DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10 ANGKATAN XI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10 ANGKATAN XI
HALAMAN JUDUL
Ahmad Daris Sauqi 192211101074
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT)
JL. RAYA LAWU KM. 11 TAWANGMANGU
(20 – 21 NOVEMBER 2019)
Laporan ini diselesaikan untuk memenuhi tugas PKPA Saintifikasi Jamu di B2P2TOOT
Tawangmangu pada 20-21 November 2019.
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan dan disetujui di Jember pada tanggal 20 Desember 2019 oleh:
Lidya Ameliana, S.Si., M.Farm., Apt. Dewi Dianasari, S.Farm., M.Farm., Apt.
NIP. 198004052005012005 NIP. 198712082014042002
iv
PRAKATA
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Balai Besar Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) pada 20 – 21 November 2019 yang bertempat di Jalan Raya Lawu KM.11,
Tawangmangu. Kegiatan PKPA merupakan bagian dari prasyarat mahasiswa tingkat profesi
untuk mendapat gelar apoteker, sehingga dalam pelaksanannya mahasiswa diharapkan
mampu untuk meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
Pelaksanaan kunjungan PKPA di B2P2TOOT dan pembuatan laporan ini tentunya
tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami menghanturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan kegiatan kunjungan PKPA di B2P2TOOT dan laporan ini;
2. Ibu Lestyo wulandari, S. Si., M.Farm., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Jember;
3. Ibu Lidya Ameliana, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Jember;
4. Ibu Dewi Dianasari, S.Farm., M.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) atas segala nasihat, masukan, dan bimbingan yang diberikan;
5. Bapak/Ibu pemateri serta fasilitator dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang telah berkenan menerima kami
untuk berkunjung dan belajar;
6. Orang tua, saudara, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan serta
doa kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini;
7. Keluarga Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Angkatan XI Fakultas
Farmasi Universitas Jember yang telah berjuang bersama dalam suka dan duka, serta
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari jika masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah kami peroleh selama kunjungan PKPA di
B2P2TOOT Tawangmangu dapat berguna bagi calon Apoteker untuk terjun ke masyarakat
v
dalam rangka pengabdian profesi dan laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang pengobatan tradisional.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PRAKATA ....................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ ix
RINGKASAN .................................................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................2
1.3 Manfaat ...........................................................................................................2
BAB 2. PELAKSANAAN .....................................................................................................3
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................................3
2.2 Peserta ............................................................................................................3
2.3 Susunan Kegiatan .............................................................................................3
2.4 Pemateri dan Pokok Materi ..............................................................................4
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN KUNJUNGAN ...............................................................8
3.1 Program Saintifikasi Jamu ................................................................................8
3.2 Kunjungan Kebun Budidaya Tanaman Obat B2P2TOOT ................................... 19
3.3 Budidaya dan Perlakuan Pasca Panen Tanaman Obat di B2P2TOOT ................. 21
3.4 Laboratorium Terpadu ................................................................................... 25
3.5 Kontrol Kualitas Saintifikasi Jamu ................................................................... 28
3.6 Rumah Riset Jamu Hortus Medicus ................................................................. 29
3.7 Compunding dan Dispensing........................................................................... 31
3.8 KIE di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus ........................................................ 33
BAB 4. KESIMPULAN ..................................................................................................... 34
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 34
4.2 Saran ............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35
LAMPIRAN .................................................................................................................... 38
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Budidaya dan Perlakuan Pasca Panen Tanaman Obat di B2P2TOOT............... .22
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Formula Jamu untuk Asam Urat yang digunakan oleh B2P2TOOT ....................... 8
Tabel 3.2 Formula Jamu untuk Hipertensi yang digunakan oleh B2P2TOOT........................ 8
Tabel 3.3 Formula Jamu untuk Hemoroid yang digunakan oleh B2P2TOOT ........................ 10
Tabel 3.4 Formula Jamu untuk Radang Sendi yang digunakan oleh B2P2TOOT .................. 11
Tabel 3.5 Formula Jamu untuk Kolesterol Tinggi yang digunakan oleh B2P2TOOT ............. 12
Tabel 3.6 Formula Jamu untuk Gangguan Fungsi Hati yang digunakan oleh B2P2TOOT ..... 13
Tabel 3.7 Formula Jamu untuk Gangguan Fungsi Lambung yang digunakan oleh
B2P2TOOT .............................................................................................................. 14
Tabel 3.8 Formula Jamu untuk Batu Saluran Kencing yang digunakan oleh B2P2TOOT ...... 15
Tabel 3.9 Formula Jamu untuk Diabetes yang digunakan oleh B2P2TOOT .......................... 16
Tabel 3.10 Formula Jamu untuk Kebugaran yang digunakan oleh B2P2TOOT ..................... 17
Tabel 3.11 Formula Jamu untuk Obesitas yang digunakan oleh B2P2TOOT ........................ 17
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7. Simplisia dari tanaman obat dari kebun B2P2TOOT yang sedang dikeringkan
dalam Gedung Labolatorium Pascapanen ........................................................ 40
RINGKASAN
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu; Ahmad Daris Sauqi (19-74), Nur Huda (19-75),
Malikatur Rosyidah (19-76), Prihatin Lanjar Hesti Rahayu (19-77), Rizki Laili Fazeri (19-78),
Ganevi Resta Savitri (19-79), Joppy Setiawan (19-80), Rian Rosela Pramudita (19-81), Bagus
Tri Laksono (19-82); 2019; 45 Halaman; Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jember.
Indonesia kaya akan tanaman obat yang dapat digunakan sebagai ramuan jamu
oleh berbagai suku di Indonesia. Masyarakat Indonesia hingga saat ini juga masih
mengkonsumsi ramuan jamu, aromaterapi, gurah dan homoepati dan spa yang didukung
dengan perubahan pola hidup yang cenderung back to nature. Menanggapi hal tersebut
pemerintah mengeluarkan Permenkes No.003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi
jamu. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menjalankan program saintifikasi
jamu sesuai dengan syarat perundang-undangan adalah B2P2TOOT. B2P2TOOT berawal
dari kebun koleksi tanaman obat bernama “Hortus Medicus Tawangmangu” yang kemudian
diresmikan tahun 1948 oleh pemerintah, hingga pada tahun 2010 berdasarkan Permenkes
No. 003/MENKES/PER/I/2010 B2P2TOOT lebih berfokus pada program pelayanan jamu
saintifik yang berbasis penelitian. B2P2TOOT melaksanakan program saintifikasi jamu mulai
dari penelitian, pembudidayaan tanaman obat, manajemen bahan baku, pelayanan farmasi
klinis, hingga pelatihan sehingga peranan Apoteker dalam kegiatan di B2P2TOOT cukup
penting.
Kegiatan kunjungan pada tanggal 20-21 November 2019 oleh 100 peserta
berlangsung di B2P2TOOT Tawangmangu. B2P2TOOT merupakan Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional di bawah pengawasan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional serta menjadi pelayanan saintifik berbasis pelayanan
kesehatan. B2P2TOOT telah berhasil mempublikasi 11 formula jamu saintifikasi dan telah
digunakan oleh masyarakat yang berobat di Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus”.
Sebelas formula jamu tersebut meliputi pengobatan hipertensi, hiperurisemia, hemorrhoid,
dispepsia, osteoarthritis, gangguan fungsi hati, hiperkolesterol, obesitas, hiperglikemia,
kebugaran, asam urat.
Kunjungan di hari pertama pada tanggal 20 November 2019 yakni pemaparan
materi yaitu pengenalan saintifikasi jamu, pengenalan tanaman obat, Quality Control (QC),
pelayanan kefarmasian (jamu) di Rumah Riset Jamu (RRJ) Klinik SJ (Compounding dan
Dispensing), serta KIE. Kegiatan yang dilakukan pada hari kedua pada tanggal 21 November
2019 yakni melakukan kunjungan ke beberapa bagian yang ada di B2P2TOOT yaitu,
kunjungan di Kebun Tanaman Obat Tlogodlingo dan di Kebun Tanaman Obat Kalisoro,
Tawangmangu, Etalase Tanaman Obat, Laboratorium Pasca Panen, Laboratorium Terpadu
dan Rumah Riset Jamu Hortus Medicus. Tujuan dari kegiatan kunjungan ini adalah
memberikan pemahaman kepadan mahasiswa calon apoteker tentang peranan Apoteker
dalam saintifikasi jamu, mengetahui fasilitias yang ada di B2P2TOOT serta mengetahui jenis
dan khasiat tanaman obat yang ada di B2P2TOOT.
1
BAB 1. PENDAHULUAN
penting, oleh karena itu dengan adanya kunjungan praktik kerja profesi apoteker
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker di B2P2TOOT dapat mengamati dan
mengetahui secara jelas pelaksanaan program saintifikasi jamu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kunjungan PKPA di B2P2TOOT adalah sebagai berikut :
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kunjungan PKPA di B2P2TOOT adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui seluruh rangkaian proses pelaksanaan saintifikasi
jamu di B2P2TOOT Tawangmangu .
2. Mahasiswa dapat mengetahui implementasi dari peran apoteker dalam
pelaksanaan saintifikasi jamu di B2P2TOOT Tawangmangu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi dari fasilitas yang terdapat di
B2P2TOOT Tawangmangu.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati secara langsung jenis tanaman obat
yang terdapat dalam B2P2TOOT Tawangmangu.
3
BAB 2. PELAKSANAAN
2.2 Peserta
Peserta kunjungan PKPA Saintifikasi Jamu di B2P2TOOT adalah mahasiswa Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jember angkatan XI, dengan jumlah
mahasiswa 100 orang.
tentang tumbuhan obat di Indonesia kemudian akan dicari tumbuhan obat mana
yang berpotensi untuk digunakan sebagai terapi kepada pasien yang kemudian
akan diteliti kembali untuk memperoleh evidence based medicine-nya.
Hal utama yang perlu diperhatikan terkait penggunaan jamu sebagai terapi
adalah keamanan. Jamu tidak dapat digunakan sebagai terapi walaupun jamu
tersebut berkhasiat namun tidak aman. Apabila setelah diuji jamu terbukti aman
(jenis jamu dengan gabungan formula dengan jamu lain), maka khasiat dari jamu
tersebut dapat diuji. Prinsip dari jamu saintifik adalah jamu yang aman dan
berkhasiat.Saat ini penggunaan jamu saintifik dikembangkan dalam bentuk ekstrak
sebab nantinya produksi jamu saintifik kedepannya akan menjalin kerja sama
dengan industri untuk memproduksi dalam skala besar.
Kegiatan saintifikasi jamu merupakan kegiatan penelitian berbasis pelayanan
kesehatan yang dilaksanan di Rumah Riset Jamu (RRJ). Kegiatan pokok yang ada di
RRJ antara lain penelitian (penentuan formula jamu, alur penelitian dan parameter
penelitian), pelayanan (pendaftaran dan pemeriksaan pasien, penulisan resep),
pelatihan (dokter, apoteker, dan praktik mahasiswa), dan wisata ilmiah.
b. Suryono, S.TP : Mengenal Tanaman Obat
Tanaman obat (TO) telah dikenal sejak 60.000 tahun yang lalu dan telah dicatat
4.000 tahun yang lalu. Penggunaan TO biasanya didasarkan pada tanda tandan
yang membedakan atau berhubungan dengan anatomi tubuh manusia misalnya
“Buah Bit Merah’ dikaitkan dengan pengobatan gangguan peredaran darah dan
“Lumut Hati’ untuk pengobatan gangguan hati.
Menurut Farnsworth (1991), tanaman obat merupakan semua tumbuhan
tingkat tinggi yang diduga memiliki khasiat sebagai obat. Dikhususkan untuk
tanaman tingkat tinggi yang memiliki efek atau pengaruh pada kesehatan dan
terbukti berguna sesuai standar barat dan mengandung unsur yang digunakan
sebagai obat. Tanaman obat terdiri dari pohon, perdu, semak, liana dan
herba/ternak. Bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan pada
masing-masing tanaman akan berbeda muali dari akar, rimpang, umbi, kayu,
batang, kulit batang, daun, bunga, pucuk berbunga, getah, herba, buah, kulit buah,
biji, dan eksudat.
6
Pelayanan resep yang dilakukan di klinik RRJ dilakukan oleh dokter dengan
mendiagnosa penyakit dan apoteker akan menentukan TO serta jumlah yang akan
diberikan. Seorang pasien dapat menerima jamu racikan dengan berbagai
komposisi lebih dari 30 bungkus jamu. TO seharusnya ditimbang satu persatu
untuk tiap bungkusnya namun hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama,
sehingga dalam dispensing dan compounding jumlah TO yang diberikan hanya
secara perkiraan oleh petugas yang sudah terlatih dalam menentukan jumlah TO
yang diinginkan.
e. Taufan Aries Mana, S.Farm, Apt. : KIE
Apotek klinik jamu merupakan unit dibawah klinik jamu yang bertugas
menyiapkan jamu sesuai resep dokter. Peran apoteker dalam pelayanan resep
terdiri dari skrining resep, analisis jamu yang akan diberkan kepada pasien, dan
penyiapan jamu. Penyiapan jamu dimulai dari peracikan, pemberian etiket,
penyerahan, pemberian informasi jamu, konseling, dan monitoring.
Apoteker di Klinik SJ harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dibutuhkan
yaitu keterampilan klinis, pengetahuan tentang pasien, pengetahuan tentang
penyakit, pengetahuan ilmu dasar, dan pengetahuan dalam farmakologi dan
farmakoterapi.
Pemberian KIE di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus dilakukan pada semua
pasien, terutama pada pasien baru. Penyerahan jamu dilakukan oleh Apoteker
kepada pasien ataupun keluarga pasien. Hal yang perlu diinformasikan yaitu terkait
cara perebusan dari simplisia, penggunaan bersamaan dengan obat-obatan kimia,
cara minum jamu dan aturan pakai dari jamu itu tersebut. Apoteker juga perlu
bertanya tentang penggunaan obat konvesional yang sedang dikonsumsi oleh
pasien, jika pasien meminum obat konvensional maka perlu diinformasikan untuk
cara minum obat dan jamu, hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya
interaksi. Apoteker juga menjelaskan aturan pakai untuk sediaan rebusan, yaitu
untuk penggunaan satu bungkus jamu digunakan untuk satu hari dan maksimal
penggunaannya yaitu 12 jam. Sediaan kapsul juga diinformasikan khasiat dari tiap
kapsul serta khasiatnya. Pasien juga diberikan informasi tentang efek samping yang
ditimbulkan dari konsumsi jamu.
8
Tabel 3.6 Formula Jamu untuk gangguan fungsi hati yang digunakan oleh
B2P2TOOT
- Mekanisme Kerja
Aktivitas hepatoprotektif ramuan jamu hepatoprotektor dalam uji
ini ditentukan oleh kandungan dari ketiga tanaman penyusunnya yang
secara sinergis melindungi dan memperbaiki fungsi hati. Efek
hepatoprotektif, berupa penghambatan kenaikan kadar Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase (SGPT), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
(SGOT), Malondialdehyde (MDA) dan Alkaline Phosphatase (ALP) serta
gambaran sel hati secara histopatologis. Taraxacum officinale (taraksakum/
15
- Mekanisme Kerja
Berdasarkan hasil uji pra-klinis, kurkumin pada kunyit mampu
berperan sebagai gastroprotektif yang mampu melindungi mukosa
lambung terhadap iritasi dengan meningkatkan sekresi musin. Jahe
mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang efektif mengatasi mual dan
muntah. Daun sembung mengandung 3,4’,5-trihdroksi-3’,7-
dimetoksiflavanon dan senyawa biflavonoid. Daun sembung berpotensi
menghambat terjadinya kerusakan mukosa, peningkatan jumlah sel mast
dan eosinophil pada lambung tikus yang diinduksi aspirin. Uji pra klinis
jinten hitam menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada jinten hitam
16
secara bermakna dapat menurunkan sekresi asam lambung, free and total
acidity, serta memiliki aktivitas melawan membentukan ulkus di lambung
tikus.
h. Ramuan Jamu Saintifik untuk Batu Saluran Kencing
- Komposisi
Nama Tanaman Nama Latin Kegunaan
Herba Tempuyung Sonchuss arvensis Diuretik
Daun Kumis Kucing Orthosiphon aristatus Diuretik
Daun Kejibeling Clerodendron Diuretik
calamitosum
Rimpang Alang-Alang Imperata cylindrica Diuretik
Rimpang Kunyit Curcuma domestica Antiinflamasi
Rimpang Temulawak Curcuma xanthorrhiza Analgesik
Herba Meniran Phyllanthus niruri Immunomodulator
Tabel 3.8 Formula Jamu untuk batu saluran kencing yang digunakan oleh
B2P2TOOT
- Mekanisme Kerja
Daun tempuyung (Sonchuss arvensis) mengandung senyawa
flavonoid, kumarin, dan skopoletin. Penggunaan infusa daun tempuyung
memiliki sifat yang dapat melarutkan kolesterol, Kristal oksalat dan batu
asam urat. Daun kumis kucing dapat digunakan sebagai agen diuretik dan
batu ginjal. Infusa daun kejibeling mengandung senyawa yang dapat
melarutkan dan menghambat pembentukan batu kandung kemih serta
diuretik. Rimpang kunyit dan rimpang temulawak memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi serta herba meniran Berdasarkan penelitian pra klinik
menunjukkan bahwa ekstrak meniran dapat memodulasi sistem imun
dengan proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin
spesifik (interferon-γ, tumor necrosis factor-α) dan beberapa interleukin.
- Mekanisme Kerja
Daun salam (Syzygium polyanthum) mengandung sekitar 0,17%
minyak essensial dengan komponen utama berupa eugenol dan metil
karvikol dimana kandungan tersebut mampu menurunkan kadar gula
dalam darah. Sambiloto (Andrographis paniculata) secara empiris dapat
digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Efek
antihiperglikemik daun sambiloto telah diteliti. Daun sambiloto dengan
dosis 10 mg/kgBB dapat mencegah hiperglikemik (Laksminawati dan
Afriandi, 2008). Kayu manis (Cinnamomum burmani) mengandung Methyl
Hydroxyl Chalcone Polimer (MHCP) yang dapat berfungsi sebagai mimetik
insulin dengan mekanisme melingkupi fosforilasi reseptor insulin, uptake
glukosa, sintesis gikogen (Taylor dkk., 2001). Temulawak (Curcuma
xanthorriza) mengandung kurkumin yang dapat mengurangi terjadinya
stress oksidatif pada tikus diabetes dengan menurunkan masuknya glukosa
ke dalam jalur poliol (Aggrawal dkk, 2015) (Novianto dan Triyono, 2015).
Tabel 3.10 Formula Jamu untuk kebugaran yang digunakan oleh B2P2TOOT
- Mekanisme Kerja
Rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza) dan rimpang kunyit
(Curcuma domestica) dapat meningkatkan nafsu makan. Secara empiris
Meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan pada pengobatan gangguan
18
ginjal, tekanan darah tinggi, sariawan, malaria, peluruh air seni, kencing
batu, nyeri ginjal dan gangguan empedu yang bersifat antidiare dan
antipretik. Komponen utama yang terkandung diantaranya filantin,
hipofilantin dan triacontanal yang dapat memberikan aktivitas peningkatan
daya tahan tubuh. Berdasarkan penelitian pra klinik menunjukkan bahwa
ekstrak meniran dapat memodulasi system imun dengan proliferasi dan
aktivasi limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesifik (interferon-γ,
tumor necrosis factor α) dan beberapa interleukin.
- Mekanisme Kerja
Khasiat yang dihasilkan dari ramuan jamu antiobesitas bersifat
holistik yaitu khasiatnya merupakan gabungan aktivitas penyusun ramuan
tersebut (Ardiyanto dkk., 2017). Tanin dalam daun jati belanda diduga
dapat menghambat pembentukan jaringan adiposa (Hidayat dkk., 2015).
Kemuning mampu menghambat enzim lipase dengan mengikat enzim
tersebut. Zat aktif yang berperan dalam antiobesitas masih belum diketahui
secara pasti namun kemuning memiliki potensi besar karena aktivitasnya
yang kuat terhadap faktor yang menyebabkab obesitas dalam tubuh.
Kandungan rhein dalam daun kelembak mampu menekan proses
adipogenesis dan metabolism lemak (Zhou dkk., 2015). Kandungan
flavonoid dan steroid dalam daun tempuyung diduga memungkinkan
terjadinya mekanisme penghambatan penyerapan dan meningkatan
ekskresi kolesterol (Ardiyanto dkk., 2018; Den dkk., 2015; Ranti dkk., 2013).
19
purpurea) sebagai tonik jantung, panca warna (Leiothrix argentauris) sebagai obat
demam, sambang colok (Aerva Sanguinolenta) sebagai peluruh air seni, manis rejo
(Vaccinium varingiaufolium) sebagai penurun deman, kecubung (Datura metel) serta
kayu manis (Cinnamomun zeylanicum).
Kegiatan pasca panen bertujuan untuk mempertahankan kualitas bahan baku sehingga
bahan baku tetap memiliki kualitas dan khasiat sesuai yang diharapkan. Skema proses pasca
panen sebagai berikut :
Sampel QC 2 Sortasi 2
Lulus
Proses QC 1 Pengeringan QC 3
Lulus
Petani mengirimkan
sampel Pemotongan Pengemasan
Gambar 3.1. Budidaya dan Perlakuan Pasca Panen Tanaman Obat di B2P2TOOT
Keterangan:
QC 1 : Analisis senyawa aktif
QC 2 : Analisis kadar air
QC 3 : Analisis kadar abu dan ekstrak kasar; kontaminasi mikroba
Dari alur proses di atas, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan di instalasi pasca
panen yaitu :
a. Pengumpulan Sampel Bahan Baku
Proses awal yaitu pengumpulan bahan baku yang didapatkan dari hasil budidaya
tanaman obat di B2P2TOOT, petani binaan juga mitra kerjasama dengan supplier.
Kebun tanaman obat (KTO) yang ada di B2P2TOOT terdiri dari KTO Kalisoro, KTO
Tlogodlingo, KTO Toh Kuning (Karangpandan), KTO Ngemplak (Karangpandan), KTO
Domplang (Matesih), KTO Tegalgede (Karanganyar), dan KTO Citeureup (Bogor).
Petani binaan yang telah menjalin kontrak kerjasama dengan B2P2TOOT yang
diminta untuk menanam tanaman tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan
B2P2TOOT dan dipanen pada waktu yang ditentukan. Cara pengumpulan bahan
simplisia tergantung dari bagian tanaman yang dipanen. Pengumpulan bahan
dipisah berdasarkan jenis tanaman dan dipisahkan satu tanaman dengan tanaman
lain agar tidak tercampur kemudian diberi label. Selanjutnya bahan baku diuji
23
kadar oleh QC, kandungan senyawa aktif dalam tanaman dapat bervariasi hal ini
dapat dipengaruhi oleh jenis tanaman, bagian tanaman, umur tanaman, waktu
panen serta lingkungan tempat tumbuh tanaman. Pengambilan sampel bahan baku
untuk dilakukan pengujian diambil pada lima titik berbeda. Bahan baku yang datang
diletakkan pada tempat transit room. Apabila bahan simplisia yang diperoleh telah
memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang telah ditetapkan, proses dapat
dilanjutkan ke sortasi basah.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing (berupa
tanah, rumput gulma, kerikil, dan lainnya) untuk menjaga kemurnian serta
mengurangi kontaminasi awal dari bahan baku lain yang berbeda yang tidak
diinginkan. Limbah pemisahan dari bahan baku digunakan sebagai pupuk organik.
Setelah dilakukan sortasi basah dan dipastikan bersih maka dapat dilanjutkan ke
proses selanjutnya pencucian.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
masih menempel pada bagian bahan baku terutama bagian tanaman yang berada
dildalam tanah seperti rimpang, umbi, dan akar. Pencucian dilakukan dengan
menempatkan bahan baku ke dalam bak besar yang kemudian dialiri air mengalir,
selain itu terdapat pencucian bertingkat dengan cara dicucinya sediaan tersebut
dicampur dengan air dilakukan secara berulang dengan air menggunakan oven.
Pengeringan secara manual yaitu diangin-anginkan tidak secara langsung terkena
sinar matahari, ditutup oleh kain hitam kemudian dibalik atau diaduk agar
mendapatkan hasil yang kering merata, biasanya juga ditempatkan pada bed dryer
yang dibawahnya akan dialiri udara panas sehingga lebih mempercepat
pengeringan.
Pada proses pengeringan, selain pengeringan secara manual, juga dilakukan di
dalam oven room yang biasanya digunakan untuk pengeringan daun- daun dengan
suhu maksimal 50oC dan cabinet room yang biasanya untuk pengeringan rimpang,
kulit dan batang dengan suhu maksimal 60oC agar zat aktif tidak rusak. Hal-hal yang
perlu diperhatikan selama proses pengeringan yaitu, suhu pengeringan,
kelembaban udara, kadar air, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan
simplisia.
24
d. Sortasi kering
Proses sortasi kering ini bertujuan untuk memisahkan kotoran, bahan organik
asing, pengotor fisik dan simplisia yang rusak akibat proses penanganan
sebelumnya. Prinsip kegiatan sortasi kering sama seperti sortasi basah, tetapi
dilakukan pada simplisia yang telah dikeringkan sebelum dikemas. Sortasi kering
dilakukan secara manual.setelah dilakukan sortas kering simplisia dalam dikemas.
e. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi simplisia saat pengangkutan,
distribusi, dan penyimpanan agar terhindar dari gangguan luar seperti suhu,
kelembaban, sinar, cemaran mikroba, dan gangguan seperti serangga. Bahan
pengemas harus kedap air dan udara serta dapat melindungi simplisia dari berbagai
gangguan. Bahan pengemas untuk simplisia yang dapat digunakan misalnya plastik
atau kantong kertas. Simplisia dikemas kedalam wadah yang diberikan label
lengkap sesuai dengan identitas bahan baku dan di setiap kemasan dapat
ditambahkan silica gel yang dibungkus dengan tujuan untuk menyerap air dan
menjaga kondisi kemasan agar tidak lembab. Wadah diberi label sebagai identitas
simplisia meliputi nama simplisia, tanggal pengemasan awal, daerah asal, kadar air,
berat simplisia, kode produksi. Kemudian warna label setiap wadah simplisia
berbeda tergantung kode produksi simplisia. Setelah simplisia dikemas dalam
wadah yang sesuai, lalu dilakukan penyimpanan.
f. Penyimpanan
Simplisia yang telah melewati beberapa tahapan kemudian dikemas dan diberi
label kemudian disimpan di dalam gudang. Pada proses penyimpanan terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa aktif. Selama
dalam penyimpanan simplisia dapat mengalami kerusakan maupun penurunan
mutu karena beberapa faktor yaitu cahaya, oksidasi, dehidrasi, kadar air,
kontaminasi, kapang dan serangga.
Penyimpanan simplisia di B2P2TOOT menggunakan FIFO (First In First Out) yaitu
simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Selain itu,
penyimpanan di dalam gudang juga dipisahkan berdasarkan tanggal pengemasan
yang dapat dilihat melalui perbedaan warna pada masing-masing kemasan.
Simplisia cacahan maupun serbuk harus melewati beberapa uji untuk memastikan
25
air). Ekstrak yang telah didapat akan disimpan dalam kulkas untuk menghindari
jamur yang tumbuh, dan selanjutnya akan dilakukan penetapan kadar
menggunakan sprektro di lantai 2.
b. Laboratorium Fitokimia
Laboratorium Fitokimia sifatnya sebagai uji pendahuluan. Laboratorium
fitokimia digunakan sebagai pemastian kontrol kualitas secara kualitatif, seperti
pemastian senyawa yang ada pada tanaman obat. Proses analisis tersebut meliputi
pengukuran kadar abu menggunakan tanur/inserator, cemaran logam, pengecekan
warna, penggojokan dan skrining fitokimia untuk mengetahui adanya flavonoid
pada tanaman menggunakan metode KLT. Alat yang digunakan yaitu tanur memiliki
panas dengan suhu sekitar 8000C, sediaan yang akan dilakukan pemeriksaan
umumnya berbentuk serbuk dan kemudian dimasukkan dalam tanur hingga
menjadi abu.
c. Laboratorium Proteksi Hama dan Penyakit (PHT)
Kegiatan di laboratorium ini adalah pengamatan gejala serangan hama dan
penyakit tanaman obat, hama dan penyakit tanaman obat apa saja yang
menyerang, cara mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman obat, uji
biopestisida, identifikasi hama pada tanaman obat baik yang ada di kebun maupun
etalase milik B2P2TOOT, aplikasi pengendalian hama terpadu, mengoleksi hama
dan serangga untuk 1 tumbuhan obat, dan peremajaan isolat agensia hayati.
d. Laboratorium Benih dan Pembibitan
Laboratorium benih dan pembibitan merupakan sarana penunjang kegiatan
litbang tanaman obat. Benih yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas tanaman obat yang dibudidayakan. Kegiatan laboratorium benih dan
pembibitan yaitu pemeliharaan koleksi benih, pembuatan database, penambahan
koleksi benih dan bibit, dan pengujian daya kecambah benih. Pada laboratorium ini
digunakan untuk penelitian yang berhubungan untuk menghasilkan benih-benih
tanaman obat yang unggul.
Selanjutnya, pada lantai 2 terdiri dari dari satu gudang bahan kimia, satu ruang
keskretariatan, dan 3 ruang laboratorium yang meliputi:
a. Laboratorium Farmakognosi dan Sistematika
Kegiatan yang dilakukan di laboratorium sistematika tumbuhan antara lain
perawatan spesimen herbarium, digitalisasi paspor tanaman obat, identifikasi
27
didokumentasikan sebagai klaim bahwa tanaman tersebut memang asli berasal dari
Indonesia, misalnya uji in vitro untuk antikanker dan sebagainya.
b. Laboratorium Mikrobiologi
Pada laboratorium mikrobiologi dilakukan kontrol kualitas untuk uji apakah
terdapat cemaran mikroba, angka jamur dan angka lempeng total pada
tanaman.
c. Laboratorium Kultur Jaringan
Pada laboratorium kultur jaringan digunakan untuk mengembangkan
tanaman yang akan punah dan tanaman yang memiliki kualitas unggul dalam
waktu singkat. Contoh tanaman obat yang telah dilakukan kultur jaringan yaitu
arang semut (Myrmecodia tuberose Jack), purwoceng (Pimpinella alpina Molk),
sembung (Blumea balsamifera (L). DC), dan kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth).
b. Cemaran Mikroba
Menggunakan acuan dari BPOM No.12 tahun 2014 yang meliputi pengujian
angka lempeng total (ALT) dan angka jamur / kapang khamir.
29
c. Kadar Abu
Berhubungan dengan cemaran logam berat dan dapat juga dijadikan sebagai
indikator kebersihan saat pencucian. Parameter pengukuran yaitu kadar abu total
dan kadar abu tidak larut asam. Standar acuan menggunakan Farmakope Herbal
Indonesia, dan masing-masing simplisia memiliki standar yang berbeda.
d. Kadar Sari
Parameter pengukuran yaitu kadar sari larut air dan kadar sari larut alkohol.
Alasan digunakan pelarut yang berbeda karena polaritas senyawa yang berbeda,
untuk mengetahui ekstrak total dari simplisia. Standar acuan menggunakan
Farmakope Herbal Indonesia dimana setiap simplisia memiliki standar yang
berbeda-beda.
e. Kadar Senyawa Aktif atau Penanda
Senyawa aktif merupakan senyawa yang dapat memberikan efek farmakologi,
sedangkan senyawa penanda belum tentu senyawa aktif, namun dapat digunakan
sebagai identifikasi (identitas) atau ciri spesifik dari simplisia. Standar acuan
menggunakan Farmakope Herbal Indonesia dimana setiap simplisia memiliki
standar yang berbeda-beda. Inovasi metode kontrol kualitas di Tawangmangu perlu
dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan, selain itu juga mempertimbangkan
efisiensi dari waktu, biaya dan juga energi yang dikeluarkan.
3.6 Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
Saat ini tanaman obat tradisional sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
diantaranya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menyehatkan dan meningkatkan
kualitas hidup (promotif), mencegah penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), dan
meningkatkan kualitas hidup (rehabilitatif/paliatif). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
yang menerapkan penggunaan tanaman obat di Indonesia adalah Rumah Riset Jamu (RRJ)
Hortus Medicus di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional yang terletak di Jl. Raya Lawu No 11, Tawangmangu, Kab. Karanganyar, Prov.
Jawa Tengah.
Rumah Riset Jamu Hortus Medikus merupakan klinik saintifikasi jamu tipe A yang
memiliki beberapa fasilitas kesehatan dan fasilitas penunjang diantaranya griya jamu
(apotek), laboratorium klinik, USD, EKG, stone therapy, dan kebun sayur organik. Kegiatan
di Klinik Hortus Medicus diantaranya adalah penelitian dan pengembangan obat atau
tanaman obat, pelayanan kesehatan, pelatihan untuk dokter dan farmasi dengan
30
kompetensi saintifikasi jamu, dan wisata alam. Selain itu, di klinik RRJ terdapat sumber daya
manusia yang memadai seperti terdapat 8 dokter dengan kompentensi saintifikasi jamu, 3
apoteker dengan kompetensi saintifikasi jamu, 6 D3 farmasi, 4 perawat, 2 analis kesehatan,
3 petugas pendaftaran, 2 petugas medical record dan 1 orang ahli gizi. Terdapat dua jenis
pasien di klinik RRJ yaitu pasien saintifikasi jamu (pasien penelitian) dan pasien non
saintifikasi jamu (pasien umum). Pasien saintifikasi jamu merupakan pasien pasien yang
memenuhi kriteria inklusi untuk dapat digunakan sebagai sampel penelitian dan tidak
dikenakan biaya. Pasien saintifikasi jamu harus menandatangani informed consent dan
request consent untuk memudahkan proses monitoring efek samping obat tradisional
(MESOT) yang berfungsi untuk melindungi pasien serta peneliti. Informed consent
merupakan lembar yang diberikan kepada pasien untuk persetujuan dalam menjalani
pengobatan dengan menggunakan obat tradisional atau herbal bedasarkan keinginan dari
pasien tanpa adanya paksaan. Sedangkan request consent merupakan lembar persetujuan
dari pasien bahwa pasien atas kemauan sendiri dan tanpa adanya paksaan untuk
melakukan pengobatan dengan jamu.
Alur pelayanan di klinik RRJ hampir sama dengan pelayanan di klinik kesehatan
umum lainnya. Alur pelayanan pasien baru dan pasien lama di klinik RRJ berbeda, dimana
pasien baru melakukan pendaftaran di loket pendaftaran dengan menyertakan kartu
identitas, kemudian petugas akan membuatkan kartu pasien dan berkas rekam medis (RM).
Selanjutnya pasien membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 3.000
sebagai uang pendaftaran dan diberi nomor antrian untuk pemeriksaan dokter.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang disesuaikan dengan kondisi pasien (darah, USG, dan EKG). Rekam Medis
(RM) pasien sama seperti RM konvensional yang berisi paraf dan inisial dokter pemeriksa,
keluhan utama, keluhan tambahan, pemeriksaan, diagnosa, dan terapi jamu yang harus
diberikan. Sedangkan pada pasien lama yang akan berobat alur pendaftarannya cukup
mengumpulkan kartu pasien ke loket dan membayar PNBP sebesar Rp 3.000, kemudian
petugas akan menulis di buku besar dan pasien akan mendapatkan nomer antrian. RM
pasien lama akan diambil di ruangan RM. Untuk pasien lama yang lupa membawa kartu
berobat atau hilang bisa mengumpulkan kartu identitas yang digunakan untuk pendaftaran
awal dan wajib melapor kepada petugas bahwa pasien sebelumnya pernah berobat ke RRJ.
Pasien yang telah diperiksa akan mendapatkan resep dari dokter yang berisi
tentang diagnosis pasien, dan lama pemberian jamu. Pasien yang telah mendapatkan jamu
31
kemudian menyerahkan resep ke griya jamu. Apoteker akan menerima resep sesuai antrian
di loket griya jamu, skrining dilakukan oleh apoteker untuk menentukkan jenis simplisia
yang akan diberikan. Nama dan jumlah simplisia yang akan diberikan di tulis di bagian
belakang resep untuk memudahkan peracikan oleh asisten apoteker, kemudian asisten
apoteker menimbang dan mencampur simplisia sesuai dengan yang dituliskan oleh
apoteker. Untuk resep rebusan, simplisia diracik dan dibungkus dalam 1 kantong kertas
untuk satu hari pemakaian. Untuk pasien yang mendapatkan resep berupa kapsul, petugas
akan langsung mengambilkan sediaan simplisia yang telah disediakan dalam bentuk kapsul
sesuai dengan diagnosa dan menghitung jumlah yang diperlukan selama pasien di terapi.
Kapsul yang telah tersedia tidak diracik di klinik RRJ melainkan di ruang produksi pascpanen
untuk penyerbukan dan pengkapsulan dilakukan di gedung pusat ekstraksi daerah. Tahap
akhir yaitu menyerahkan jamu disertai komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada
pasien ataupun keluarga pasien oleh apoteker. Hal yang perlu diberitahukan adalah aturan
pakai, cara minum jamu, cara merebus simplisia, penggunaan bersama obat konvensional,
penyimpanan, komposisi, khasiat, dan kemungkinan adanya efek samping. Apoteker harus
memastikan apakah pasien mengkonsumsi obat konvensional dan memberitahukan bahwa
aturan minum jamu dijeda 1-2 jam setelah penggunaan obat konvensional. Dijelaskan juga
aturan pakai untuk sediaan rebusan, yaitu untuk penggunaan satu bungkus jamu digunakan
untuk satu hari dan maksimal penggunaannya yaitu 12 jam. Sediaan kapsul juga
diinformasikan khasiat dari tiap kapsul dan cara penggunaanya.
BAB 4. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kegiatan kunjungan PKPA di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) pada tanggal 20-21 November 2019 menghasilkan beberapa
hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mampu memahami rangkaian proses
pelaksanaan program saintifikasi jamu dari hulu sampai hilir di B2P2TOOT
Tawangmangu.
b. PKPA mampu meningkatkan pemahaman peran apoteker dalam pelaksanaan
program saintifikasi jamu dari hulu ke hilir di B2P2TOOT Tawangmangu.
c. PKPA mampu meningkatkan pemahaman terhadap fungsi dan fasilitas yang ada di
B2P2TOOT Tawangmangu .
d. PKPA mampu meningkatkan pengetahuan terkait jenis dan khasiat tanaman obat
yang ada di B2P2TOOT Tawangmangu.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya menambah waktu kunjungan PKPA di B2P2TOOT Tawangmangu
sehingga mahasiswa profesi Apoteker lebih memahami peran apoteker pada
saintifikasi jamu.
b. Hendaknya dilakukan praktik kerja secara langsung agar mahasiswa lebih
mengetahui keadaan dilapangan sehingga dapat membandingkan dengan teori.
c. Hendaknya pada saat kunjungan PKPA mahasiswa dapat mengetahui proses dari
penerimaan resep hingga pemberian jamu kepada pasien di rumah riset jamu
“Hortus Medicus” secara langsung.
35
DAFTAR PUSTAKA
Al, Jawad FH, Al Razzuqi RA, Al Jeboori AA. 2011. Apium graveolens accentuates urinary Ca+2
excretions in experimental model of nephrocalcinosis.Int J. Green Pharm. Jun; 5:100-2.
Andrianti dan W. R.M. Teguh. 2016. Tingkat penerimaan penggunaan jamu sebagai
alternatif penggunaan obat modern pada masyarakat ekonomi rendah-menengah dan
atas. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik. 29(3):133–145.
Ardiyanto, D., Agus Triyono, Peristiwan Ridha Widhi Astana, Tofan Aries Mana. 2017.
Clinical trial of osteoarthritis jamu formula compare to piroxicam. Health Science
Journal of Indonesia.
Ardiyanto, D. dan Sunu Pamadyo T. Ismoyo. 2013. Studi Klinis Formula JAmu Untuk
Osteoartritis Sendi Lutut. Widyariset, Vol. 16 No. 2, Agustus 2013: 251–258
Ardiyanto, Danang, Peristiwan, RWA., Danang Agus Triyono, dan Tofan Aries Mana. 2017.
Uji Keamanan dan Manfaat Ramuan Jamu untuk Hemoroid Dibandingkan dengan
Diosmin Hisperidin. Media Litbangkes, Vol. 27 No. 1, Maret 2017, 57–64
Ardiyanto, D., Saryanto, Mana, TA. 2017. Peningkatan nilai hemoglobin, MCV, MCH, dan
feritin pada kasus anemia defisiensi besi dengan ramuan jamu di klinik Saintifikasi
Jamu Hortus Medicus. MGMI. 8(2) : 127–136. doi:10.22435/ mgmi.v8i2.6265.
Den, Hil EFH, van Schothorst EM. van der Stelt I, Swarts JMH, van Vliet M, Amolo T, dkk.
2015. Direct comparison of metabolic health effects of the flavonoids quercetin,
hesperetin , epicatechin, apigenin, and anthocyanins in highfat- diet-fed mice. Genes
Nutr. 10(23) :1– 13. doi:10.1007/s12263-015-0469-z.
Fajar, Novianto dan Triyono, Agus. 2015. Studi Klinis Formula Jamu Antihiperglikemia
Terhadap Fungsi Hati.
Farnsworth, N.R. dan Soejarto. D.D. 1991. Global Importance of Medicinal Plants. In:
Akerele O., Heywood V. and Synge H. (Eds) The Conservation of Medicinal Plants.
Cambrige, UK: Cambridge University Press.
36
Hidayat, M., Soeng S, Prahastuti S, Erawijantari PP, Widowati W. 2015. Inhibitory potential
of ethanol extract of detam 1 soybean (Glycine max) seed and jati belanda ( Guazuma
ulmifolia ) leaves on adipogenesis and obesity models in 3T3-L1 cell line. Journal of
Scientific Research & Reports. 6(4) : 304–312.
Isnawati, A., Soediro I. 2003. Pemeriksaan senyawa-senyawa turunan fenol daun handelium
(Graptophyllum pictum (L) Griff) [Internet]. Media Litbang Kesehatan Vol XIII no 1.
cited 2016 Sep 27]. Available fromi: http://
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/ article/view/1025/593.
Jamil, SS., Nizami Q, Salam M. 2007. Jamu formula could reduce plasma cholesterol patients
with mild Hypercholesterolemia. Jamu formula could reduce plasma cholesterol Vol. 9,
No.2
Laksminawati, D.R. dan Arfiandi Y., 2008, Efek Hipoglikemi dan Proteksi Fungsi Pankreas
Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata [Burm.f.] Nees) pada Mencit
(Mus musculus) Terinduksi Aloksan, Proseeding Kongres Ilmiah ISFI XVI, 1-6
Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 2015 ISBN:
978-602-19556-2-8 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Ranti, GC, Fatimawali, Wehantouw F. 2013. Efektivitas ekstrak flavonoid dan steroid dari
gedi (Abelmoschus manihot) sebagai anti obesitas dan hipolipidemik pada tikus putih
jantan galur
Siswanto. 2012. Saintifikasi Jamu Sebagai Upaya Terobosan dntuk Mendapatkan Bukti
Ilmiah tentang Manfaat Dan Keamanan Jamu. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol. 15 No. 2 April 2012: 203–211.
Tapia, E., Soto V,Ortiz-vega KM, Zarco-MarquesG, Molina-JijonE,Santamaria J., dkk. 2012.
Curcumin induces Nrf2 nuclear translocation and prevents glomerularhypertension,
hyperfiltration, oxidant stress, and the decrease in antioxidant enzymes in5/6
nephrectomized rats.Oxidative Medicine and Cellular
Longevity.doi:10.1155/2012/269039.
Taylor, K.J., Anderson R.A. and Donald J.G., 2001, A Hydroxychalcone Derived from
Cinnamon Functions as a Mimetic for Insulin in 3T3-L1 Adipocytes, Journal of the
American College of Nutrition, 20(4), 327–336
Zhou, Y., Xia W, Yue W, Peng C, Rahman K, Zhang H. 2015. Rhein: A review of
pharmacological activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
doi:10.1155/2015/578107.
37
Zulkarnain, Z., Fajar Novianto, dan Saryanto. 2017. Phase II Clinical Trial of Jamu for
Hepatoprotector. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 2, Juni 2017: 125 – 136
38
LAMPIRAN
Lampiran 7. Simplisia dari tanaman obat dari kebun B2P2TOOT yang sedang dikeringkan
dalam Gedung Labolatorium Pascapanen
41