
digoyang-goyangkan;
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah
larut semua, dilakukan dalam tabung reaksi lalu kemudian dibilas;
8. Pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu
zat, bukan untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin,
akan terjadi endapan.
Hal ini perlu dipperhatikan.
CARA PENYARINGAN
Alasan: Cairan yang diserahkan pada pasien harus jernih, kalau ada
kotoran harus disaring.
1. Obat minum atau kulit: menggunakan kapas hidrofil;
2. Obat cuci mata atau tetes mata: kertas saring yang cocok;
3. Untuk Injeksi, pakai saringan gelas (G3 atau G4);
4. Larutan zat oksidator, dengan saringan gelas, asbes, atau glas wol
untuk menghindari reduksi zatnya;
5. Larutan koloidal, tidak disaring, bila diperlukan diendap kan &
dituang larutan yang jernih.
Caranya: Pada corong diletakkan kapas hidrofil / kertas saring, lalu
dituangkan larutan yang akan disaring
MACAM-MACAM LARUTAN
1. Larutan pekat dan larutan encer:
- Larutan pekat, solute lebih banyak dari solven;
- Larutan encer, solute lebih sedikit dari solven.
2. Larutan berdasarkan daya hantarnya (Elektrolit):
a. Larutan Elektrolit Kuat, semua terurai menjadi kation dan anion
(Contoh: HCI);
b. Larutan Elektrolit Lemah, tidak semua terurai menjadi kation dan
anion;
c. Larutan Non Elektrolit, tidak terurai menjadi ion-ionnya.
3. Larutan menurut kejenuhannya :
a. Larutan jenuh, mengandung solute yang larut dan berada dalam
keseimbangan;
b. Larutan sangat jenuh, larutan yang mengandung solute yang lebih
banyak daripada untuk larutan jenuhnya;
c. Larutan tidak jenuh, larutan yang mengandung solute yang lebih
sedikit daripada untuk larutan jenuhnya.
JENIS-JENIS LARUTAN
1. Larutan Zat Padat dalam Cairan: Dalam suatu zat padat,
molekul-molekul atau ion-ionnya tersusun dengan baik dan gaya
tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu larutan, gaya tarik
antar partikel solut dan solven harus baik. Seperti proses
larutnya gula dalam air.
Hal ini menunjukkan solute dari molekul polar akan lebih mudah larut
dalam solven polar juga. Tapi molekul- molekul polar tidak dapat
larut dalam pelarut non polar. Hal ini karena gaya tarik antar molekul-
molekul polar sangat kuat sehingga tidak bisa tertarik oleh solven non
polar.
2. Larutan Cairan dalam Cairan
Pada pembentukkan larutan cairan, dua macam zat dapat saling
bercampur/melarutkan jika keduanya mempunyai gaya tarik antara
molekulnya sama.
Proses terbentuknya suatu cairan larut dalam cairan lainnya yaitu
diperlukan tambahan energi untuk memisahkan masing-masing
molekul dari solute dan solvennya. Setelah solute dan solven yang
molekul- molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energi akan
kembali dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul solute
dan solven.setelah energyidilepaskan maka solute dan solven akan
bersatu memebentuk larutan.
KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah pelarut. Contoh :beberapa satuan konsentrasi adalah
molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara
itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai
encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
4. TEMPERATUR
a. Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan,
zat tersebut bersifat endoterm, panas.
b. Zat terlarut + pelarut + panas → larutan dinaikkan (bersifat
eksoterm), karena pada
kelarutannya menghasilkan panas. c. Zat terlarut + pelarut larutan +
panas Contoh:
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
5. SALTING OUT
a. Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan
zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh:
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl
dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air,
maka minyak atsiri akan memisah.
6. SALTING IN
- Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik
dengan penambahan suatu garam dalam larutannya.
Contoh:
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang
mengandung nicotinamidum karena terjadi penggaraman riboflavin +
basa NH.
7. PEMBENTUKAN KOMPLEKS
- Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat
yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh:
lodium larut dalam Kl atau Nal jenuh.
KI + I2 → Kl3
Hgl₂ + 2 KI K₂Hgl4
KECEPATAN KELARUTAN SUATU ZAT DIPENGARUHI OLEH:
- Ukuran partikel: makin halus solute, makin kecil ukuran partikel;
makin luas solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat
larut.
- Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan
solute.
- Pengadukan
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau berbentuk emulsi atau suspensi.
ELIXIR
Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis,
pengawet, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan
sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol.
Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Elixir dapat pula
ditambah kan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
ELIKSIR
1. Eliksir, berupa sediaan cair yang mempunyai bau & rasa yang
sedap, selain mengandung obat, juga zat tambahan lain seperti gula
dan atau pemanis lainya, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet,
diguna-kan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama biasanya etanol,untuk me- ningkatkan
kelarutan obat, dapat ditambah gliserol, sorbitol & propilen glikol,
sebagai pengganti gula bisa digunakan sirup gula (FI Ed III)
2. Eliksir biasanya kurang manis & kurang kental bila dibandingkan
dengan Sirup, karena mengandung gula lebih sedikit.
Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat, baik
yang larut dalam air maupun alkohol dalam larutan eliksir.
Eliksir lebih mudah dibuat, maka lebih disukai dibanding sirup,
banyaknya jumlah etanol terendah
3% dan tertinggi 44%, biasanya antara 5-10%.
Pemanis biasanya gula/sirup gula, tapi kadang-kadang Sorbitol,
Glycerinum dan Saccharinum (terbatas).
SIRUP
Adalah Sediaan cair berupa larutan yangmengandung gula (sakarosa)
kecuali dinyatakanlain, kadar gula (C12H22O11) tidak boleh kurang
dari 64% dan tidak boleh lebih dari 66%.
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula cair kadar tinggi.
Bentuk sediaan sirup, telah dikenal sebagai bentuk sediaan obat sejak
masa Arab kuno yang dikenalkan oleh Avicenna, ahli farmasi
berkebangsaan Arab.
Nama sirup diduga berasal dari kata "Sirab" (bahasa Arab) yang
artinya adalah sari pati gula.
KOMPONEN SIRUP
1. Gula, biasanya Sukrosa (C12H22O11);
2. Pengawet, antimikroba :
a. Asam Benzoat 0,1 - 0,2%;
b. Nipagin-Nipasol 0,1 - 0,2%;
c. dsb.
3. Zat pemberi rasa (Corigens Saporis / Flavoring Agent):
a. Minyak Jeruk (Volatile);
b. Vanili, dsb.
4. Zat pemberi warna (Corigens Coloris).
INHALATIONES
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut atau
disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.
Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat
mencapai bronkhioli.
Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
Penandaan: Pada etiket ditulis "Kocok dahulu"
EPITHEMA/OBAT KOMPRES
Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat
yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan
tekanan osmose, digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.
Contoh: Sol Rivanol, campuran Borwater- rivanol

Anda mungkin juga menyukai