Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


“ TITIK EUTEKTIKUM ”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
TRANSFER A 20
ASISTEN : MANSYUR

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk dan
sifat ikatan atom-atom sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk
mengetahui kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh
bahan pengotor, maka tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur
zat murni.
Komponen dalam duatu system merupakan jumlah minimum dari
spesis ang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan
komposisi setiap fase dalam suatu system, jika suatu system
mengandung satu atau lebih komponen dalam satu atau lebih fase pada
keadaan kesetimbangan.
Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat ditentukan
kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain
itu penentuan titik lebur dari suatu bahan obat juga digunakan dalam
pembuatan sediaan obat (terutama untuk obat yang diberikan melalui
rektal), dan diperlukan pada penentuan cara penyimpanan suatu sediaan
obat agar tidak mudah rusak pada suhu kamat/tertentu.
Melihat kegunaan dari penentuan titik eutektikum atau titik lebur suatu zat
padat ini, maka diadakan praktikumini dengan maksud agar mahasiswa
memahami cara penentuan titik lebur suatu senyawa obat.
I.2 Maksud Percobaan
Agar dapat mengetahui dan memahami cara penentuan titik lebur
dari suatu zat padat dengan alat thile
I.3 Tujuan Percobaan
Menentukan titik lebur dari zat padat yaitu asam salisilat dengan
menggunakan paraffin cair sebagai medium penghantar panas.
I.4 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan titik lebur suatu zat
berdasarkan penentuan titik eutektikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Titik eutektikum adalah suatu sistem dispersi padat yang memilki
suhu lebur paling rendah. Titik didih normal adalah temperature dimana
tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar yaitu 760 mmHg
(system terbuka) (Kosman, 2005).
Titik beku atau titik leleh dari senyawa murni adalah temperature
di mana fase padat dan fase cair berada dalam keseimbangan pada
tekanan atm. Keseimbangan di sini berarti kecenderungan zat padat
berubah menjadi wujud cair sama dengan kecenderungan terjadinya
proses sebaliknya, karena cairan dan padatan keduanya mempunyai
kecenderungan melepaskan diri yang sama. (Martin, 1990)
Sekarang jika zat terlarut dilarutkan dalam cairan pada titik tripel (air
bebas udara, dimana zat padat, zat cair dan uap ada dalam
keseimbangan, terletak pada tekanan 4,58 mm Hg dan temperature
0,0098oC), kecenderungan melepaskan diri atau tekanan uap pelarut cair
mengalami penurunan di bawah tekanan pelarut murni. Temperatur harus
turun dengan maksud menata kembali kesetimbangan antara cair dan
padat. Karena kenyataan ini, titik beku larutan selalu lebih rendah
daripada pelarut murni. Dianggap pelarut membeku dalam keadaan murni
daripada sebagai larutan padat yang mengandung zat terlarut. Apabila
komplikasi semacam ini muncul, perhitungan khusus, tidak diterangkan di
sini, harus dilakukan (Martin, 1990).
Paraffin mengkristal sebagai lapisan-lapisan tipis terdiri dari rantai-
ranmtai zig-zag yang tersusun secara parallel. Titik lebur senyawa
hidrokarbon normal yang jenuh bertambah tinggi dengan bertambahnya
bobot molekunya, sebab gaya Van der Waals yang terdapat diantara
molekul-molekul kristalnya menjadi semakin besar dengan bertambahnya
jumlah atom karbon. Titik lebur alkana dengan jumlah atom karbon genap
lebih tinggi dari pada titik lebur senyawa hidrokarbon. (Khopkar, 1990)
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir
peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau
membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada
saat hilangnya fase padat. Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat
melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang.
(Dirjen POM, 1979)
Metode untuk penentuan penurunan titik beku ini adalah metode
melting point. Melting point yaitu suhu di mana terjadinya perubahan  zat
padat menjadi cair dibawah tekanan 1 atmosfer atau  keadaan dimana
terjadinya keseimbangan antara fase padat dengan fase cair lainnya pada
suatu zat.
Hal itu terjadi karena panas diberikan ke zat padatan,  dapat
menyebabkan suhu meningkat  sampai titik leleh tercapai. Panas  yang
lebih tinggi akan menyebabkan perubahan padatan menjadi cairan tanpa
perubahan suhu (melting point).
Adapun keuntungan penentuan melting point  pada suatu zat 
padatan yaitu mengetahui/ mengidentifikasi komposisi dan unsur murni
yang terkandung, karena setiap benda padat memiliki melting point yang
khas dan berbeda.  Contoh aplikasinya yaitu penentuan melting point
pada Kristal untuk mengidentifikasi kemurnian senyawa dan unsur
tersebut.
Alat yang digunakan untuk mengetahui titik lebur suatu zat padat
dikenal sebagai Melting point Apparatus, alat ini mempermudah
menentukan  melting point suatu zat padat..
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-
faktor  yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh
adalah : 
1. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh
suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan,
maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya Sampel.
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat
lambatnya proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin
sedikit sampel yang digunakan maka semakin cepat proses
pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel
yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan Dalam Kapiler.
- Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara
api atau panas yang bertahan.
- Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik
leleh (Kosman, 2005).
II. 2 Uraian Bahan

1. Asam Salisilat (Dirjem POM,1979 Ed. III, hal 56 )


Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam salisilat
RM / BM : C7H6O3 / 138, 12
Suhu Lebur  :158,5o – 161o C
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih; hapir tidak berbau; rasa agak
manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P
dan dalam eter P ; larut dalam larutan amonium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat
P dan natrium sitrap P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Menthol (Dirjem POM,1979 Ed. III, hal 362)
Nama Resmi : MENTHOLUM
Nama Lain : Mentol
Suhu Lebur : 41 0C - 44 0C
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak
berwarna bau tajam seperti minyak permen, rasa
agak panas dan aromatic diikuti rasa dingin.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
Etanol 95 % P, dalam klorofom P, dalam eter P,
mudah larut dalam paraffin cair dan dalam
minyak atsir.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sampel
3.Paraffin cair (Dirjem POM,1979 Ed. III, hal 475 )
Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain : Parafin cair
Penyusun : Campuran hidrokarbon yang diperoleh dari
minyak mineral; sebaggai zat pemantap dapat
ditambahkan tokoferol atau butil hidroksitoluen
tidak lebih dari 10 bpj.
Bobot Jenis : 0,870 g/ml sampai 0,890 g/ml
Suhu lebur : 300 0C
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;
tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter
P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai media penghantar panas
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah pipa kapiler, termometer
beaker gelas, erlenmeyer, labu tile,termometer,seperangkat alat
pemanasan dan alat pelengkap pendukung lainnya.
III.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah Asam Salisilat, Mentol, dan
Parafin cair.
III.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbang Asam Salisilat-Mentol dengan beberapa perbandingan, 0,25
g : 0,1 g,0,3g : 0,5g , 0,5 g, : 0,3 g; 0,5 g:0,3 g, 0,1g : 0,25g,
Lalu campurkan hingga homogen (digerus).
3. Dibakar ujung pipa kapiler, masukkan campuran kedalam pipa kapiler
(ditotol) (1/2cm)
4. Diikat pipa kapiler pada termometer dan dimasukkan kedalam labu tile
yan telah berisi parafin cair.
5. Amati dan catat suhu pada saat meleburdan suhu pada saat telah
melebur keseluruhannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan


Perbandi Suhu Waktu
Suhu awal
ngan Melebur
As. Salisilat Menthol
0,25 g 0,1 g 300C 750C 40 detik
0,3 g 0,5 g 510C 1000C 25 detik
0,5 g 0,3 g 180C 1100C 3 menit
0,1 g 0,25 g 200C 950C 2 menit

IV.2 Pembahasan
Titik eutektikum adalah suatu sistem dispersi padat yang
memilikisuatuleburpaling rendah. Pada titik tersebut terjadi
kesetimbangan antara fase padat dan fase cairan. Campuran
eutektuk merupakan campuran dua atau lebih senyawa yang
melebur, secara serentak pada suhu yang sama dan yang terendah
duebat titik eutektikum atau suhu eutektik (zaini, dkk 2010).
Pada praktikum kali ini, halpertama yang kita lakukan yaitu
alat dan bahan disiapkan untuk percobaan ini, setelah itu ditimbang
bahan (asam salisilat dan menthol) dengan perbandingan (0,25:0,1,
0,3:0,5, 0,5:0,3, dan 0,1:0,25 g) kemudian digerus satu persatu
antara asam salisilat dan menthol (sesuai konsentrasi) dan setelah
digerus, dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan cara ditotolkan.
Setelah asam salisilat dan menthol (sesuai konsentrasi), kemudian
pipa kapiler yang berisi sampel diikat bersamaan dengan
termometer dengan menggunakan benang godam, dan
dimasukkan ke dalam labu tile yang telah di isi oleh paraffin cair
dan telah dipanaskan menggunakan bunsen. Setelah itu, diamati
suhu melebur dan suhu melebur keseluruhan dengan
menggunakan stopwatch agar dilihat dan dicatat waktu suhu
melebur pada menit keberapa pada termometer.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu untuk
perbandingan 1 (0,25:0,1) dan 3 (0,5:0,3) dimana perbandingan
asam salisilat lebih banyak dibandingkan mentol untuk hasil
perbandingan 1 yaitu didapatkan suhu melebur 30oC - 75oC
dengan durasi melebur 40 detik, untuk hasil perbandingan 3 yaitu
didapatkan suhu melebur 51oC - 100oC dengan durasi melebur 25
detik 03.25. hasil perbandingan ini sesuai dengan teori dimana
apabila titik lebur dari asam salisilat yang memiliki massa lebih
dibandingkan dengan mentol maka suatu peleburan akan lambat
hal ini disebabkan karena titik lebur dari asam salisilat 158,6oC
sedangkan mentol memiliki titik lebur 36-38oC. (Ditjen POM,1979)
Untuk hasil perbandingan 2 (0,3:0,5) dan 4 (0,1:0,25)
dimana perbandingan mentol lebih banyak dibandingkan asam
salisilat untuk hasil perbandingan 2 yaitu didapatkan suhu melebur
70oC - 76oC dengan durasi waktu melebur 2 menit, untuk hasil
perbandingan 4 yaitu didapatkan suhu melebur 70 oC - 75oC dengan
durasi waktu melebur 3 menit. hasil perbandingan ini tidak sesuai
dengan teori dimana apabila massa mentol lebih banyak
dibandingkan asam salisilat maka suatu peleburan akan cepat hal
ini disebabkan karena mentol merupakan bahan yang higroskopis
dan mudah melebur dengan titik lebur 36-38 oC. (Ditjen POM,1979).
Adapun faktor kesalahan yang disebabkan dari praktikum ini yaitu
termometer yang digunakan dalam kondisi yang kurang baik.
Dapat diketahui pada percobaan kali ini, dimana suhu lebur
zat adalah suhu pada zat tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukkan pada fase padat tepat menghilang. Jarak zat lebur
adalah jarak antara suhu awal dan akhir peleburan zat. Suhu awal
dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada
dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase
padat. (Sastrohamidjojo,2001).
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa titik lebur terendah pada perbandingan ke 3
dimana campuran asam salisilat dan menthol yaitu melebur pada
suhu awal 18oc dan suhu akhir > 1oc dengan diperoleh hasil
perbandingan asam salisilat : menthol yaitu 0,5 : 0,3.

V.2 Saran

Diharapkan kepada asisten agar selalu mendampingi


praktikannya pada saat praktikum berlangsung untuk mencegah
terjadinya faktor kesalahan pada saat praktikum berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.1979. “Farmakope Indonesia Edisi III.” Departemen


Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia.Departemen Kesehatan Republik


Indonesia:Jakarta.

Kosman,R.2005. “Kimia Fisika”. Universitas Muslim Indonesia. Makassar

Martin, A., Swabrick. 1990. Farmasi Fisika Edisi III. UI-Press : Jakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. “Kimia Dasar”. Gadjah Mada


University Pres : Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, hardjono 2013.Kimia Dasar.Gadjah MadaUniversity Pres


: Yogyakarta.

Satyajit D. Sarker dan Lutfur Nchar 2009.Kimia untuk MahasiswaFarmasi


Bahan Kimia Organik, Alam dan Umum. Pustakapelajar :
Yogyakarta.

Zainal.e . Naalita . R saluan dan kurniati I., 2010”karakteristik fitkimia dan


laju disolusi dispersi padat ibuprofendengan pembawwa polietiegli”
Jurnal RIS Kiw VOL 4
Lampiran
No Gambar Keterangan
1. Penimbangan awal
untuk menthol

2. Penimbangan ke 2
untuk menthol

3. Penimbangan ke 3
untuk menthol

4. Penimbangan ke 4
untuk menthol
5. Pada saat melakukan
pemanasan
Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang asam salisilat-mentol, lalu


digerus kemudian dicampur hingga
homogen

Dibakar Ujung pipa kapiler, lalu


masukkan campuran ke dalam pipa
kapiler

Diikat pipa kapiler pada thermometer dan


dimasukkan ke dalam labu tile yang berisi
paraffin cair

Amati dan catat suhu pada saat melebur dan suhu pada
saat telah melebur keseluruhannya

Anda mungkin juga menyukai