• Azmaul husna • Cindy egawati konda • Dyah Putri Ananda • Sem tandipayung • Grace prilia tiku T • Yesti Silamba Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M). Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Tiayu, S.I, 2009) Formula Tiap 12 gram mengandung: kojic acid 1 % (zat aktif) as. stearat 16% (emulgator) TEA 2% (emulgator) cetil alkohol 2% (emolient) DMSO 8% (peningkat penetrasi) cera alba 5% (Basis ) Propilenglikol 15% (humektan) DMDM 0,1% (pengawet) vit E. 0,01% (antioksidan) Aquadest. Add 12g Alasan penambahan bahan 1. Kojic acid dapat mengurangi hiperpigmentasi dengan menghambat produksi tyrosinase bebas dan juga antioksidan kuat. Kojic acid digunakan dengan konsentrasi 1-4 %. Aktivitas penghambatannya dilakukan oleh penghambatan aktivitas katekolase tyrosinase, yang merupakan enzim esensial dalam biosintesis pigmen melanin. Kojik acid bersifat hidrofilik, dimana pada sediaan krim konsentrasi maksimal yg digunakan adalah 1%. Efektifitas krim kojic acid dapat di tingkatka dengan menambah zat penetrasi (Majeed, 2008) 2. TEA & as. Stearat digunakan sebagai emulgator dimana penggunaan kombinasi ini dalam sediaan krim dapat menjadikan krim menjadi stabil dan lebih lunak sehingga nilai viskositasnya lebih rendah (kurniasih, 2016) 3. Cera alba digunakan untuk meningkatkan konsentrasi krim dan sediaan sebagai bahan dasar dengan konsentrasi yang direkomendasikan yaitu 5-20% (Rowe, 2009) 4. DMSO merupakan peningkat penetrasi yang bersifat higroskopik dan dapat menaikkan hidrasi pada stratum korneum dan menyebabkan kulit sangat permeable sehingga sediaan dapat lebih mudah menembus kulit. 5. Propilenglikol digunakan sebagai humektan dan penstabil pengawet serta basis pada fase air. Propilenglikol sebagai humektan dapat mempertahankan tingkat kandungan air dalam krim dengan mengurangi penguapan air sehingga krim lebih mudah menyebar dan tetap terjaga kelembapannya (Azkia, 2017) 1. Vitamin E sebagai antioksidan. Kandungan vitamin E adalah A-tokoferol yang bersifat lipofilik atau suka minyak yang berfungsi sebagai anti oksidan dan D-tokoferol yang mempunyai aktivitis biologis yang rendah. Vitamin E mampu melindungi sel dari Lerusakan oksidasi, menangkap radikal bebas yang sangat reaktil dan melindungi sel kulit dari kerusakan. Vitamin E juga berfungsi sebagai uv- protection yanl dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari yang dapat menyebabkan penuaan dini. Selain itu Vitamin E juga dapat berfungsi sebagai pelembab kulit. 2. DMDM hydantoin merupakan salah satu pengawet yang sudah banyak digunakan dalam industry kosmetik, pemilihan ini dikarenakan pengaet tersebut memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas dan larut dalam air serta cukup stabil pada rentang pH luas (Sutjahajokartiko, 2017) 3. Cetil alcohol digunakan kerena sifat emoliennya, dapat menyerap air dan pengemulsi. Cetil alcohol dapat meningkatkan stabilitas, tekstur dan meningkatkan konsistensi. Sifat emoliennya disebabkan oleh penyerapan dari retensi cetil alcohol di epidermis dimana ia melunasi dan melembutkan kulit sambil memberikan tekstur “beludru” yang khas (Rowe, 2009) 4. Aquadest digunakan sebagai pelarut fase air. Pembawa pada pembuatan obat dan sediaan farmasi (Rowe, 2009). Dan dapat digunakan untuk melarutkan zat-zat lainnya (Ansel, 1989) Perhitungan 1. 1. Kojic Acid 2. Cetil Alkohol 3. As. stearat 4. TEA 5. DMSO = 6. Cera Alba 7. Propilenglikol 8. DMDM 9. Alfatokoferol 10.Aquadest = 12 gram - (0,12+0,24+1,92+0,24+0,96+0,60+1,8+0,012+ 0,0012) = 12 - 5,8932 gram = 6,1068 gram Cara kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan 3. Dibuat fase minyak dengan melebur cera alba, asam stearate, cetil alcohol, TEA diatas tangas air dengan suhu 70 derajat C 4. Dibuat fase air dengan melarutkan DMDM hydantoin, DMSO, propilenglikol dengan suhu dipertahankan 70 derajat C 5. Dibuat basis krim dengan cara menambahkan fase minyak ke dalam fase air sambil diaduk hingga homogen sampai terbentuk emulsi yang homogen 6. Basis krim dibiarkan sampai suhu 55-45 derajat C 7. Kemudian ditambahkan asam kojatsedikit demi sedikitsambil diaduk hingga homogen 8. Ditambahkan alfa tokoferol diaduk hingga homogen 9. Dimasukkan kedalam wadah yang telah disediakan dan diberikan etiket 10. Dilakukan evaluasi sediaan krim Evaluasi sediaan • Uji organoleptic Pemeriksaan organoleptic meliputi bau, warna, dan tekstur. Pengujian dilakukan dengan replikasi pada masing-masing formula sebanyak tiga kali (dirjen POM, 1979) • Uji homogenitas Uji homogenitas bertujian untuk melihat dan mengetahui temperaturnya bahan-bahan sediaan (Juita, 2013). sebanyak 1 g krim dioleskan pada sekeping kaca transparan, kemudian diamati sediaan harus menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Lanjutan… • Uji pH uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sdiaan krim pada saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Standar pH Kulit normal yaitu 4,5-6,5 (juwita, 2013). Ditambahkan 1 g krim dan diencerkan dengan 10 ml aquades dan dimasukkan indicator pH. • Uji daya sebar uji daya sebar bertujian untuk mengetahui luasnya penyebaran krim pada saat dioleskan pada kulit. Persyaratan daya sebar yaitu 5-7 cm. timbang 0,5 g krim, lalu diletakkan dilempeng selama 1 menit dan diberi beban 50 g - 250 g. Lanjutan… • Uji daya lekat uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan krim melekat pada kulit. Persyaratan lebih dari 4 detik . Timbang 0,5 g krim dioleskan [ada plat kaca dan diberi beban seberat 250 g selama 5 menit. Beban diangkat dan dua plat kaca dilepas dan dicatat waktunya saat terlepas. • Uji stabilitas uji stabilitas bertujuan untuk menjamin setiap bahan yang didistribusiakan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun cukup lama dalam penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test. Krim disimpan pada suhu 40℃ selama 24 jam. Pengujian dilakukan selama 6 siklus, dimana tiap siklus diamati perubahan fisik krim meliputi organoleptic, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat. Lanjutan • Uji viskositas uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan yang dihasilkan. viskositas krim disyaratkan SNI adalah 2.000cp-50.000cp. Viskositas krim diukur dengan menggunakan viscometer Brookfield dan formula direplikasi 3 kali Kemasan & Etiket THANKS — KELOMPOK IV