1. Definisi larutan
Jawab =
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci, 1985).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat)
yang terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling
bercampur. Oleh karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara
merata maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut
diencerkan atau dicampur.
(Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)
5. Penggolongan
7. Komposisi larutan
Jawab =
1. Zat-zat aktif
2. Pembawa
a. Air
b. Air aromatic
c. Etanol
d. Propilenglikol
3. Zat tambahan
a. Penstabil kimia
b. Pewarna
c. Pengaroma
d. Pengawet
e. Pemanis dan antioksi
1. Bahan aktif
bahan aktif yang digunakan pada untuk larutan tergantung pada indikasi
penyakit yang akan di obati pada umumnya larut dalam air adapun kalau kurang
larut ditambahkan kosolven atau diubah dalam bentuk garam
2. Pembawa yang sering digunakan adalah air, etanol, propilenglikol air aromatic,
tergantung dari sifat kepolaran dari zat aktif.
3. Bahan tambahan untuk sediaan cair
a. Pengaroma
Pemberi rasa dan pengaroma dalam sediaan farmasetik merupkan komponen
yang sangat penting pada sediaan cair termasuk didalamnya untuk sediaan oral
yang digunakan untuk menutupi rasa yang tidak disukai dari obat. Hampir
semua sirup dit ambahkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (misalnya vak jeruk). Vanili
dan lain-lain Penentuan pemberi rasa yang cok tidak mudah sehingga
memerlukan beberapa petunjuk Benkut pada tabel akan menunjukkan salah
satu petunjuk pemili ban pemberi rasa disesuaikan dengan empat rasa dasar
(asin, pahit, manis dan asam)
Merupakan campuran sensasi rasa, bau Tujuan diberi pengaroma agar pasien
dapat proses dan obat maka larutan mempunyai nilai estetik Proses
menganggap sediaan farmasi tersebut aman dan efektif berdasarkan bentuk,
warna, bau dan pembungkusnya campuran beberapa pengaroma lebih baik
dari pada tunggal
Antibiotik Cherry, maple, nenas, jeruk, raspberry, pisang-nenas, pisang-vanila,
gula-gula-maple, pudding kelapa, strawberry vanila, pudding-lemon, pudding-
cherry, buah kayu manis
Antihistamin apricot, kismis hitam, cherry, kayu manis, pudding anggur, madu,
limau, loganberry, peach-jeruk, peach-rum
Barbiturat pisang-nanas, pisang-vanila, kismis hitam, minyak permen kayu
manis, strawberry-grenadin, limau, jeruk, peach jeruk, rutbir
Dekongestan dan ekspektoran minyak adas manis, apricot, kismis hitam, gula-
gula, cherry, pudding kelapa, pudding mint strawberry, peach grenadine,
strawberry, lemon, maple, jeruk,, merica, peach jeruk, nanas, raspberry, jeruk
keprok
Larutan elektrolit cherry, anggur, lemon-limau, raspberry, sirup cherry
Geriatrik kismis hitam,strawberry, limau, anggur, cherry.
b. Bahan pewarna
Sediaan farmasi ditambahkan pewarna dan pengaroma
Diberi pewarna untuk beberapa alasan :
Untuk meningkatkan penerimaan sediaan farmasi pada pasien
Untuk memberikan peringatan
Untuk identifikasi
Untuk menghasilkan sediaan standar
Umumnya digunakan zat warna yang berhubungan dengan pemberi rasa
yang digunakan (misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat),
pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil pada kisaran pH sirup. Pewarna
juga digolongkan kedalam kelompok karotenoid, klorofil, antosianin dan
kelompok lainnya yaitu riboflavin, karamel dan ekstrak akar bit. Untuk pewarna
sinetik pewarna yang bersifat larut air dan disetujui oleh badan hokum negara
setempat sebagai pewarna makanan dan minuman.
Pewarna campuran bahan farmasi semata-mata untuk memberi warna pada
sediaan farmasi untuk makanan dan minuman serta obat. Fungsi pewarna
untuk tujuan artistik dan memberikan efek psikologi terhadap pasien.
Pewarna terbagi 3:
1. Pewarna alami
2. Pewarna buatan/ sintetik
3. Zat warna
c. Bahan Pemanis (Sweeting Agent)
Pemanis merupakan komponen yang tidak dapat dihilangkan pada
beberapa larutan oral, khususnya yang mengandung bahan yang rasanya pahit
atau rasa-rasa lainnya yang tidak diterima. Pada kenyataannya bahan pemanis
merupakan bahan padat yang paling besar porsinya pada kebanyakan larutan
oral. Pemanis sering diklasifikasikan menjadi pemanis bergizi (berkalori) dan
pemanis non-gizi (non-kalori). Pemanis digunakan untuk menutupi rasa pahit
atau tidak enak dari bahan-bahan. Pemanis merupakan bahan penting pada
sediaan padat dan sediaan cair. Pemanis yang paling umum digunakan untuk
salulosa, sorbitol, manitol, sakarin dan aspartam.
d. Pengawet
Pengawet adalah bahan-bahan yang ditambahkan dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, dan untuk menghindari kerusakan sediaan dari
mikroorganisme.
Penyiapan larutan oral khususnya produk farmasetik non-steril sangat
mudah terkontaminasi miroorganisme. Pemilihan pengawet tentunya harus
memenuhi beberapa kriteria agar bisa diterima. Faktor utama yang harus
dipenuhi yaitu harus aman dan hamper tidak toksik setelah pemberian secara
oral. Tidak ada pengawet yang ideal. Pemilihan harus berdasarkan sifat dasar
bahan-bahan yang akan diformulasi, menyeimbangkan dengan efikasi
antimikroba untuk amannya. Pengawet antimikroba digolongkan menjadi 4
kelompok: asam, netral, merkuri dan ammonium kuartener. Pengawet asam
yang paling banyak digunakan untuk sediaan oral, seperti ester-ester dari p-
hidroksibenzoat dan garam-garam dari asam benzoat.
Tiga kelompok pengawet lainnya biasanya digunakan untuk sediaan
optalmik, nasal dan parenteral, bahan aktif farmasetik tidak jarang juga
digunakan pada sediaan oral.
Pengawet yang ideal secara kualitatif.
1. Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme,
2. Harus stabil secara fisik, kimia, dan mikroorganisme selama masa berlaku
produksi.
3. Harus tidak toksis, tidak mensensititasi, larut dan dapat bercampur dengan
komponen lain dari formula.
Contoh Pengawet
Metil paraben 0,05-0,25%, Propil paraben 0,02%, klorobutanol, etilendiamin
Efisiensi pengawet dapat diperbaharui dengan penambahan propilenglikol
2,5%.
e. Pengental
Aliran dari larutan penting dalam pemberian sediaan dan dosis maka
pengontrolan kekentalan diharuskan untuk mencegah larutan tumpah pada
saat yang sama mendapatkan dosis yang tepat. Beberapa bahan pengental
yang dapat digunakan antara lain karboksimetil selulosa, polivinilpirolidin dan
gula.
Interaksi antara pengental dan bahan yang lain dalam sediaan maka
penggunaan pengental sebaiknya diujikan pada akhir formulasi dan setelah
melewati masa penyimpanan produk. Selain itu sistem yang terlalu kental dapat
menghalangi pelepasan obat dan absoprsinya sehingga diperluka perhatian
khusus dalam pemilihan pengental.
f. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam
dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat. Antioksidan bekerja
melindungi sel dan jaringan sasaran dengan cara:
1. Memusnahkan (scavenge) radikal bebas secara enzimatik atau dengan
reaksi kimia langsung.
2. Mengurangi pembentukan radikal bebas.
3. Mengikat ion logam yang terlibat dalam pembentukan spesies yang reaktif
(transferrin,seruloplasmin,albumin).
4. Memperbaiki kerusakan sasaran
5. Menghancurkan molekul yang rusak dan menggantinya dengan yang baru.
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)
8. Bahan pembantu sediaan larutan & persyaratan bahan pembantu
9. Metode pembuatan
Jawab =
Metode pembuatan sediaan larutan (sirup)
Sirup disiapkan dengan berbagai cara, pemilihan metode tergantung dari sifat fisik
dan kimia dari bahan yang dimasukkan. Proses pembuatan sirup.
1. Larutan yang diaduk dengan bantuan panas
Metode ini umumnya untuk membuat sirup yang unsurnya tidak menguap atau
tidak rusak oleh pemanasan, dan kemudian didinginkan untuk membuat sirup
dengan cepat. Sukrosa umumnya dilarutkan dalam air murni atau larutan encer
lainnya dan dipanaskan sampai gula larut, kemudian ditambahkan air murni
secukupnya untuk membuat volume atau berat yang diinginkan. Penggunaan panas
membantu melarutnya gula dan komponen sirup lainnya dengan cepat, akan
tetapiharus hati-hati menggunakan panas yang berlebihan. Sukrosa, suatu disakarida,
mungkin terurai menjadi monosakarida, dekstrosa dan fruktosa. Reaksi hidrolisis ini
dikenal dengan inversi. Bila inversi terjadi kemanisan sirup berubah, karena gula
invert lebih manis dari sukrosa dan warna sirup normal bertambah gelap. Bila sirup
dipanaskan sangat berlebihan, maka akan menjadi berwarna kuning kecoklatan
karena pembentukan karamel dari sukrosa. Kemungkinan penguraian oleh panas
maka sirup tidak dapat disterilkan dengan autoklaf
2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
Untuk menghindari panas yang merangsang inversi sukrosa, sirup dapat dibuat
tanpa pemanasan dengan pengadukan. Proses ini digunakan pada kasus dimana
pemanasan dapat menyebabkan berkurangnya zat aktif atau zat yang mudah
menguap. Sehingga dapat dilakukan dengan mengocok larutan dengan bahan aktif
dengan cepat. Metode ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya digunakan dalam
metode persiapan dan berbagai sediaan. Proses pengadukan memerlukan waktu
yang lebih lama daripada dengan metode pemanasan tetapiproduk yang dihasilkan
mempunyai kestabilan yang maksimal.
3. Penambahan larutan obat dalam larutan
Metode ini ditempatkan dalam kasus ini yang mana seperti ekstrak cair, tinktur
atau cairan lainnya, digunakan sebagai sumber zat aktif dalam pembuatan sirup,
Tinktur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan bahan yang larut dalam alkohol
dan dibuat dengan tambahan beralkohol atau hidroalkohol. Komponen yang larut
dalam alkohol dibutuhkan sebagai zat aktif, tinktur atau ekstrak kental ini dapat
ditambahkan langsung ke sirup biasa atau kesirup pemberi rasa sebagai obat. Akan
tetapibila komponen-komponen tersebut umunya dihilangkan dengan mencampur
tinktur atau ekstrak kental dengan air dan dibiarkan sampai zat-zat yang tidak larut
dalam air terpisah sempurna lalu menyaringnya. Filtrat merupakan cairan obat yang
kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup.
4. Perkolasi
Dalam cara perkolasi sukrosa dapat diperkolasi untuk membuat sirup atau
sebagai sumber komponen obat yang diperkolasi sehingga menjadi ekstrak lalu
ditambahkan sukrosa atau sirup. Cara yang terakhir meliputi dua proses yang
berbeda, yaitu pembuatan ekstrak obat terlebih dahulu dan kemudian pembuatan
sirup. Untuk pembuatan sirup dengan perkolasi sukrosa, air murni atau larutan dari
cairan obat, atau cairan pemberi rasa dibiarkan untuk melewati kolom Kristal sukrosa
dengan lambat untuk melarutkannya. Perkolat ditampung dan dikembalikan kedalam
alat perkolasi sesuai kebutuhan sampai semua sukrosa terlarut. Terdapat gumpalan
kapas pada dasar kolom cukup rapat untuk mencegah gula larut lewat bebas. Bila
semua sukrosa telah dilarutkan, air murni tambahan dilewatkan melalui kapas pada
perkolator untuk membilas sisa-sisa sirup dalam perkolat hingga diperoleh volume
akhir yang diinginkan.
(aisyah fatmawaty, michrun nisa, rahdia riski “Teknologi sediaan farmasi”)
Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sirup Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica Charantia L.)
Jurnal Farmasi Sandi Karsa (Jfs)
11. Bahan pengemas (pewadahan) sediaan
Jawab =
Pewadahan untuk Sediaan Cair
Wadah terdiri dari botol gelas atau kaca dan plastic
1. Botol dicuci dengan air bebas mineral kemudian keringkan botolmdalam oven 100°C
selama 2 jam
2. Botol plastik dicuci dan dikeringkan dengan cara di blow dengan compresed air.
Untuk tutup botol cuci dengan air murni lalu alkohol 70% keringkan dengan oven
suhu 50°C -60°C selama 4 jam.