Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

“KROMATOGRAFI KOLOM”

OLEH :

PUTRI WULANDARI RESKY ANANDA


N011 19 1066

KELOMPOK IV
GOLONGAN JUMAT SIANG

SEMESTER AWAL 2021/2022


LABORATORIUM ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LAPORAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :

a. Adsorption chromatography

b. Sixe-exclusion column chromatography

c. Ion-exchange column chromatography

Jawab :

a. Adsorption chromatography merupakan teknik kromatografi

yang menggunakan fase diam berupa solid, dimana analitnya

yang diadsorpsi sedangkan fase gerak dapat berupa gas atau

cair. Proses distribusi analit terjadi melalui adsorpsi desorpsi

antara dua fase tersebut. Kekuatan adsorpsi tergantung

dengan sifat gugus fungsional dimana gugus gugus fungsional

ini menentukan tingkat kepolaran. Proses adsorpsi dipengaruhi

oleh kekuatan ikatan antara solut dan adsorben dan kekuatan

untuk memisahkan solut dari adsorben (1).

b. Sixe-exclusion column chromatography merupakan metode

kromatografi yang memisahkan molekul menurut radius

hidrodinamiknya. Fase diam berupa bola, partikel berpori yang

memiliki ukuran yang terkontrol. Molekul dapat berdifusi

berdasarkan perbedaan ukurannya. Kromatografi ini disebut

juga kromatografi ekslusi dimana proses pemisahannya

bergantung pada ukuran partikel solute. Kromatografi ekslusi

dapat digunakan untuk memisahkan suatu senyawa dari


senyawa lain yang mempunyai berat molekul lebih rendah atau

tinggi, atau untuk memisahkan molekul-molekul yang

mempunyai berat molekul sama tetapi diameter berbeda (2).

c. Ion-exchange column chromatography merupakan teknik

kromatografi yang menggunakan fase diam resin pertukaran

ion (dapat berupa kation dan anion), sedangkan fase gerak

adalah cair. Pemisahan analit terjadi berdasarkan

kesetimbangan pertukaran ion. Interaksi hidrofobik berperan

penting dalam pemisahan pertukaran ion, terutama pada

kromatografi pertukaran ion (3).

2. Perhatikan gambar hasil KLT fraksi fraksi berikut

Jelaskan melalui gambar tersebut mengapa noda pada fraksi

nomor 1 dan 2 posisinya lebih tinggi dari noda pada nomor 5 dan

6?

Jawab :

Lempeng silika gel P60 F 254 merupakan fase diam yang bersifat

polar dan fase gerak yang digunakan berupa eluen dari campuran

n-heksan : etil asetat (4 : 1) yang memiliki kepolaran yang rendah


atau non polar (2). Adapun mengapa noda pada fraksi nomor 1 dan

2 posisinya lebih tinggi dari noda pada fraksi nomor 5 dan 6

dikarenakan fraksi nomor 1 dan 2 bersifat nonpolar sehingga

mengikuti fase gerak yang digunakan dan fraksi nomor 5 dan 6

memiliki sifat yang lebih polar sehingga akan tertahan pada fase

diam.

3. Dengan merujuk pada gambar di soal nomor 2, dapatkah Anda

menggabungkan beberapa fraksi? Jika iya, ada berapa fraksi yang

dapat kita peroleh setelah penggabungan? Berikan alasannya!

Jawab :

Berdasarkan gambar pada soal nomor 2 dapat dilihat beberapa

fraksi noda yang muncul pada plat. Fraksinasi dilakukan dengan

menggunakan pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya. Terdapat

beberapa fraksi yang dapat digabung berdasarkan nilai Rf yang

sama (4). Jika dilihat dari gambar pada nomor 2, fraksi yang

memiliki profil KLT yang sama adalah fraksi nomor 3 dan 4.

Sehingga kedua fraksi tersebut dapat digabungkan.

4. Jika suatu campuran protein yang memiliki kepolaran yang mirip

namun memiliki bobot molekul yang sangat berbeda, metode

kromatografi kolom apakah yang paling sesuai digunakan? Jelaskan

dengan singkat!

Jawab :

Jika suatu campuran protein yang memiliki kepolaran yang mirip


namun memiliki bobot molekul yang sangat berbeda, metode

kromatografi kolom apakah yang paling sesuai digunakan

kromatografi kolom filtrasi gel dengan matriks yang digunakan

adalah Sephadex G-50. Kromatografi kolom gel filtrasi memisahkan

ekstrak protein berdasarkan berat molekulnya. Matriks yang berupa

gel berpori akan menahan fraksi protein dengan berat molekul yang

lebih kecil, sedangkan fraksi dengan berat molekul yang lebih

besar akan terelusi terlebih dulu. Dengan kata lain, protein yang

terelusi pada fraksi-fraksi awal merupakan protein yang memiliki

berat molekul besar (5).


Daftar Pustaka

1. Wati, Nella. Peningkatan Kualitas Minyak Nilam Melalui Proses

Adsorpsi Menggunakan Adsorben γ-Alumina Dengan Sistem Flow.

Indonesian Journal of Chemical Research Volume 2, Nomor 1. 2014.

2. Susanti M. & Dachriyanus. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang:

Andalas University Press. 2014.

3. Idroes, R. dkk. Kromatografi Gas. Banda Aceh: Syiah Kuala University

Press. 2018.

4. Hainil S., Dayar A., Deddi P. Kajian Kimia Fraksi Etil Asetat dari Kulit

Batang Kayu Pahit (Picrasma Javanica Bl.). Jurnal Sains Farmasi &

Klinis, 2(1), 1-7. 2015.

5. Emawati E., Idar, Dewi K. Deteksi Protein Alergen Prevalbumin Pada

Ikan Tongkol Menggunakan Kromatografi Filtrasi Gel G-50 dan SDS-

Page. Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 3. 2018.


Lampiran

Gambar 1. Ekstrak piper nigrum Gambar 2. Silika dimasukkan di


dalam kolom

Gambar 3. Penimbangan silika Gambar 4. Proses pembuatan


sebagai fase diam (adsorben) suspensi silika
Gambar 5. Proses pembuatan Gambar 6. Proses pemberian fase
serbuk ekstrak yang akan diam ke dalam kolom kromatografi
digunakan

Gambar 7. Proses pemberian fase Gambar 8. Proses pemisahan


gerak ke dalam kolom kromatografi senyawa pada kolom kromatografi
Gambar 9. Proses penampungan Gambar 10. Hasil fraksi senyawa
fraksi hasil pemisahan kromatografi yang diperoleh
kolom
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI CAIR VAKUM”

OLEH :

PUTRI WULANDARI RESKY ANANDA


N011 19 1066

KELOMPOK IV
GOLONGAN JUMAT SIANG

SEMESTER AWAL 2021/2022


LABORATORIUM ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LAPORAN
1. Sebutkan perbedaan antara kromatografi kolom biasa dengan

kromatografi kolom cair vakum? Jelaskan!

Jawab :

Kromatografi kolom adalah pemisahan komponen-komponen

dalam sampel dengan cara mengalirkan sampel melewati suatu

kolom. Keuntungan dari kromatografi kolom yaitu dapat digunakan

untuk analisis dan aplikasi preparative, untuk menentukan jumlah

komponen campuran, dan untuk memisahkan dan purifikasi

substansi (1). Adapun kekurangannya yaitu memerlukan beberapa

kali orientasi untuk menetapkan kondisi yang dapat diterima dan

tidak cocok untuk pemurnian dalam jumlah besar (2).

Kromatografi Cair Vakum merupakan kromatografi yang

dalam proses pemisahannya menggunakan bantuan alat vakum.

Kromatografi cair vakum digunakan untuk memisahkan senyawa-

senyawa didalam ekstrak, dengan cara sampel bermigrasi terhadap

fasa diam dan fasa gerak dengan cepat karena berada dalam

suasana vakum (3). Kelebihan KCV yaitu dapat digunakan untuk

memisahkan sampel dalam jumlah besar, menggunakan peralatan

yang sederhana, waktu pemisahan lebih singkat dengan resolusi

yang baik. Kekurangannya yaitu proses pemisahan senyawa tidak

sempurna serta membutuhkan sampel dalam jumlah yang lebih

banyak (4).
Perbedaan antara KK dan KCV terletak pada ukuran silica

gel yang digunakan, pada KCV menggunakan silica gel 60 F254

yang memiliki ukuran lebih kecil sedangkan pada KK menggunakan

silica gel dengan ukuran pori lebih besar selain itu pada KCV eluen

didasarkan pada pompa vakum untuk membantu senyawa turun

lebih cepat melewati kolom silica (5).

2. Jika suatu kolom kromatografi dielusi dengan tiga jenis pelarut yang

dielusi secara berturut-turut mulai dari n-heksan, kemudian ethyl

asetat lalu metanol, pada pelarut manakah dari ketiga eluen

tersebut yang mampu menarik paling banyak senyawa di bawah ini?

Jelaskan alasannya!

Jawab :

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan senyawa apigenin 5-O-

glycoside yang merupakan salah satu golongan flavonoid. Senyawa

golongan flavonoid sebenarnya adalah senyawa golongan fenolat.

Umumnya golongan senyawa ini bersifat polar, karena memiliki

beberapa gugus hidroksil atau juga sering dijumpai dalam bentuk

flavon glikosida (5). Terdapat tiga jenis pelarut yang digunakan

untuk mengelusi ekstrak senyawa apigenin 5-O-glycoside mulai dari


n-heksan, kemudian ethyl asetat lalu metanol. N-heksana

merupakan jenis pelarut nonpolar sehingga n-heksana dapat

melarutkan senyawa-senyawa bersifat nonpolar. Etil asetat

merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semi

polar pada dinding sel. Adapun metanol merupakan pelarut polar

yang dapat melarutkan senyawasenyawa yang bersifat polar seperti

golongan fenol (6). Sampel diekstraksi menggunakan pelarut

methanol karena umumnya senyawa golongan flavonoid bersifat

polar, sehingga diharapkan semua flavonoid dapat terekstraksi ke

dalam pelarut metanol.

3. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat beberapa instrumen yang

menerapkan prinsip kromatografi kolom?

Jawab :

a. Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi

yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan

daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang

akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap

adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen

bergerak dengan kecepatan yang berbeda, sehingga hal inilah yang

menyebabkan pemisahan (7).

b. Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan

sekitar. Prinsip kromatografi kertas yaitu metode pemisahan dari

substansi menjadi komponen-komponennya yang bergantung pada


distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam dan fase

gerak, pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen

bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan

berdasarkan pada perbedaan bercak warna (7).

4. Perhatikan lembar kerja tabel kedua. Mengapa pada pemisahan

dengan kromatografi kolom untuk ekstrak bahan alam pada

umumnya diperoleh persen recovery kurang dari 100%? Jelaskan

pendapat anda.

Jawab :

Persentase recovery perolehan piperin dihitung dengan cara

membandingkan konsentrasi piperin senyawa setelah diisolasi

dengan konsentrasi piperin bahan baku sebelum diekstraksi dan

diisolasi. Persentase recovery dapat dihitung menggunakan rumus:

piperin asi iso asi


% recovery = piperin ba an baku

Dimana nilai persen recovery kurang dari 100% menunjukkan

persentase jumlah piperin yang dapat terekstrak dari bahan baku.

piperin yang hilang dari total bahan baku diduga terdegradasi

selama tahapan ekstraksi. Selain itu, apabila persen recovery

kurang dari 100% menandakan isolasi senyawa menggunakan

kromatografi kolom kurang efektif.

Daftar Pustaka
6. Wati, Nella. Peningkatan Kualitas Minyak Nilam Melalui Proses

Adsorpsi Menggunakan Adsorben γ-Alumina Dengan Sistem Flow.

Indonesian Journal of Chemical Research Volume 2, Nomor 1. 2014.

7. Ault, A. Techniques and experiments for Organic Chemistry. California:

University Sciences Books. 1998.

8. Muttmainnah P.A., Aliefman H., & Rudyat T. Identifikasi Senyawa

Turunan Hasil Fraksinasi Kayu Akar Artocarpus Odoratissimus. Jurnal

Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) 3(2). 2017.

9. Xu, R. et al. Introduction to Natural Product Chemistry. Beijing: CRC

Press. 2010.

10. Saidi, N. et al. Analisis Metabolit Sekunder. Banda Aceh: Syiah Kuala

University. 2018.

11. Romadanu, Siti H, Santi D. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Bunga Lotus (Nelumbo nucifera). Jurnal Fishtech. Vol. 3 No.1. 2014.

12. Nurdiani, Dian. Buku Informasi: Melaksanakan Analisis secara

Kromatografi Konvensional mengikuti Prosedur. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. 2018

Anda mungkin juga menyukai