Anda di halaman 1dari 7

PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT SECARA

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

1. Kalsium Laktat
Struktur Kalsium Laktat

Rumus Molekul : C6H10CaO6.H2O

Kalsium laktat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0% C6H10CaO6.H2O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Nama Kimia : Kalsium Laktat Hidrat


Sinonim : Kalsium Laktat Pentahidrat
Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O
Berat Molekul : Kalsium Laktat Pentahidrat (BM 308,30)
Syarat Kadar : Kalsium laktat mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0 % C6H10CaO6.5H2O,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan,
Pemerian : Serbuk atau granul putih : praktis tidak berbau :
bentuk pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi
bentuk anhidrat.
Kelarutan : Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air : praktis tidak
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : Sumber ion kalsium
Dosis maksimum : Sehari 15 g (Ditjen POM, 1995).

2. Tablet kalsium laktat


Tablet kalsium laktat merupakan salah satu sediaan yang sering
digunakan sebagai terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium
meninggi. Sediaan ini merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin
kebutuhan tubuh akan kalsium
Tablet kalsium laktat mengandung kalsium laktat
(C6H10CaO6x5H2O) tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

3. Metode Penetapan Kadar Kalsium Laktat


a. Metode Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil
reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat uji
yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan
lainnya. Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai,
lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring,
dicuci, dikeringkan atau dipijarkan dan setelah itu ditimbang . Kemudian jumlah
zat yang ditentukan dihitung dan hasilnya disajikan sebagai presentasi bobot
dalam cuplikan semua. Sebagai contoh kalsium biasa ditetapkan secara
gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran kalsium
oksalat tersebut menjadi kalsium oksida (Rivai, 1995).
b. Metode Permanganometri
Metode permanganometri adalah suatu metode yang dilandaskan pada
prinsip redoks dan menggunakan larutan kalium permanganat sebagai
suatu zat pengoksidasi. Dalam teknik kimia, zat ini digunakan untuk
menentukan kadar dari suatu zat senyawa. Penentuan konsentrasi suatu larutan
dibutuhkan dalam suatu analisa permanganometri yang menyangkut titrasi
redoks. Titrasi tersebut digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam
suasanan asam sulfat encer dengan menggunakan larutan titran kalium
permanganat. Analisa permanganometri dapat diaplikasikan dalam
menentukan zat dalam larutan dengan menggunakan larutan kalium
permanganat sehingga dapat diketahui kadarnya, dimana hal ini sangat penting
pada pengolahan-pengolahan pabrik industri kimia. Penambahan larutan
ammonium oksalat jenuh bertujuan untuk mengendapkan kalsium oksalat
(Rivai, 1995).
c. Metode Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA). Kestabilan dari
senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari
larutan oleh karena titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan
titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara
indikator dengan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks atau
larutan titer dan ion logam (Ditjen POM, 1995).
Larutan indikator belum mempunyai warna yang berbeda dengan larutan
kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah hitam eriokrom T dan jingga xilenol. Untuk logam yang
dengan cepat dapat membentuk senyawa kompleks biasanya titrasi
dilakukan secara langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali (Ditjen POM, 1995).
Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator
zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum
dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah
kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA)
maka kompleks indikator logam akan pecah dan menghasilkan warna yang
berbeda (Rohman,2007)
1) Titrasi Langsung
Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering
dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer,
misalnyacbuffer pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan
ditirasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat.
2) Titrasi Kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pH yang
dikehendaki untuk di titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya
sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks stabil dengan
natrium edetat dari pada dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat
ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebih kemudian larutan
ditambahkan buffer pada pH yang diinginkan dan kelebihan dinatrium edetat
dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam.
3) Titrasi Tidak Langsung
Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti
anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagai contoh barbiturat tidak
bereaksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan
dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1(Rohman,
2007).
4. Pembuatan Pereaksi
a. Indikator hitam eriokrom T (EBT)
Campurkan 10 mg EBT dan 1 gr NaCl, gerus sampai homogen (Ditjen
POM, 1995).
b. Buffer amonia pH 10
Larutkan 5,4 gram amonia klorida dalam 70 ml amonium hidroksida 5 M
dan encerkan dengan air hingga 100 ml (Ditjen POM,1995).
c. Larutan etilen diamin tetra asetat (EDTA) 0,05 N
Ditimbang sebanyak 18,61 gram Na2EDTA, dilarutkan dalam sejumlah
akuades. Diencerkan dengan akuades sampai 1000 ml (Ditjen POM,1995).

5. Prosedur
a. Pembakuan etilen diamin tetra asetat (EDTA)
Ditimbang seksama 1,4375 gr kristal ZnSO.7H2 O, dimasukkan labu ukur
100 ml, ditambahkan akuades sampai garis tanda, dihomogenkan, dipipet 20 ml,
ditambahkan 2 ml buffer amoniak, ditambahkan 2 tetes indikator EBT. Titrasi
dengan larutan EDTA 0,05 N sampai titik akhir titrasi berwarna biru.
b. Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat 500 mg
Tiap tablet mengandung kalsium laktat yang setara 500 mg Kalsium laktat.
Dalam 10 tablet mengandung kalsium laktat =10 x 500 = 5000 mg. Ditimbang
seksama 10 tablet kalsium laktat. Digerus halus hingga homogen.
Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 200 mg kalsium laktat.
Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 25 ml akuades
lalu kocok hingga semua serbuk larut. Ditambahkan 5 ml buffer amonia pH 10
dan 50 mg indikator EBT. Dikocok larutan hingga homogen. Dititrasi dengan
larutan EDTA 0,05 N sambil dikocok sampai titik akhir titrasi berwarna biru.
1 ml dinatrium edetat 0,05 N setara dengan 15,42 C6H10CaO6.H2O.
6. Perhitungan
Kadar tablet kalsium laktat dihitung berdasarkan :

Keterangan:
V = Volume EDTA yang terpakai (mL)
N = Normalitas EDTA (N)
BR = Berat rata-rata tablet kalsium laktat (mg)
NS = Normalitas Standar (N)
BS = Berat Serbuk (mg)
BK = Berat Zat Berkhasiat (mg)
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 124-126.

Rivai, H (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press. Hal. 229.

Rohman, A (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Hal.149-152.

Anda mungkin juga menyukai