Anda di halaman 1dari 24

0

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ terluas penyusun tubuh manusia yang terletak

paling luar dan menutupi seluruh permukaan tubuh. Letak paling luar

menyebabkan kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan

sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Hal-hal tersebut

menyebabkan kulit rentan terkena penyakit. Salah satu penyakit kulit yang

paling sering diderita oleh masyarakat adalah jerawat (Kumesan, dkk., 2013).

Jerawat atau acne vulgaris adalah kelainan berupa peradangan pada

lapisan pilosebaseus yang disertai penyumbatan dan penimbunan bahan keratin

yang dipicu oleh bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis

dan Staphylococcus aureus. Pengobatan jerawat biasanya dilakukan dengan

pemberian antibiotik dan bahan-bahan kimia seperti sulfur, resorsinol, asam

salisilat, benzoil peroksida, asam azelat, tetrasiklin, eritromisin dan

klindamisin, namun obatobatan tersebut juga memiliki efek samping seperti

resistensi terhadap antibiotik dan iritasi kulit (Kumesan, dkk., 2013).

Masalah kulit wajah seringkali menjadi sorotan. Salah satu masalah kulit

wajah yang sering dijumpai, yaitu timbulnya jerawat. Munculnya jerawat

sangat mengganggu penampilan seseorang sehingga akan segera mencari solusi

untuk menghilangkan jerawat. Salah satunya penggunaan antibiotik sebagai

solusi untuk jerawat yang beberapa dekade ini masih banyak diresepkan. Akan

tetapi penggunaan antibiotik sebagai pilihan pertama penyembuhan jerawat

1
harus ditinjau kembali untuk membatasi perkembangan resistensi antibiotik.

Saat ini mulai banyak yang memilih back to nature dalam pengobatan jerawat

karena efek samping lebih ringan dari pengobatan secara medis (Ismiyati,

2014).

Kosmetik merupakan salah satu bagian terpenting dari penampilan dengan

beragam jenis dan merknya diantaranya bedak, krim muka dan masker.

Kosmetika wajah yang umumnya digunakan tersedia dalam berbagai bentuk

sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah peel off yang memiliki

beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah,

membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah

(Sukmawati, dkk., 2013).

Masker wajah adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Salah

satu jenis masker wajah adalah masker wajah gel peel off. Masker tersebut

dapat menggunakan produk bahan alam sebagai zat aktifnya (Utami, 2014).

Salah satu bahan obat berkhasiat yang berasal dari tumbuhan untuk

keperluan pembuatan obat dan produk kosmetika sangat banyak tersedia

ditanah air kita seperti tanaman randu atau pohon kapuk (C. pentandra) adalah

pohon yang banyak tumbuh di daerah rendah sampai 400 meter dari

permukaan laut, di kebun, di tepi jalan, dan di tempat lain yang berhawa panas

(Heyne, 1987).

Kapuk randu memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antijamur, diuretik,

gangguan pernapasan, diare, demam, sariawan, sakit gigi, sakit perut,

hipertensi, pencahar dan asma (Ma’sum, 2013). Menurut penelitian Marchaban

2
dkk (2011), daun randu mengandung senyawa fenol, flavonoid dan saponin.

Selain itu, kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kapuk

randu yaitu flavonoid, fenolik, terpenoid, dan saponin (Prasanty, 2014).

Ekstrak etanol daun kapuk randu memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri staphylococcus epidermidis dengan menggunakan metode difusi padat

dengan konsentrasi ekstrak 5 mg/ml, 20 mg/ml, 35 mg/ml, 50 mg/ml, 65

mg/ml, 80 mg/ml, dan 95 mg/ml. Hasil menunjukkan bahwa pada konsentrasi

20 mg/ml mampu menghasilkan diameter daya hambat terhadap

staphylococcus epidermidis sebesar 0,63 mm dan pada konsentrasi 80 mg/ml

menghasilkan diameter daya hambat sebesar 5,4 mm (Prasanty, 2014). Fraksi

heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi residu daun randu 5 mg/ml juga memberikan zona

hambat kepada S. aureus dengan rata- rata diameter hambat berturut-turut

11,42±0,58; 0,00±0,00; 18,85±1,03 (Handayani, 2014).

Menurut penelitian (Ibrahim, 2012) melakukan formulasi sediaan facial

wash antijerawat dengan fraksi teraktif dari ekstrak daun kapuk dan uji

aktivitas antibakterinya terhadap kedua bakteri tersebut. Hasil uji aktivitas

antibakteri menunjukkan seluruh fraksi dari ekstrak etanol daun kapuk

memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC

12228 dan Propionibacterium acnes isolat klinik, dimana fraksi etil asetat

memberikan aktivitas terbesar dengan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimun

(KHTM) 0,25% terhadap kedua bakteri uji. Fraksi ini mempunyai rendemen

sebesar 13,68% dan paling sedikit mengandung empat senyawa kimia dari

golongan flavonoid, steroid, saponin, dan kuinon.

3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai Formulasi Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Etanol

Terpurifikasi Daun Kapuk (C. pentandra) Sebagai Anti Jerawat Dan Uji

Aktivitas Terhadap Bakteri Propionibacterium acne yang baik, efektif, stabil,

dan aman dalam penggunaannya.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak etanol terpurifikasi daun kapuk (C. pentandra) dapat

diformulasikan menjadi sediaan masker gel peel off?

2. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol terpurifikasi daun kapuk (C.

pentandra) terhadap bakteri Propionibacterium acne ?

3. Bagaimana stabilitas formula sediaan masker gel peel off ekstrak etanol

terpurifikasi daun kapuk (C. pentandra)?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh formulasi sediaan masker gel peel off dari ekstrak etanol

terpurifikasi daun kapuk (C. pentandra).

2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol terpurifikasi daun

kapuk (C. pentandra) terhadap bakteri Propionibacterium acne .

3. Untuk mengetahui stabilitas formula sediaan masker gel peel off ekstrak

etanol terpurifikasi daun kapuk (C. pentandra).

4
D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa :

1. Bagi peneliti yaitu dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan

mengenai pembuatan sediaan, uji aktivitas antibakteri dan uji stabilitas fisik

sediaan masker gel peel off.

2. Bagi institusi yaitu dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan dan informasi

bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu dapat memberikan informasi

dalam bidang kosmetik serta dapat menambah wawasan mengenai manfaat

ekstrak daun kapuk randu yang dapat digunakan sebagai sediaan masker gel

peel off.

4. Bagi masyarakat yaitu dapat memperoleh informasi ilmiah mengenai sifat

antibakteri khususnya pada tanaman kapuk randu (C. pentandra).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kapuk Randu (C. pentandra)

Kapuk randu atau kapuk (C. pentandra) adalah pohon tropis yang

tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae, berasal dari bagian utara dari

Amerika selatan, Amerika tengah dan Karibia dan (untuk varietas C. pentandra

var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika (Rumeksa, 2012).

1. Klasifikasi Kapuk Randu (C. Pentandra)

Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah tumbuhan kapuk berdasarkan

taksonominya (Melwita, dkk., 2014) :

Regnum : Plantae

Phylum : Angiosperm

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Sub Classis : Rosids

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae Gambar 1: Daun Kapuk

Genus : Ceiba (Elumalai, dkk., 2012)

Species : Ceiba pentandra

2. Morfologi Tanaman Kapuk

Kapuk merupakan pohon yang menggugurkan bunga dengan

ketinggian 8 - 30 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar

hingga mencapai diameter 3 m. Pada batangnya terdapat duri-duri tempel

6
besar yang berbentuk kerucut. Daunnya bertangkai panjang. Bunga

terkumpul di ketiak daun yang sudah rontok (dekat ujung ranting).

Kelopak berbentuk lonceng, berlekuk pendek dengan tinggi 1-2 cm.

Benang sari jumlahnya 5, bersatu menjadi bentuk tabung pendek, serta

memiliki kepala sari berbelok-belok. Pohon kapuk memiliki buah yang

bentuknya memanjang dengan panjang 7,5-15 cm, menggantung, berkulit

keras dan berwarna hijau jika masih muda serta berwarna coklat jika telah

tua. Dalam buahnya terdapat biji yang dikelilingi bulu-bulu halus, serat

kekuning-kuningan yang merupakan campuran dari lignin dan sellulosa.

Bentuk bijinya bulat, kecil-kecil, dan berwarna hitam (Setiadi, 1983). Dari

setiap buah kapuk yang masak berisi sekitar 35% serat, 15% teras dengan

kulit buah dan 50% biji kapuk yang beratnya antara 25-40 gram. Setiap

pohon kapuk dewasa dapat menghasilkan antara 4000-5000 buah per

tahun, sehingga dihasilkan biji kapuk sekitar 50 kg per tahun (Melwita,

dkk., 2014).

3. Kandungan Kimia Tanaman Kapuk Randu

Ekstrak etanol pada daun mengandung zat bioaktif seperti gula

pereduksi, saponin, poliuronoid, polifenol, tanin, dan plobatanin (Pratiwi,

2014).

Daun randu mengandung senyawa fenol, flavonoid dan saponin

(Marchaban, dkk., 2011).

7
Selain itu, kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol

daun kapuk randu yaitu flavonoid, fenolik, terpenoid, dan saponin

(Prasanty, 2014).

4. Khasiat Tanaman Kapuk Randu

Ceiba pentandra Gaertn. merupakan salah satu tumbuhan tingkat

tinggi yang telah diidentifikasi dan digunakan untuk tujuan pengobatan.

Kebiasaan tradisional di beberapa daerah sudah banyak digunakan untuk

pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan

gangguan inflamasi. Daunnya memiliki khasiat menghilangkan bekas luka

dan mengobati panas dalam.

Daun C. pentandra dapat digunakan untuk mengobati batuk dan diare.

Sari daun yang masih muda dipergunakan untuk membantu pertumbuhan

rambut dengan cara digosokkan pada kulit kepala kemudian dipijit-pijit.

Secara tradisional yaitu sebagai anti-inflamasi, analgesik, antibakteri,

antidiabetes, antijamur, antimalaria, dan antioksidan, sedangkan di negara

India tunas mudanya digunakan untuk laksatif (Pratiwi, 2014).

B. Bakteri Penyebab Jerawat

Jerawat merupakan penyakit inflamasi kronis dengan penyebab yang

multifaktor yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik, ras, musim,

psikis, hormonal, infeksi bakteri, dan keaktifan dari kelenjar minyak. Hal yang

paling umum menyebabkan jerawat adalah produksi berlebih pada kelenjar

minyak, hiperkeratinisasi pada folikel rambut, stres oksidatif, dan pelepasan

mediator inflamasi). Bakteri yang umum sebagai penyebab jerawat yaitu

8
Propionibacterium acnes (P. acnes) yang secara normal terdapat pada kulit dan

penyebab fase inflamasi jerawat (Sa’diah, dkk., 2013).

Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif berbentuk

batang dan merupakan flora normal kulit yang ikut berperan dalam

pembentukan jerawat. Propionibacterium acnes mengeluarkan enzim hidrolitik

yang menyebabkan kerusakan folikel polisebasea dan meghasilkan lipase,

hialuronidase, protease, lesitinase, dan neurimidase yang memegang peranan

penting pada proses peradangan. Propionibacterium acnes mengubah asam

lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh yang menyebabkan sebum menjadi

padat. Jika produksi sebum bertambah, Propionibacterium acnes juga akan

bertambah banyak yang keluar dari kelenjar sebasea, karena

Propionibacterium acnes merupakan pemakan lemak (Rahmi, dkk., 2015).

Klasifikasi Bakteri Propionibacterium acnes: (Isnaini, 2010).

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Familia : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium Gambar 2 : Morfologi P. acnes

Spesies : Propionibacterium acnes (Azrifitria, dkk., 2010)

9
C. Masker Gel

Kosmetik telah dikenal sejak zaman nenek moyang, dengan

memanfaatkan bahan-bahan baku alami yang tujuannya untuk mempercantik

diri. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/ X/76

tanggal 6 September 1976 yang dikemukakan oleh Wasitaatmadja (1997:27),

kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, diletakkan,

dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada bagian tubuh, dimasukkan ke

dalam kulit, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan

maksud untuk membersihkan, memelihara, dan menambah daya tarik (Irawati,

2013).

Kosmetik adalah salah satu kosmetik perawatan kulit. Namun, proses

pemakaian masker pada umumnya cukup rumit padahal gaya hidup masyarakat

perkotaan dipenuhi dengan kesibukan. Sehingga dibutuhkan produk masker

yang praktis dalam pemakaiannya, salah satunya adalah dengan memakai

masker peel off. Masker peel off merupakan sediaan kosmetik perawatan kulit

yang berbentuk gel dan setelah diaplikasikan ke kulit dalam waktu tertentu

hingga mengering. Sediaan ini akan membentuk lapisan film transparan yang

elastis, sehingga dapat dikelupaskan. Masker peel off memiliki banyak

keunggulan dibandingkan masker jenis lain yaitu sediaannya berbentuk gel

yang sejuk mampu merelaksasikan dan membersihkan wajah secara maksimal

dengan mudah (Rahim, 2014).

Salah satu masalah kulit yang mendapat perhatian bagi wanita adalah

jerawat (Acne vulgaris), kulit kusam dan penuaan dini. Masalah kulit ini cukup

10
merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat

berkurangnya keindahan wajah. Solusi yang dilakukan demi menjaga kulit

wajah tetap sehat adalah dengan perawatan kulit yang dilakukan secara rutin

dengan membersihkan kulit wajah menggunakan sabun pencuci wajah ataupun

dengan menggunakan masker wajah yang mengandung bahan aktif pencegah

jerawat dan penuaan dini. Sediaan masker wajah banyak terdapat di pasaran

dengan berbagai jenis, salah satunya yaitu masker wajah peel off. Masker

wajah peel off memiliki keunggulan dalam penggunaannya yaitu mudah

diangkat atau dilepaskan (Rahmawanty, dkk., 2015).

D. Kulit Manusia

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan

mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit

akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan sehingga kulit perlu

dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan

munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah (Purwaningsih, dkk.,2014).

Gambar 3. Struktur Anatomi Kulit

(Syarifuddin, 2009)

11
Secara histopatologis, kulit tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu lapis

epidermis kutikel, lapis dermis (korium, kutis vera, true skin), dan lapis

subkutis (hypodermis). Tidak terdapat garis tegas yang memisahkan dermis

dan subkutis. Lapisan subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar

dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak (Zulkarnain, dkk., 2013).

Kulit wajah manusia dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu kulit normal,

kombinasi, berminyak, kering, dan sensitif. Kulit normal ditandai dengan kulit

tidak berminyak dan tidak kering, sehingga kelihatan segar dan bagus, pori-

pori hampir tidak kelihatan. Pengeluaran kotoran dan penyerapan zat-zat yang

berguna melalui kulit serta peredaran darah yang berjalan dengan baik, akan

jarang mendapat gangguan jerawat maupun timbulnya cacat-cacat pada kulit

muka dan tonusnya baik. Masalah pada kulit dapat ditimbulkan oleh bakteri,

jamur atau virus yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi kulit. Dari lima

jenis kulit wajah, masalah kulit paling sering terjadi pada kulit wajah

berminyak yaitu disebabkan oleh bakteri. Masalah pada kulit yang disebabkan

oleh bakteri memicu terjadinya infeksi kulit, ekzema (kulit kering atau gatal),

dermatitis (radang kulit), tinea, folikulitis, impetigo dan jerawat. Menurut

Fauzi dkk (84:2012) Jerawat muncul disebabkan oleh empat faktor yaitu

kelenjar minyak yang terlalu aktif, penyumbatan pori-pori, aktifitas bakteri

kulit dan peradangan. Kelenjar minyak yang terlalu aktif berkaitan dengan kulit

dan pori-pori. Produksi minyak berlebih dari kelenjar minyak membuat pori-

pori menjadi tersumbat karena adanya penumpukan minyak, yang menyebakan

adanya aktivitas bakteri didalam pori-pori yang tersumbat. Aktivitas bakteri

12
mengakibatkan terjadinya infeksi, sehingga kulit mengalami peradangan.

Peradangan pada kulit berjerawat terjadi untuk melawan zat asing berupa

bakteri atau senyawa lainnya. Berdasarkan penyebab timbulnya masalah-

masalah pada kulit, jerawat merupakan masalah kulit wajah yang mudah

muncul sehingga perlu dilakukan perawatan untuk menyembuhkan jerawat

(Irawati, 2013).

E. Metode Ekstraksi

Teknik untuk mendapatkan ekstrak dapat dilakukan dengan beberapa

metode. Maserasi dan ekstraksi merupakan dua metode ekstraksi yang lazim

digunakan. Maserasi adalah proses penyarian dengan cara perendaman serbuk

dalam air atau pelarut organik sampai meresap yang akan melunakkan

susunan sel, sehingga zat-zat yang terkandung didalamnya akan terlarut

(Daud, dkk., 2011).

Ekstraksi merupakan proses untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut. Proses

ekstraksi didasarkan pada kemampuan pelarut organik untuk menembus

dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dalam pelarut organik, karena adanya perbedaan antara konsentrasi

di dalam dan diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut organik yang

mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus menerus sampai

terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Direktorat

Jenderal POM, 1986).

13
Ekstrak merupakan bahan baku produk obat asli Indonesia (OAI) dan

memiliki ciri yang sangat khas dan kompleks baik dari aspek fisik atau

kimianya, mengandung kumpulan senyawa-senyawa (senyawa aktif dan tidak

aktif) dari berbagai golongan yang terlarut dalam pelarut yang sesuai. Faktor-

faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak antara lain, kualitas bahan baku yang

digunakan, jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi, metode

ekstraksi yang digunakan (maserasi statis atau dinamis, perkolasi, reperkolasi

dan ekstraksi arus balik), ukuran partikel bahan, suhu proses ekstraksi, pH

ekstrak dan metoda pemurniannya. Spesifikasi produk fitofarmaka adalah

senyawa aktif yang terdapat didalamnya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi

masih terdapat zat-zat pendamping lainnya. Ekstrak dapat dibagi dalam dua

katagori, yaitu ekstrak kasar dan ekstrak murni. Ekstrak kasar artinya ekstrak

yang mengandung semua bahan yang tersari dengan menggunakan pelarut

organik, sedangkan ekstrak murni adalah ekstrak kasar yang telah dimurnikan

dari senyawa-senyawa inert melalui proses penghilangan lemak, penyaringan

menggunakan resin atau adsorben. Ekstrak murni lebih disukai karena

mempunyai bahan aktif atau komponen kimia yang jauh lebih tinggi

dibandingkan ekstrak kasar, sebagai contoh kandungan senyawa aktif dalam

ekstrak kasar 20%, setelah dimurnikan senyawa aktif akan meningkat menjadi

60 %. Dengan demikian, untuk mendapatkan produk biofarmaka dengan

kandungan senyawa aktif yang tinggi diperlukan proses pemurnian lebih

lanjut dari ekstrak kasar (Hernani, 2007).

14
Manfaat obat herbal dapat ditingkatkan dengan cara membuat ekstrak

terpurifikasi, ekstraksi selektif diharapkan akan menghasilkan senyawa-senyawa

berkhasiat dan membatasi kemungkinan zat ballast yang ikut tersari ( Utami, dkk.,

2015). Ekstrak terpurifikasi merupakan ekstrak yang telah terbebas dari komponen

zat ballast yang dapat mengganggu suatu matriks bahan alam dalam menghasilkan

aktivitas biologi (Widyaningtias, dkk., 2013).

15
F. Kerangka Konsep

Daun Kapuk Randu

Daunnya memiliki khasiat


Secara tradisional di beberapa menghilangkan bekas luka dan
daerah sudah banyak digunakan Ekstrak etanol
mengobati panas dalam
untuk pengobatan penyakit yang daun kapuk randu
(Pratiwi, 2014).
disebabkan oleh bakteri, jamur,
parasit dan gangguan inflamasi Purifikasi ekstrak
(Pratiwi, 2014). dengan menggunakan
Ekstrak terpurifikasi
pelarut n-heksan.
daun kapuk randu

Konsentrasi ekstrak etanol


terpurifikasi daun kapuk randu
dengan variasi konsentrasi.

Formula masker gel peel off ekstrak


etanol daun kapuk randu dengan
konsentrasi.

Uji aktivitas Uji stabilitas


antibakteri fisik sediaan

Keterangan : = Variabel bebas

= Variabel terikat

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei-juli 2015 dan bertempat di

Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental

laboratorium.

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrofotometer Vis

(Spectronic 20D®), timbangan analitik (Precisa®), rotary vacuum evaporator

(buchi rotavapor r-210 2011), hot plate (Wiggen Hauser), saringan, oven,

blender (Miyako®), viskometer rhion (Rion ViscometerVT-04F®), pH-meter

(Jenway®), termometer (Pyrex®), cawan petri, jarum ose, lampu spiritus, hot

plate, autoklaf, tabung reaksi, mistar, pinset, pipet mikro/tetes, vial,wadah gel,

gelas kimia, labu takar, batang pengaduk,dan alat-alat gelas (Pyrex®) lainnya.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun kapuk

randu, Polivinil alkohol, Gliserin, HPMC, metil paraben, propil paraben,

alcohol 96% dan akuades.

17
E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak

terpurifikasi daun kapuk randu dengan 4 variasi konsentrasi yang

ditambahkan ke dalam sediaan masker gel peel off.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah uji aktivitas antibakteri dan

uji stabilitas fisik terhadap masker gel peel off anti jerawat yang mengandung

ekstrak terpurifikasi daun kapuk randu.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kekeliruan maka dijelaskan definisi

operasional variabel sebagai berikut:

1. Ekstrak etanol daun kapuk randu (C. pentandra) adalah ekstrak yang

diperoleh dari maserat etanol daun kapuk randu (C. pentandra) yang

kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator dan

water bath.

2. Ekstrak terpurifikasi adalah ekstrak yang telah terbebas dari komponen zat

ballast yang dapat mengganggu suatu matriks bahan alam dalam menghasilkan

aktivitas biologi

3. Sediaan Gel adalah sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan

mengandung zat aktif dalam keadaan terlarut.

4. Masker gel peel off adalah masker gel yang dipakai pada kulit wajah

kemudian dikelupas kembali setelah kering.

18
5. Uji aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi

atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi

mikroorganisme.

6. Uji stabilitas sediaan adalah uji yang dilakukan untuk menjamin kualitas dan

kestabilan produk.

G. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Ekstrak

a. Pengumpulan Sampel

Sampel daun Kapuk Randu diambil di anduonohu, Sulawesi

Tenggara.

b. Penyiapan sampel

Sampel daun kapuk dikumpulkan, selanjutnya dicuci dengan

air mengalir sampai bersih, ditiriskan, disortasi basah, dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan, sortasi kering, dipotong kecil-kecil.

Simplisia kering yang telah dipotong kecil-kecil dihaluskan hingga

menjadi serbuk simplisia (Depkes, 2000).

c. Pembuatan Ekstrak

Sebanyak 500 gram serbuk dimaserasi dengan larutan etanol

sebanyak 500 ml selama 3 x 24 jam dan diambil filtratnya dengan

penyaringan, proses ini diulangi sebanyak 3 kali dengan menggunakan

wadah toples bening. Hasil saringan diuapkan dalam rotary

evaporator dengan suhu 40 °C. Pada akhir proses ini didapatkan

19
ekstrak etanol daun kapuk randu, berwarna coklat, dengan bau khas

aromatik (Depkes, 2000).

d. Purifikasi Ekstrak

Pembuatan ekstrak terpurifikasi daun kapuk randu dilakukan

dengan merendam 20 g ekstrak etanol daun kapuk randu dengan n-

heksan sampai ekstrak kental cukup terendam, diaduk terus dan

dipisahkan cairan dari endapannya. Cairan n-heksan ini dipisahkan

karena diharapkan n-heksan mampu menyari resin dan terpenoid

penyusun minyak atsiri, sehingga ekstrak yang didapatkan merupakan

ekstrak daun kapuk terpurifikasi. Pelarutan dengan n-heksan diulangi

sebanyak 5-10 kali hingga diperoleh cairan tak berwarna atau terlihat

jernih. Setelah cairan n-heksan cukup jernih kemudian dipisahkan

dari endapan dengan cara dibiarkan hingga sisa n-heksan pada

endapan menguap sehingga diperoleh ekstrak terpurifikasi. Ekstrak

terpurifikasi yang diperoleh berbentuk ekstrak yang lebih padat dan

keras berwarna coklat (Azizah, 2013).

20
2. Formulasi Masker Gel peel off

I. Master formula

Tabel 1. Formula sediaan masker gel peel off (Fitri, 2011)

Komposisi Formula (%)


PVA 10
Propilenglikol 10
Polivinil pirolidon 5
Metil paraben 0,1
Propil paraben 0,05
Etanol 12,5
Aq Rosae 1
Air Suling add 100

II. Modifikasi formula sediaan masker gel peel off

Tabel 2. Rancangan Formula Masker Gel peel off

Formula Masker gel (% b/b)


No. Bahan
I II III IV
Ekstrak daun kapuk
1.
randu
2. Polivinil alkohol 10 10 10 10
3. Gliserin 10 10 10 10
4. HPMC 1 1 1 1
5. Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
6. Propil paraben 0,05 0,05 0,05 0,05
7. Etanol 12,5 12,5 12,5 12,5
8. Akuades ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

21
3. Uji Stabilitas Fisik Masker gel peel off

Uji stabilitas Fisik Sediaan masker gel peel off meliputi: (Wijayanti, dkk.,

2013)

1. Pengujian Organoleptis

Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung warna dan

bau dari gel yang dibuat.

2. Pengujian Homogenitas

Pengujian dilakukan dengan mengoleskan sampel pada gelas objek

dan diamati menggunakan mikroskop optik pada perbesaran 10X.

3. Pengujian Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempatkan 50 mL

sampel dalam viskometer Brookfield DV-E hingga spindel terendam.

Viskometer Brookfield DV-E dijalankan kemudian viskositas dari sediaan

masker gel peel off akan terbaca.

4. Pengujian Daya Lekat

Sampel 0,25 gram diletakan diantara 2 gelas obyek. Kemudian

ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari

gelas obyek kemudian gelas obyek dipasang pada alat test.Alat test diberi

beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasannya masker gel peel-

off dari gelas obyek.

5. Pengujian Daya Sebar

Sebanyak 1 gram sediaaan diletakkan di atas kaca berukuran 20 x

20 cm yang berada di atas sebuah kertas grafik, dibiarkan 60 detik

22
kemudian diukur diameter sediaan yang terbentuk. Selanjutnya ditutup

dengan kertas mika dan diberikan beban hingga bobot mencapai 125 gram

dan dibiarkan selama 60 detik. Diameter sediaan yang terbentuk kemudian

diukur.

6. Pengujian pH Sediaan

Sebanyak 1 gram sediaan dilarutkan dalam 10 mL air bebas CO2

hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang

diuji, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi

tetap. pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat.

H. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini:

NO. KEGIATAN BULAN


APRIL MEI JUNI JULI
1. Penyusunan proposal

2. Persiapan alat dan bahan


3. Penelitian :
a. preparasi dan ekstraksi sampel
b. formulasi sediaan gel
c. evaluasi kestabilan fisik
d. uji aktivitas antibakteri
4. Pengolahan data
5. Penyusunan laporan akhir
Tabel 3. Jadwal Penelitian

23

Anda mungkin juga menyukai