Anda di halaman 1dari 33

FORMULASI DAN UJI STABILITAS MASKER DAUN KELOR (Moringa

oleifera Lam) DAN PATI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L) UNTUK


KULIT BERJERAWAT

PROPOSAL PENELITIAN FARMASI KEARIFAN BAHAN ALAM

OLEH:

SELVIRA ROSA NUR SANTI ( 180103044 )

SULINDA TRI UTARI (180103049)

WIDIA RATNA SARI (180103055)

YOHANES NOVRIADI N.S (180103056)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dab Rahmat-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan dan penelitian dan penyusunan proposal yang
berjudul “Formulasi Dan Uji stabilitas Masker Daun Kelor(Moringa oleifera L.) Dan
Pati Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.) Untuk Kulit Berjerawat”. Proposal ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhu tugas mata kuliah famasi kearifan
bahan alam prodi Farmasi Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur.

Dalam penyusunan proposal ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui.
Namun berkat kerja sama dan bimbingan dari dosen, proposal ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
dengan penuh kesabran selama penelitian. Akhir kata semoga proposal ini dpat
memberikan banyak manfaat untuk kita semua.

Samarinda, 6 mei 2021

Penulis,

Kelompok 4

i
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................v

DAFTAR TABEL........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….2

BAB II METODE PENELITIAN……………………………………………………………3

A. URAIAN TANAMAN DAUN KELOR…………………………………………….4


B. URAIAN TANAMAN BENGKUANG…………………………………………….6
C. KULIT ………………………………………………………………………………8
D. JERAWAT ………………………………………………………………………….11
E. MASKER……………………………………………………………………………11

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………………….13

A. TEMPAT PENELITIAN …………………………………………………………..13


B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN………………………………………………13
C. PROSEDUR PENELITIAN ……………………………………………………….13
D. EVALUASI SEDIAAN MASKER………………………………………………..16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………18

A. HASIL ………………………………………………………………………………18
B. PEMBAHASAN ……………………………………………………………………20

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………. 23

ii
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………..23
B. SARAN ……………………………………………………………………………..23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………….25

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan formula sedian masker daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan
pati bengkuang (Pachyrhizus erosus L.)

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daun Kelor

Gambar 2. Bengkuang

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeliharaan kulit wajah memerlukan perhatian yang khusus karena


kulit wajah merupakan organ yang sensitif terhadap perlakuan dan
rangsangan. Salah satu masalah saat ini yang berkaitan dengan kulit wajah
yaitu jerawat.Jerawat (acne) adalah sejenis masalah kesehatan kulit yang
sering dijumpai seseorang terutama remaja. Jerawat bisa mengganggu
penampilan seseorang serta bisa menimbulkan rasa ketidaknyamanan akibat
nyeri yang ditimbulkan. Perawatan yang sederhana untuk menghentikan
jerawat yang muncul adalah dengan rutin mencuci wajah menggunakan
sabun.Hal itu tidak akan cukup, kita bisa memilih berbagai jenis perawatan
wajah mulai dari dokter atau klinik kecantikan yang berbahan kimia dengan
harga mahal ataupun perawatan berbahan alami. Salah satu perawatan yang
sangat efisien tersebut adalah dengan penggunaan masker organik yang
terbuat dari bahan alam (odetta 2019).
Perkembangan industri kosmetik yang terus meningkat menyebabkan
beragamnya produk masker yang beredar di pasar, baik dari segi merk,
fasilitas, jenis, harga, maupun variasi yang terkandung dalam produk tersebut.
Produk masker yang beredar di masyarakat umumnya berbentuk bubuk yang
kemudian dicampur dengan air . Pemakaian masker wajah bermanfaat untuk
melembutkan kulit, membuka pori-pori yang tersumbat, dan membersihkan
sisa kosmetik yang tidak bisa dihilangkan menggunakan pembersih biasa.
Selain itu, pemakaian masker wajah yang teratur juga dapat membantu
mencegah penuaan dini dan mengurangi munculnya keriput dan garis-garis
halus serta untuk menghilangkan jerawat (Aloette, 2011).

1
Masker organik yang terbuat dari bahan alam ekstrak daun kelor dan
pati bengkuang memiliki kandungansenyawa metabolit sekunder yaitu
saponin, alkaloid, fenolik, tannin, triterpenoid, flavonoid,steroid, penoid, dan
glikosida. Daun Kelor merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan
sebagai bahan alami masker yang berkhasiat sebagai antibakteri. Kandungan
senyawa seperti flavonoid, saponin dan tannin yang ada dalam daun kelor
berperan sebagai senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan aktivitas
antibakteri (Moyo et al., 2012).
Bengkuang mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium.Umbi
ini juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 78-94%.
Bengkuang juga mengandung vitamin C, antibakteri, flavonoid dan saponin
yang merupakan tabir surya yang alami untuk mencegah kulit rusak oleh
radikal bebas dan zat fenolik dalam bengkuang cukup efektif menghambat
proses pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon, sinar
matahari dan bekas jerawat dapat dicegah dan di kurangi (kartika, 2015).
Mengingatkeunggulan daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan pati bengkuang
(Pachyrhizus erosus. L) yang sama-sama mengandung senyawa yang
berkhasiat untuk perawatan kulit wajah, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan membuat sediaan masker organik ekstrak daun
kelor dan pati bengkuang.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana formulasi pembuatan sedian masker ekstrak daun kelor dan
pati bengkuang untuk kulit yang berjerawat?
b. Bagaimana uji stabilitas fisik yang dilakukan pada pembuatan masker
ekstrak daun kelor dan pati bengkuang?

2
1. Tujuan Penelitian
A. Untuk mengetahui bagaimana pembutan masker organik bahan
alam dari ekstrak daun kelor dan pati bengkoang sebagai anti
jerawat.
B. Untuk mengetahui bagaimana uji stabilitas yang dilakukan
dalam proses formulasi masker organik.

2. Manfaat Penelitian
A. Bagi Peneliti
Mengetahui cara formulasi sediaan masker organik ekstrak daun
kelor dan pati bengkoang sebagai antijerawat serta mengetahui
stabilititas pada sediaan masker organik.
B. Bagi Mahasiswa
Memberikan referensi kepada mahasiswa dan instansi terkait,
tentangpemanfaatan bahan alam untuk pengobatan jerawat.
C. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dari
bahan alam yang ada disekitar.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Daun kelor

1. Daun Kelor (Moringa oleifera L.)

Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) merupakan salah satu jenis


tanaman yang mudah tumbuh didaerah tropis seperti Indonesia. Tanaman
kelor dapat tumbuh baik pada lingkungan berbeda, yaitu suhu 25-35 ºC.
Tanaman kelor memiliki ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai dari
dataran rendah sampai 700 meter diatas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh
pada semua jenis tanah dan tahan terhadapat musim kering dengan toleransi
kekeringan sampai 6 bulan (mardiana, 2013).

2. Klasifikasi Daun Kelor


Klasifikasi tanaman Kelor menurut (Brenner, 2002) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliphyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Manolipsida (berkeping dua/dikotil
Ordo : Capparales
Famiii : Moringaceae
Genus :Moringa
Spesies :Moringa oleaifera L

3. Nama Daerah Daun Kelor


Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan nama yang berbeda
seperti kelor(Jawa,Sunda, Bali, Lampung), Maronggih (Madura), Moltong
(Flores), Keloro (Bugis), Ongge (Bima), dan Hau fo (Timur). Kelor ini
termasuk ke dalam famili Moringaceae yang memiliki daun berbentuk bulat
telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai

4
(Tilong 2012). Tumbuhan kelor memiliki rasa agak pahit, bersifat netral, dan
tidak beracun (Hariana,2008).

4. Morfologi Daun Kelor


Tanaman kelor (Moringa OleiferaL) merupakan tanaman berupa
semak atau dapat pula berupa pohon dengan ketinggian 7m- 11m. Kayunya
merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun kelor
memiliki karakteristik bersirip tidak sempurna, kecil, berbentuk telu, sebesar
ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau
kecoklatan,bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm,
lebar 4mm sampai 1cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tapi
daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam serta pedas. Dari dalam
berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan
dalam agak berserabut. Bagian kayu warna coklat muda, atau cream
berserabut, sebagian besar terpisah.(Brenner,2002).

Gambar 1. Daun Kelor (Moringa oleifera L.)

5
5. Kandungan Daun kelor

Bahan alami yang mengandung banyak antioksidan adalah daun kelor.


Daun kelor banyak mengandung antioksidan yang tinggi karena daun kelor
mengandung asam askorbat, flavonoid, phenolic dan karatenoid Daun kelor
dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kosmetik salah satunya
dalam pembuatan masker organic (Aminah dkk, 2015)

B. Uraian Tanaman Bengkuang

1. Bengkuang (Pachyhizus erosus L.)

Tanaman Bengkuang (Pachyhizus erosus L.) termasuk kedalam jedis


umbi umbian yang berpotensi sebagai bahan baku pati. Tanaman ini mudah
dibudayakan dan dapat tumbuh pada berbagai lingkungan terutama pada
daerah tropis dengan tanah dan suhu yang bervariasi.

2. Klasifikasi Bengkuang
Klasifikasi tanaman Pati Bengkoang menurut Van Stenis, (2005) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (polong-polongan)
Genus : Pachyrhizus
Spesies : Pachyrhizus erosus L

6
3. Nama Daerah Bengkuang
Bengkuang berasal dari derah Amerika Tengah dan Selatan, terutama
di daerah Mexico, suku Aztec menggunakan biji tanaman ini sebagai obat-
obatan. Kemudian, pada abad ke -17, spanyol menyebarkan tanaman ini ke
daerah Filipina sampai akhirnya menyebar ke seluruh Asia dan Pasifik.
Tanaman ini masuk ke indonesia dari manila melalui Ambon. Sejak itulah,
bengkuang dibudidayakan di seluruh negeri. Saat ini, bengkuang lebih
banyak di budidayakan di daerah Jawa dan madura, atau di dataran rendah
lainnya (Van Steenis, 2005).

4. Morfologi Bengkuang
Bengkuang adalah tumbuhan tahunan yang mempunyai panjang
sekitar 4 hingga 5 m. jenis batang bengkuang bersifat menjalar dan membelit
dengan dengan rambut halus yang menghadap kearah bawah. Pohon
bengkuang memiliki bentuk daun yang menyiripdan beranak daun. Panjang
tangkai daun sekitar 8,5-16 cm. anak daun berbentuk bulat telur dan melebar
dengan ujungnya yang runcing. Bunga tanaman bengkuang biasanya
cenderung berkumpul pada ujung tandan dan berada di ketiak daun. Kelopak
bunga biasanya berwarna coklta keunguan (Abdur rahman, 2020)
Umbi bengkuang berwarna putih dan mengandung banyak air. Umbi ini
biasanya di panen pada umur tanam 4-6 bulan yaitu ketika diameternya
mencapai 10-15 cm dan beratnya sekitar 2 kg. Pada kondisi ini umbi
bengkuang akan mempunyai tekstur yang renyah, citrarasa yang manis
dengan flavor disukai. Varietas bengkuang yang banyak dibudidayakan di
indonesia adalah bengkuang gajah dan bengkuang badur. Perbedaan diantara
kedua jenis bengkuang ini adalah waktu panennya. Varietas bengkuang badur
memiliki waktu waktu panen lebih lama. Jenis ini baru dapat dipanen ketika
tanamanya berusia tujuh sampai sebelas bulan (Kay,1993)

7
Gambar 2. Bengkuang

5. Kandungan Bengkuang
Bengkoang (pachyrhizus erosus) adalah umbi yang memiliki
kandungan-kandungan zat yang bermanfaat. Kadungan zat meliputi
antioksidan, vitamin C, air, antibakteri dan flavonoid. Flavonoid merupakan
tabir surya alami untuk mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas dan zat
fenolik efektif untuk menghambat proses pembentukan melanin (Putra,2012).

C. Kulit

1. Pengertian Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasi organ
lainnya dari lingkungan hidup manusia. Kulit memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui jumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi
sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi
kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta
pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan
Latifah,2007).

8
2. Struktur Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah
sebagai berikut:

a. Lapisan Epidermis
Lapisan Epidermis Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun
dari 5 lapisan, yaitu:

1) Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan


lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki
sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada
lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.
2) Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa
lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak
juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan
kaki.
3) Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2
sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan
berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum
korneum.
4) Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan
lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum
spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.
5) Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang
paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru
yang menyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil
pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum.
Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat
dalam lapisan ini.

9
b. Lapisan dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh


lebih tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996).
Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan
rata-rata 3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat
kulit manusia tanpa lemak. Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti
folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat,
kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan
ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah,
2007).

c. Lapisan Subkutan

Lapisan Subkutan atau hipodermis terdapat diantara demis dan


jaringan serta organ dibawahnya. Lapisan ini terdiri dari sebagian
besar jaringan adiposa dan merupakan tempat penyimpanan lemak
tubuh. Lapisan ini juga memiliki fungsi sebagai pengikat kulit, dan
menyediakan penyekatan suhu (Pack, 2007).

10
D. Jerawat

Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan produksi kelenjar


minyak (sebaseus gland) sehingga menyebabkan produksi minyak berlebihan.
Keadaan inilah yang memicu terjadinya penyumbatan saluran folikel rambut dan
pori pori kulit (mumpuni,2010)
Jerawat sering terjadi pada kulit wajah , leher, dada, dan punggung. Meskipun
jerawat tidak berdampak vatal, tetapi cukup merisaukan karena dapat
menurunkan kepercayaan diri, terutama mereka yang peduli akan penampilan
(tjekyan, 2018).
Penyebab terjadinya jerawat antara lain faktor genetik, endokrin, psikis,
musim, stress, makanan, keaktifan kelenjar sebasea, infeksi bakteri, kosmetika,
dan bahan kimia lain (al-hoqail,2003). Jerawat bisa disebabkan oleh aktifitas
kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi bakteri. Bakteri
penyebab jerawat terdiri dari Propionibacterium acnes (Chomnawang,dkk.,
2007), Staphylococcus aureus (sarlina, dkk., 2017), staphylococcus epidermidis
(suryana dkk, 2017).

E. Masker
Masker adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah yang
memiliki manfaat yaitu memberi kelembaban, memperbaiki tekstur kulit,
meremajakan kulit, mengencangkan kulit, menutrisi kulit melembutkan kulit,
membersihkan pori-pori kulit, mencerahkan warna kulit, merilekskan otot-
otot wajah dan menyembuhkan jerawat dan bekas jerawat (Fauzi,2012).
banyak terdapat dipasaran adalah bentuk bubuk/serbuk, pastel, gel,
kertas/kain. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alami
sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetika (Mario, 2001).
Masker organik umumnya terbuat dari bahan bahan tradisional,seperti
herbal, buah buahan, dan bebrapa sayuran. Bahan alami yang mudah untuk di
dapatkan serta harga yang relatif terjangkau dan mudah dibuat banyak

11
diminati oleh wanita yang menginginkan kulit wajah yang sehat. Beberapa
bahan alami yang dapat digunakan dalam pembutan masker organik seperti
daun kelor dan bengkuang untuk perawatan kulit yang berjerawat.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat
eksperimental Pembuatan formulasi dan uji stabilitas masker wajah dari daun
kelor (Moringa Oleifera L.) dan pati bengkuang (Pachyrhizus Erosus.L)
Mangambil artikel dari formulasi ibu Endah Pramudita, Jenta Puspariki,
Suharti . Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik . Korespondensi: Jl. Veteran
No. 272 Ciseureuh Purwakarta.

B. Alat dan Bahan Penelitian


Penelitian bertujuan untuk membuat formulasi masker wajah. Bahan
yang digunakan adalah daun kelor, bengkuang dan air.Alat yang digunakan
adalah pisau dapur, batang pengaduk, parutan halus, wadah, nampan, kain
hitam, oven, blender, ayakan mesh, kompor listrik, timbangan gram dan kertas
lakmus (kertas indikator pH).

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Kelor


Diambil beberapa batang daun kelor, kemudian dicuci hingga bersih
dengan menggunakan air mengalir. Lalu rajang daun kelor menggunakan
pisau dan dikeringkan diatas wadah nampan dan ditutupi dengan kain hitam
tipis sehingga daun kelor tidak terkena matahari langung. Kemudian blender
daun kelor yang telah kering.

2. Pembuatan Ekstrak Bengkuang


Diambil 2-3 buah bengkoang yang masih segar, kemudian dicuci
bersih dengan air mengalir. Bengkuang yang sudah dicuci bersih dikupas kulit
luarnya, kemudian parut bengkuang yang sudah dikupas. Hasil parutan

13
bengkuang kemudian disaring dengan menggunakan kain bersih, sehingga
terpisah antara sari dan ampas bengkuang. Lalu sari bengkuang di endapkan
selama beberapa jam. Kemudian diambil endapan dari sari bengkuang, lalu
oven pada suhu 60ºC selama 3-4 jam.

3. Rancangan Formulasi Masker Daun Kelor Dan Pati Bengkuang


Pada penelitian pembuatan formulasi masker daun kelor dan pati
bengkuang dilakukan dengan menggunakan metode tindakan atau (Action
Research) dengan tiga formulasi masker yang berbeda.

Tabel 1. Rancangan formula sedian masker daun kelor (Moringa oleifera


Lam) dan pati bengkuang (Pachyrhizus erosus L.)

Presentase
Bahan F1 (gram) F2 (gram) F3 (gram)

Ekstrak Daun Kelor 3 2.5 2

Pati Bengkuang 7 7.5 8

Pada tabel ini dilakukan penimbangan bahan simplisia pada serbuk daun kelor
dan pati bengkuang yang dibuat sebanyak tiga formulasi berbeda-beda.

14
4. Pembuatan formulasi

Serbuk daun kelor yang telah ditimbang sesuai dengan formulasi


masker I,II, dan III dicampurkan dengan pati bengkuang yang telah di ekstrak.

a. Hasil Formulasi Masker

sampel Pengamatan

warna bentuk aroma jamur

Formulasi 1 Coklat Serbuk Bau khas Tidak ada


halus ekstrak jamur
daun kelor

Formulasi 2 Cream Serbuk Sedang Tidak ada


halus khas jamur
ekstrak
daun kelor

Formulasi 3 Putih Serbuk Lemah Tidak ada


tulang halus khas jamur
ekstrak
daun kelor

15
b. Hail Uji Ph Sediaan Pada Suhu Kamar 15-25ºC

Sampel Waktu pengukuran ( Minggu)

Ke-1 Ke-2 Ke-3

F1 5 5 5

F2 5 5 5

F3 5 5 5

D. Evaluasi Sediaan Masker Daun Kelor dan Pati Bengkoang


c. Uji Organoleptis

Dilakukan dengan parameter pengujian berdasarkan perubahan warna,


bentuk, dan bau (Septiani, dkk. 2011).

d. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan cara sedian masker diambil pada masing
masing formula secukupnya dan dioleskan pada plat kaca, diraba dan

16
digosokan. Sediaan harus menunjukan susunan yang homogeny dan tidak
adanya butiran kasar (mardikasari et al., 2017).
e. Uji pH
Mengukur nilai pH pada masing-masing formulasi setiap seminggu
sekali selama 3 minggu pada suhu kamar. Pengujian pH dilakukan dengan
cara elektroda ditambahkan dengan menggunakan aquadest kemudian
dicelupkan kedalam campuran serbuk dan aquadest tersebut pada suhu
25ºC. Nilai pH yang muncul pada kertas lakmus kemudian dicatat. pH
sediaan yang memenuhi kriteria pH wajah normal pada bagiaan kulit yaitu
dalam interval 4,5-6,5 jika nilai pH kurang dari 4 dan lebih dari 7
dikhawatirkan akan menyebabkan iritasi pada kulit (Depkes, 2004).
f. Uji Stablitas fisik
Stablititas didefinisikan sebagai ketahanan suatu produk sesuai dengan
batas-batas tertentu selama penyimpanan dan penggunaan atau umur
simpanan suatu produk tersebut masih mempunyai sifat dan karateristik
yang sama seperti pada waktu pembuatan (Deviarny dkk., 2012). Uji
stabilitas dilakukan menggunakan metode Cyling test dengan cara sedian
disimpan pada suhu 4ºC selama 24 jam, kemudian dipindahkan kedalam
oven yang bersuhu 40ºC selama 24 jam (satu siklus). Uji ini dilakukan
selama 6 siklus, kemudian diamati adanya pemisahan fase.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dalam bab ini akan memaparkan literature terpilih dan paling mirip
dengan tujuan awal penelitian. Sajian dari hasil literature yang tertulis dalam
tugas penelitian FKBA memuat beberapa rangkuman hasil dari masing-
masing jurnal atau artikel yang telah terpilih dan disajikan pada bentuk tabel,
kemudian dibawah tabel akan dijelaskan arti tabel beserta trendnya dalam
bentuk paragraf (Nursalam, 2020)
Penelitian Marwiyah & Pertiwi (2019) dengan judul masker daun
kelor, daun salam, dan tepung garut untuk mengurangi jerawat pada wajah.
Berdasarkan hasil penelitian pemakaian masker kepada 6 responden yang
memiliki jenis kulit yang berminyak dan berjerawat. Penelitian dilakukan
selama satu bulan dan menggunakan 3 jenis bahan yaitu bahan A (1 gram
daun kelor dan 1 gram daun salam), bahan B menggunakan (2 gram daun
kelor dan 1 gram daun salam) dan bahan C menggunakan (3 gram daun kelor
dan 1 gram daun salam), pemakaian dilakukan seminggu 3 kali serbuk
tersebut dicampur dengan air lalu diratakan ke wajah responden. Hasil
menunjukkan produk C memiliki presentase paling tinggi dan responden yang
menggunakan produk C mengatakan bahwa nyaman menggunakan masker
daun kelor dan kondisi jerawat telah mengalami perubahan.Sebelum
menggunakan masker tersebut, kondisi jerawat semua responden sedikit
meradang dan setelah menggunakan masker tesebut kondisi jerawat mulai
mengering. Hal tersebut menunjukkan bahwa radikal bebas yang
menyebabkan jerawat dapat dikurangi dengan masker.

Penelitian Hastuti et al. (2019) dengan judul aktivitas secara in vitro


dan in vivo kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera lam.) dan

18
pegagan (Cetella asiantica (l.). Urb) sebagai gel anti jerawat. Berdasarkan
hasil penelitian ekstrak daun kelor dan herba pegagan memiliki kandungan
senyawa metabolit sekunder yaitu saponin, alkaloid, fenolik, tannin,
triterpenoid, flavonoid,steroid, penoid, dan glikosida. Hal tersebut
membuktikan bahwa ekstrak daun kelor dan herba pegagan adalah jenis
tanaman dengan kandungan antioksidan tinggi.Kemampuan menghambat
aktivitas bakteri diperoleh dari senyawa flavonoid, tannin, saponin, fenolik
dan alkaloid.Kandungan steroid yang mampu mengurangi reaksi iflamasi
yang menyertai timbulnya jerawat. Kombinasi senyawa-senyawa yang
terkandung dari kedua ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai anti-jerawat
sesuai dengan etiopatogenesis jerawat yaitu melalui penghambatan bakteri
Propionibacterium acnes (P acnes) terbukti dari hasil diameter bakteri yang
mengecil.

Penelitian Priscilla Adreshina (2018) dengan judul pengaruh proposi


pati bengkuang dan ekstrak okra terhadap hasil jadi masker untuk perawatan
kulit wajah berminyak dan berjerawat. Lutikaningsih (2010) menyebutkan
bahwa, bengkuang mengandung vitamin C, flavonoid dan sapponin yang
merupakan tabir surya yang alami untuk menjegah kulit rusak oleh radikal
bebas dan zat fenolik dalam bengkuang yang cukup efektif menghabat proses
pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon, sinar matahari
dan bekas jerawat dapat dicegah dan dikurangi. Selain bengkuang ekstrak
okra banyak memiliki kandungan vitamin A dan vitamin C yang tinggi serta
antioksidan yang baik untuk mengurangi kerutan dan keriput.Okra juga baik
untuk menjegah jerawat, menyamarkan noda bekas jerawat dan mencegah
iritasi.Pengaruh proporsi pati bengkuang dan ekstrak okra dilihat dari warna,
bau, aroma, tekstur dan hasil dan daya lekat masker. Formulasi yang paling
baik untuk dijadikan masker yaitu 35 gram pati bengkuang dan 15 gram

19
ekstrak okra dangan kriteria masker cukup beraroma, berwarna kehijaun serta
tekstur cukup halus dan sangat lekat.

Penelitian shiza maunik (2021) dengan judul aktifitas antioksidan dan


mutu fisik masker wajah berbahan daun kelor dan kopi robusta. Berdasarkan
hasil penelitian dari tiga sampel aktifitas anti oksidan tertinggi dihasilkan oleh
sampel A3 (daun kelor 70% ; kopi 30%) dengan kadar antioksidan 75,28%.
Tingginya aktivitas antioksidan pada sampel tersebut dikarenakan jumlah
bubuk daun kelor lebih banyak dibandingkan dengan bubuk kopi robusta.
Hasil dari pH sampel A3 yaitu 6 sesuai dengan pH kulit wajah, lama waktu
yang dibutuhkan dalam proses pengeringan masker wajah dengan waktu yang
cukup singkat yaitu dengan waktu 22.15 menit. Uji mutu masker dilakukan
pada 30 panelis dengan parameter warna, aroma, tekstur dan sifat keseluruhan
yaitu pada formula A3.Alasan panelis memilih formula A3 dikarenakan
masker wajah memiliki aroma khas berasal dari kopi robusta yang dapat
menghilangkan aroma langu pada daun kelor.Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa formula A3 merupakan formula terbaik dalam masker wajah.

B. Pembahasan
Berdasarkan dari 5 jurnal yang sudah direview penulis menemukan
beberapa fakta penggunaan ekstrak daun kelor (moringa oleifera) terutama
sebagai masker dapat menghambat perkembangan bakteri Propionibacterium
acnes (P acnes), kandungan 48 senyawa antioksidan plafonoid, asam amino,
mineral dan senyawa provitamin A yang sangat bermanfaat sebagai
penetralisir radikal bebas yang memiliki dampak merusak sel-sel di kulit.
Daun kelor sebagai kontrol positif memberikan hasil yang baik untuk jerawat
terbukti dengan perbaikan secara klinis dinilai dari berkurangnya tanda
inflamasi, jumlah papul, pustule, nodul, dan perubahan kadar sebum. Sebelum
menggunakan masker dari ekstrak daun kelor, kondisi jerawat sedikit

20
meradang dan setelah menggunakan masker tesebut kondisi jerawat mulai
mongering.

Pengunaan masker daun kelor bersaaman dengan pati bengkoang


dapat memberikan hasil yang optimal. Menurut Lutikaningsih (2010)
menyebutkan bahwa, bengkuang mengandung vitamin C, flavonoid dan
sapponin yang merupakan tabir surya yang alami untuk menjegah kulit rusak
oleh radikal bebas dan zat fenolik dalam bengkuang yang cukup efektif
menghabat proses pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon,
sinar matahari dan bekas jerawat dapat dicegah dan dikurangi. Kombinasi dari
beberapa antioksidan dan vitamin C dapat menunjukan efek sinergis dalam
melawan kerusakan akibat radikal bebas. Pemakaian produk topical pada kulit
seperti kandungan vitamin C dan Vitamin A harus sesuai kebutuhan dan
dilihat permasalahan kulit yang terjadi terlebih dahulu.

Pemakaian masker wajah yang mengandung bahan aktif akan optimal


jika bahan tersebut dapat diabsorbsi oleh kulit minimal sebagian dari
kandungan bahan aktif yang ada pada bahan oleh karena itu, frekuensi
pemakaian masker wajah sangat mempengaruhi nilai kelembaban kulit.
Semakin sering memakai masker wajah, maka kadar bahan aktif yang
diabsorbsi akan lebih banyak sehingga nilai kelembaban kulit akan
meningkat. Frekuensi pemakain masker wajah untuk kulit berjerawat adalah 2
kali dalam seminggu.Masker wajah lebih baik digunakan pada malam hari,
penggunaan masker wajah pada malam hari berfungsi untuk mengangkat sel
kulit mati di wajah sehingga kulit dapat ber regenerasi di pagi hari.

Berdasarkan opini dari penulis, menurut peneliti penggunaan masker


ekstrak daun kelor dengan pati bengkuang sangat baik adanya karena selain
berbahan alami, mudah didapat dan mengandung nilai ekonomis jika
dibandingkan dengan perawatan di klinik kecantikan. Perawatan non-

21
farmakologis atau alternatif dengan menggunakan masker alami berbahan
daun kelor (moringa oleifera) dengan pati bengkoang tidak akan memberi
efek ketergantungan yang bisa berbahaya tubuh. Dimana masker tersebut
bermanfaat sebagai anti-inflamasi bermanfaat untuk pemulihan jerawat yang
meradang pada wajah.dengan demikian dari 5jurnal yang telah direview
didapatkan hasil bahwa pemberian ekstrak masker daun kelor (moringa
oleifera) dengan pati bengkoang menunjukkan pengaruh yang sangat
signifikan dalam pemulihan jerawat (acne) dibandingkan dengan masker
berbahan lain.

Penelitian Perwita (2019) dengan judul pemanfaatan ekstrak moringa


oleifera sebagai masker organik untuk merawat kesehatan kulit
wajah.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor bisa
dimanfaatkan untuk masker organik sebagai perawatan kulit wajah. Daun
kelor memiliki kandungan antioksidan, seperti tannin, triterpenoid, steroid,
saponin, dan alkaloid.Fenolat yang mampu memperbaiki tekstur kulit akibat
jerawat, serta memperbaiki sel tubuh yang telah rusak akibat radikal bebas.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pencarian beberapa jurnal yang telah di riview dalam
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu Pemeliharaan kulit
wajah memerlukan perhatian yang khusus karena kulit wajah merupakan
organ yang sensitif terhadap perlakuan dan rangsangan. Salah satu masalah
saat ini yang berkaitan dengan kulit wajah yaitu jerawat. Jerawat (acne)
adalah sejenis masalah kesehatan kulit yang sering dijumpai seseorang
terutama remaja. Pemanfaat bahan alam sebagai perwatan kulit wajah
merupakan cara yang cukup efektif yang digunakan untuk kondisi wajah yang
berjerawat. Salah satu bahan yang alami yang digunakan dalam perawatan
kulit wajah yang berjerawat adalah daun kelor dan pati bengkoang, kedua
bahan ini memiliki kandungan antioksidan yang tinggi serta vitamin c yang
baik untuk menutrisi kulit wajah. Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian
formulasi masker daun kelor dan pati bengkoang, pH masker cukup stabil
yaitu berkisar 5, sesuai dengan pH wajah normal berkisar 4,5 – 6,5. Pada uji
organoleptik tidak menunjukan perubahan yang significan hanya saja terdapat
aroma khas daun kelor. Masker daun kelor dan pati bengkuang cukup stabil
untuk disimpan selama 3 minggu dalam keaadan tertutup baik.

B. Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:

Pada penelitian ini mengkaji cara pembuatan masker daun kelor dan
pati bengkoang untuk perawatan kulit wajah yang berjerawat. untuk penelitian
lebih lanjut dapat menginovasikan daun kelor dan pati bengkuang ke dalam

23
bentuk produk lain atau memanfaatkan bahan alami lain untuk perawatan kulit
wajah yang berjerawat..

DAFTAR PUSTAKA

24
Endah Pramundita, J. P. (2019). Formulasi Sediaan dan Uji Organoleptik Masker Daun Kelor
dan Pati Bengkuang Untuk Perawatan Kulit Berjerawat. Journal Of Holistic and
Health Sciences, 3(2), 103-107.

Fauziah, R. M. (2020). Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Masker Wajah Peel-Off Dari Ekstrak
Sabut Kelapa (Cocos Nucifera L). Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2, 42-51.

Kusstianti, N. (2018). Pengaruh Proporsi Seledri (Apium graveolens) dan Tepung Beras
Terhadap Hasil Penggunaan Masker Wajah Untuk Kulit Berjerawat. E-Journal, 7(2),
27-33.

Netti Suharti, O. S. (2016). Karakteristik Umbi Bengkuang (Pachyhizus Erosus L.). 2, 1-13.

Noer Elin Meilina, A. N. (2017). Aktifitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garnicia
mangostana L) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Farmaka, 16(2), 322-328.

Swaidatul Masluhiyah, W. S. (2016). Formulasi Masker Alami Berbahan Dasar Bengkoang


Dan Jintan Hitam Untuk Mengurangi Kerutan Pada Kulit Wajah. Jurnal Care, 4(2),
23-35.

Sylvia Puspita, A. A. (2011). Formulasi Sediaan Gel Masker Wajah Ekstrak Etanol Umbi
Wortel (Daucus carofal). Agrin Vol.15, NO.1, April 2011, vol, 15, 66-73.

Theresia H. Tunas, H. J. (2019). Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera Lam) dan Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera Lam). Jurnal Mipa, 8(3), 112-115.

25
26

Anda mungkin juga menyukai