Anda di halaman 1dari 11

POIN-POIN

1. Definisi larutan
Jawab =
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci, 1985).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat)
yang terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling
bercampur. Oleh karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara
merata maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut
diencerkan atau dicampur.
(Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)

2. Mekanisme larutan dan istilah kelarutan


Jawab =
a. Pelarut polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pela rut yaitu oleh
momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat ter larut ionik dan zat polar lainnya.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain. Pelarut polar seperti air ber
tindak sebagai pelarut.
Menurut mekanisme berikut :
 Disebabkan karena tingginya tetapan dielektrik air yaitu sekitar 80 untuk air,
pelarut polar mengurangi gaya tarik menarik antara ion dalam kristal yang
bermuatan berlawanan seperti natrium klorida, kloroform, mempunyai tetapan
dielektrik 5 dan bensena 1 atau 2 oleh karena itu senyawa ionik praktis tidak
larut dalam pelarut ini.
 Pelarut polar memecah ikatan kovalen dari elektrik kuat dengan reaksi asam
basa karena pelarut ini amfiprotik sebagai contoh airmenyebabkan ionisasi HCI
sebagai berikut HCI + H₂O H3O + CI
Asam organik lemak kelihatannya tidak akan terionisasi oleh air, disini dikenal
istilah kelarutan parsial sebagai pengganti pembentukan ikatan hidrogen
dengan air tetapiphenol dan asal karboksilat mudah larut dalam larutan basah
kuat
 Akhirnya pelarut polar mampu mengsolvasi molekul dalam ion dengan adanya
gaya interaksi dipol, terutama membentuk ikatan hydrogen yang menyebabkan
kelarutan dari senyawa tersebut. Zat terlarut harus bersifat polar karena
seringkali harus bersaing untuk mendapatkan tempat dalam struktur pelarut
apabila muatan dalam molekul pelarut tersebut telah berionisasi.
 Interaksi ion dipol antara garam Na dari asam oleat dengan air
b. Pelarut non polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon, berbeda dengan
zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara
ion-ion elektrolit kuat dan lemah karena tela pan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang ber
ionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut
aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hi drogen dengan non elektrolit.
Olehkarena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut non polar.
c. Pelarut semi polar
Pelarut semi polar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar se hingga menjadi
dapat larut dalamalkohol contohnya benzena yang mudah dapat di polarisasikan.
Kenyataansenyawa semipolardapat bertindak sebagai pelarut perantara yang
dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar.

Berdasarkan kekuatan fisikokimia:


a. Larutan mikromolekuker
Larutan ini seluruhnya terdiri dari unit-unit mikro yang mana dapat
berupa molekul atau ion seperti air, alkohol, ion Na, klorida sukrosa, gliserin,
dll Larutan yang mana ini juga termasuk larutan. kompenennya dimer, trimer,
atau bentuk ion berpasangan. Kriteria utama yang membedakan larutan
mikro molecular dan kelas lain adalah ukuran dari unit zat terlarut dari
pelarut. Secara umum ukurannya berkisar 1-100.
b. Larutan misellar.
Unit-unit zat terlarut dari sistem ini terdiri dari agregat-agregat (misel)
dari molekul-molekul atau ion zat terlarut. Penampakan visual larutan seperti
kejernihan dan kekentalan menyerupai larutan mikromolekuler tetapinilai
dan ukuran sifat fisiknya seperti tekanan uap, tekanan osmotik, konduktansi
lainnya menunjukkan standar yang berbeda dari larutan mikromolekuler.
Misel dan sistem ini didefenisikan sebagai polimolekul atau agregat polionik
yang dapat mencapai ukuran koloidal. Jadi larutan miselar mengacu pada
pada larutan dari campuran koloid koloid penting Miselar dalam farmasi
terletak pada daya larutannya dan kemiripan terhadap berbagai sistem
biologi.
c. Larutan mikromolekuler
Sistem ini zat terlarutnyaterdispersisecara molekuler seperti pada larutan
mikromolekuler. Larutan ini berbeda dengan larutan molekuler. Pada satu
aspek penting ukuran dan berat molekuler yang sama besarnya sehingga
sistemismemiliki sifat unik. Contoh: Larutan akasia, avicel, albumin, PVA dan
PVP Larutan ini sekarang dikenal sebagai monofasik sesungguhnya. Sistem
termodinamika stabil dankonsep lamadari pertimbangan sebagai dispersi
homogen dipercaya tidak akurat
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keralutan
Jawab :
1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Sedangkan zat terlarut yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya
senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah:
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat
tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak
larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses
kelarutannya menghasilkan panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Misalnya zat KOH dan K2SO4.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh
dipanaskan, misalnya:
 Zat-zat yang atsiri, Contohnya: Etanol dan minyak atsiri.
 Zat yang terurai, misalnya: natrium karbonat.
 Saturatio
 Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutaN
zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut itambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya:
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
(Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)

4. Aturan umum/persyaratan/karakteristik sediaan larutan

5. Penggolongan

6. Keuntungan dan kerugian


Jawab :
a. Keuntungan
1. Larutan sebagai campuran homogen sehingga zat aktifnya terdistribusi secara
merata dalam sediaan pengobatan. Hal ini memastikan keseragaman kadar
sediaan.
2. Dosis larutan dapat lebih mudah divariasikan karena dapat ditakar dengan
sendok takaran.
3. Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung ketika diberikan dalam bentuk
tablet/kapsul. Iritasi ini dapat dikurangi jika obat diberikan dalam larutan karena
faktor pengenceran.
4. Aksi obat lebih dipercepat karena diberikan dalam bentuk larutan jika
dibandingkan dengan serbuk dan tablet.
5. Mudah diberikan pewarna, pengaroma, dan pemanis sehingga memberikan
penampilan yang menarik.
6. Mudah diberikan pada anak-anak dan pada pasien yang sukar menelan obat.
7. Obat yang penggunaan luar lebih mudah dan merata dioleskan jika dicampur
dalam bentuk larutan.
8. Larutan dapat diberikan dengan takaran rumah tangga yang umum.
9. Kilauan jernih larutan menghasilkan penampilan yang menarik.
10. Keseragaman dosisnya pasti (berbeda dengan suspensi dan emulsi di mana
dosisnya tidak seragam mungkin terjadi jika pasien tidak mengocok botolnya
dengan baik).
11. Larutan relatif lebih aman untuk digunakan seperti pada KI dan bromida yang
menyebabkan iritasi lambung jika dalam bentuk kering seperti serbuk dan
tablet.
(Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)
b. Kerugian
1. Rasa obat lebih terasa dalam larutan
2. Jumlah pelarutan dan kekentalan (fluiditas) memberikan bentuk pengobatan
yang kurang praktis dibawa dibandingkan sediaan kering atau pekat seperti
serbuk atau tablet Stabilitas obat dapat mengalami penurunan dalam sediaan
larutan karena proses solvolisis,hidrolisis dan oksidasi, oleh karena itu larutan
memiliki waktu kadaluarsa yang lebih cepat dibandingkan sediaan padat.
3. Kapsul atau tablet lebih muda dibawa dibandingkan larutan.
4. Larutan memerlukan wadah
5. Beberapa obat karena bau dan rasanya yang buruk sangat sulit dibuat larutan
yang cocok
6. Tidak stabil dalam air
7. Massa dan sifat air larutan adalah 2 kerugian utama dari larutan
8. Lebih besar kemungkinannya untuk mengalami degradasi dan berinteraksi
antara bahan-bahannya dibandingkan
9. sediaan padat
10. Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan dimana larutan oral diberi
pengaroma
11. Kurang stabil dibandingkan bentuk sedian padat karena perubahan yang
merusak lebih sering terjadi dalam larutan
12. Rasa yang tidak enak sulit untuk di tutupi
13. Terlalu besar sehingga sulit dibawa kemana mana
14. Membutuhkan sendok untuk menakar dosisnya
15. Kerusakan yang tidak sengaja mengakibatkan isinya tidak lengkap dan
berkurang.
16. Beberapa obat memiliki kelarutan yang rendah, oleh karena itu penting
menambahkan kosolven atau merubah bentuk bahan aktifnya (alkaloid bebas
atau bentuk garam)
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)

7. Komposisi larutan
Jawab =
1. Zat-zat aktif
2. Pembawa
a. Air
b. Air aromatic
c. Etanol
d. Propilenglikol
3. Zat tambahan
a. Penstabil kimia
b. Pewarna
c. Pengaroma
d. Pengawet
e. Pemanis dan antioksi

1. Bahan aktif
bahan aktif yang digunakan pada untuk larutan tergantung pada indikasi
penyakit yang akan di obati pada umumnya larut dalam air adapun kalau kurang
larut ditambahkan kosolven atau diubah dalam bentuk garam
2. Pembawa yang sering digunakan adalah air, etanol, propilenglikol air aromatic,
tergantung dari sifat kepolaran dari zat aktif.
3. Bahan tambahan untuk sediaan cair
a. Pengaroma
 Pemberi rasa dan pengaroma dalam sediaan farmasetik merupkan komponen
yang sangat penting pada sediaan cair termasuk didalamnya untuk sediaan oral
yang digunakan untuk menutupi rasa yang tidak disukai dari obat. Hampir
semua sirup dit ambahkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (misalnya vak jeruk). Vanili
dan lain-lain Penentuan pemberi rasa yang cok tidak mudah sehingga
memerlukan beberapa petunjuk Benkut pada tabel akan menunjukkan salah
satu petunjuk pemili ban pemberi rasa disesuaikan dengan empat rasa dasar
(asin, pahit, manis dan asam)
 Merupakan campuran sensasi rasa, bau Tujuan diberi pengaroma agar pasien
dapat proses dan obat maka larutan mempunyai nilai estetik Proses
menganggap sediaan farmasi tersebut aman dan efektif berdasarkan bentuk,
warna, bau dan pembungkusnya campuran beberapa pengaroma lebih baik
dari pada tunggal
 Antibiotik Cherry, maple, nenas, jeruk, raspberry, pisang-nenas, pisang-vanila,
gula-gula-maple, pudding kelapa, strawberry vanila, pudding-lemon, pudding-
cherry, buah kayu manis
 Antihistamin apricot, kismis hitam, cherry, kayu manis, pudding anggur, madu,
limau, loganberry, peach-jeruk, peach-rum
 Barbiturat pisang-nanas, pisang-vanila, kismis hitam, minyak permen kayu
manis, strawberry-grenadin, limau, jeruk, peach jeruk, rutbir
 Dekongestan dan ekspektoran minyak adas manis, apricot, kismis hitam, gula-
gula, cherry, pudding kelapa, pudding mint strawberry, peach grenadine,
strawberry, lemon, maple, jeruk,, merica, peach jeruk, nanas, raspberry, jeruk
keprok
 Larutan elektrolit cherry, anggur, lemon-limau, raspberry, sirup cherry
 Geriatrik kismis hitam,strawberry, limau, anggur, cherry.
b. Bahan pewarna
Sediaan farmasi ditambahkan pewarna dan pengaroma
Diberi pewarna untuk beberapa alasan :
 Untuk meningkatkan penerimaan sediaan farmasi pada pasien
 Untuk memberikan peringatan
 Untuk identifikasi
 Untuk menghasilkan sediaan standar
Umumnya digunakan zat warna yang berhubungan dengan pemberi rasa
yang digunakan (misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat),
pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil pada kisaran pH sirup. Pewarna
juga digolongkan kedalam kelompok karotenoid, klorofil, antosianin dan
kelompok lainnya yaitu riboflavin, karamel dan ekstrak akar bit. Untuk pewarna
sinetik pewarna yang bersifat larut air dan disetujui oleh badan hokum negara
setempat sebagai pewarna makanan dan minuman.
Pewarna campuran bahan farmasi semata-mata untuk memberi warna pada
sediaan farmasi untuk makanan dan minuman serta obat. Fungsi pewarna
untuk tujuan artistik dan memberikan efek psikologi terhadap pasien.
Pewarna terbagi 3:
1. Pewarna alami
2. Pewarna buatan/ sintetik
3. Zat warna
c. Bahan Pemanis (Sweeting Agent)
Pemanis merupakan komponen yang tidak dapat dihilangkan pada
beberapa larutan oral, khususnya yang mengandung bahan yang rasanya pahit
atau rasa-rasa lainnya yang tidak diterima. Pada kenyataannya bahan pemanis
merupakan bahan padat yang paling besar porsinya pada kebanyakan larutan
oral. Pemanis sering diklasifikasikan menjadi pemanis bergizi (berkalori) dan
pemanis non-gizi (non-kalori). Pemanis digunakan untuk menutupi rasa pahit
atau tidak enak dari bahan-bahan. Pemanis merupakan bahan penting pada
sediaan padat dan sediaan cair. Pemanis yang paling umum digunakan untuk
salulosa, sorbitol, manitol, sakarin dan aspartam.
d. Pengawet
Pengawet adalah bahan-bahan yang ditambahkan dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, dan untuk menghindari kerusakan sediaan dari
mikroorganisme.
Penyiapan larutan oral khususnya produk farmasetik non-steril sangat
mudah terkontaminasi miroorganisme. Pemilihan pengawet tentunya harus
memenuhi beberapa kriteria agar bisa diterima. Faktor utama yang harus
dipenuhi yaitu harus aman dan hamper tidak toksik setelah pemberian secara
oral. Tidak ada pengawet yang ideal. Pemilihan harus berdasarkan sifat dasar
bahan-bahan yang akan diformulasi, menyeimbangkan dengan efikasi
antimikroba untuk amannya. Pengawet antimikroba digolongkan menjadi 4
kelompok: asam, netral, merkuri dan ammonium kuartener. Pengawet asam
yang paling banyak digunakan untuk sediaan oral, seperti ester-ester dari p-
hidroksibenzoat dan garam-garam dari asam benzoat.
Tiga kelompok pengawet lainnya biasanya digunakan untuk sediaan
optalmik, nasal dan parenteral, bahan aktif farmasetik tidak jarang juga
digunakan pada sediaan oral.
Pengawet yang ideal secara kualitatif.
1. Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme,
2. Harus stabil secara fisik, kimia, dan mikroorganisme selama masa berlaku
produksi.
3. Harus tidak toksis, tidak mensensititasi, larut dan dapat bercampur dengan
komponen lain dari formula.
Contoh Pengawet
Metil paraben 0,05-0,25%, Propil paraben 0,02%, klorobutanol, etilendiamin
Efisiensi pengawet dapat diperbaharui dengan penambahan propilenglikol
2,5%.
e. Pengental
Aliran dari larutan penting dalam pemberian sediaan dan dosis maka
pengontrolan kekentalan diharuskan untuk mencegah larutan tumpah pada
saat yang sama mendapatkan dosis yang tepat. Beberapa bahan pengental
yang dapat digunakan antara lain karboksimetil selulosa, polivinilpirolidin dan
gula.
Interaksi antara pengental dan bahan yang lain dalam sediaan maka
penggunaan pengental sebaiknya diujikan pada akhir formulasi dan setelah
melewati masa penyimpanan produk. Selain itu sistem yang terlalu kental dapat
menghalangi pelepasan obat dan absoprsinya sehingga diperluka perhatian
khusus dalam pemilihan pengental.
f. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam
dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat. Antioksidan bekerja
melindungi sel dan jaringan sasaran dengan cara:
1. Memusnahkan (scavenge) radikal bebas secara enzimatik atau dengan
reaksi kimia langsung.
2. Mengurangi pembentukan radikal bebas.
3. Mengikat ion logam yang terlibat dalam pembentukan spesies yang reaktif
(transferrin,seruloplasmin,albumin).
4. Memperbaiki kerusakan sasaran
5. Menghancurkan molekul yang rusak dan menggantinya dengan yang baru.
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)
8. Bahan pembantu sediaan larutan & persyaratan bahan pembantu

9. Metode pembuatan
Jawab =
Metode pembuatan sediaan larutan (sirup)
Sirup disiapkan dengan berbagai cara, pemilihan metode tergantung dari sifat fisik
dan kimia dari bahan yang dimasukkan. Proses pembuatan sirup.
1. Larutan yang diaduk dengan bantuan panas
Metode ini umumnya untuk membuat sirup yang unsurnya tidak menguap atau
tidak rusak oleh pemanasan, dan kemudian didinginkan untuk membuat sirup
dengan cepat. Sukrosa umumnya dilarutkan dalam air murni atau larutan encer
lainnya dan dipanaskan sampai gula larut, kemudian ditambahkan air murni
secukupnya untuk membuat volume atau berat yang diinginkan. Penggunaan panas
membantu melarutnya gula dan komponen sirup lainnya dengan cepat, akan
tetapiharus hati-hati menggunakan panas yang berlebihan. Sukrosa, suatu disakarida,
mungkin terurai menjadi monosakarida, dekstrosa dan fruktosa. Reaksi hidrolisis ini
dikenal dengan inversi. Bila inversi terjadi kemanisan sirup berubah, karena gula
invert lebih manis dari sukrosa dan warna sirup normal bertambah gelap. Bila sirup
dipanaskan sangat berlebihan, maka akan menjadi berwarna kuning kecoklatan
karena pembentukan karamel dari sukrosa. Kemungkinan penguraian oleh panas
maka sirup tidak dapat disterilkan dengan autoklaf
2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
Untuk menghindari panas yang merangsang inversi sukrosa, sirup dapat dibuat
tanpa pemanasan dengan pengadukan. Proses ini digunakan pada kasus dimana
pemanasan dapat menyebabkan berkurangnya zat aktif atau zat yang mudah
menguap. Sehingga dapat dilakukan dengan mengocok larutan dengan bahan aktif
dengan cepat. Metode ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya digunakan dalam
metode persiapan dan berbagai sediaan. Proses pengadukan memerlukan waktu
yang lebih lama daripada dengan metode pemanasan tetapiproduk yang dihasilkan
mempunyai kestabilan yang maksimal.
3. Penambahan larutan obat dalam larutan
Metode ini ditempatkan dalam kasus ini yang mana seperti ekstrak cair, tinktur
atau cairan lainnya, digunakan sebagai sumber zat aktif dalam pembuatan sirup,
Tinktur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan bahan yang larut dalam alkohol
dan dibuat dengan tambahan beralkohol atau hidroalkohol. Komponen yang larut
dalam alkohol dibutuhkan sebagai zat aktif, tinktur atau ekstrak kental ini dapat
ditambahkan langsung ke sirup biasa atau kesirup pemberi rasa sebagai obat. Akan
tetapibila komponen-komponen tersebut umunya dihilangkan dengan mencampur
tinktur atau ekstrak kental dengan air dan dibiarkan sampai zat-zat yang tidak larut
dalam air terpisah sempurna lalu menyaringnya. Filtrat merupakan cairan obat yang
kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup.
4. Perkolasi
Dalam cara perkolasi sukrosa dapat diperkolasi untuk membuat sirup atau
sebagai sumber komponen obat yang diperkolasi sehingga menjadi ekstrak lalu
ditambahkan sukrosa atau sirup. Cara yang terakhir meliputi dua proses yang
berbeda, yaitu pembuatan ekstrak obat terlebih dahulu dan kemudian pembuatan
sirup. Untuk pembuatan sirup dengan perkolasi sukrosa, air murni atau larutan dari
cairan obat, atau cairan pemberi rasa dibiarkan untuk melewati kolom Kristal sukrosa
dengan lambat untuk melarutkannya. Perkolat ditampung dan dikembalikan kedalam
alat perkolasi sesuai kebutuhan sampai semua sukrosa terlarut. Terdapat gumpalan
kapas pada dasar kolom cukup rapat untuk mencegah gula larut lewat bebas. Bila
semua sukrosa telah dilarutkan, air murni tambahan dilewatkan melalui kapas pada
perkolator untuk membilas sisa-sisa sirup dalam perkolat hingga diperoleh volume
akhir yang diinginkan.
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)

10. Evaluasi sediaan larutan


Jawab =
a. Organoleptis
Meliputi bentuk, warna, rasa dan bau dari sediaan sirup sehingga diketahui tampilan
dari sediaan tersebut dalam keadaan baik. Dilakukan dengan cara melihat warna,
mencium bau dan mencoba rasa dari sirup.
b. Massa Jenis
Menurut literatur, massa jenis sirup yang baik yaitu 1,3 g/mL. Pengukuran massa
jenis dilakukan dengan cara piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang,
kemudian air suling dimasukkan kedalam piknometer dan ditimbang beratnya,lalu
piknometer dibersikan dan dikeringkan. Ditentukan menggunakan persamaan :
ρ= c-a xρ
b–a
c. Uji Volume Terpindahkan
Uji volume terpindahkan dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dalam hal
ini sirup jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan sesuai yang
tertera pada etiket. Volume sirup yang diperoleh tidak kurang dari 95% (Farmakope
Indonesia IV, 1995). Uji ini dilakukan dengan cara yaitu sediaan sirup dimasukkan
kedalam botol 60 mL yang sebelumnya telah dikalibrasi, lalu tuang kembali kedalam
gelas ukur. Catat volumenya.
d. Pengukuran pH
Uji pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil
dari larutan menunjukan bahwa proses distribusi dari bahan aktif dalam sediaan merata.
Nilai pH yang dianjurkan untuk sediaan sirup adalah berkisar 4–8 (Farmakope Indonesia
IV, 1995). Uji pH dilakukan dengan mencelupkan kertas pH universal kedalam sirup
kemudian dicatat pH dari sirup tersebut.

Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sirup Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica Charantia L.)
Jurnal Farmasi Sandi Karsa (Jfs)
11. Bahan pengemas (pewadahan) sediaan
Jawab =
Pewadahan untuk Sediaan Cair
Wadah terdiri dari botol gelas atau kaca dan plastic
1. Botol dicuci dengan air bebas mineral kemudian keringkan botolmdalam oven 100°C
selama 2 jam
2. Botol plastik dicuci dan dikeringkan dengan cara di blow dengan compresed air.
Untuk tutup botol cuci dengan air murni lalu alkohol 70% keringkan dengan oven
suhu 50°C -60°C selama 4 jam.

Pengemasan untuk larutan (sediaan cair)


1. Botol dicuci dengan air bebas mineral kemudian keringkan botol dalam oven 100°C
selama 2 jam
2. Botol plastik dicuci dan dikeringkan dengan cara di blow dengan compresed air.
3. Untuk cap botol cuci dengan air murni lalu alkohol 70% keringkan dengan oven suhu
50°C -60°C selama 4 jam.
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)

Anda mungkin juga menyukai