Anda di halaman 1dari 12

FORMULA LOTION EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)

Oleh :

Faturrahman bahansubu

Robbi Afdillah

Farida molangga

Syanas Z.K. Kiayai

Rusida umasugi

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia serta berfungsi
melindungi tubuh dari pengaruh luar, sehingga kulit perlu dilindungi dan dijaga
kesehatannya. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab kerusakan pada kulit
(Mardikasari dkk, 2017).
Karena sifatnya yang reaktif maka ia sangat mudah menyerang selsel sehat didalam
tubuh dan akan menyebabkan penyakit degeneratif bila pertahanan dari tubuh tidak
optimal (Suryani dkk, 2015). Oleh karena itu, tubuh memerlukan substansi penting yakni
antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat memperlambat, dan mencegah proses oksidasi
(Sutarna, 2013).
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman yang memiliki
aktivitas antioksidan. Suryani dkk (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu
biji berpotensi sebagai salah satu sumber flavonoid dan fenolik alami. Flavonoid dan
fenolik merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas utama sebagai antioksidan yang
dapat dimanfaatkan sebagai penangkap radikal bebas.
Dalam formula ini, akan digunakan daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang
diformulasikan dalam bentuk lotion. Lotion merupakan sediaan suspensi atau emulsi
dengan atau tanpa obat yang digunakan secara topikal. Pemilihan sediaan lotion karena
sifat cairnya memungkinkan penggunaan yang merata dan luas sehingga cepat kering
juga memberikan rasa nyaman pada kulit dan lotion lebih mudah dibuat (Zulkarnain dkk,
2013). Kestabilan sediaan lotion merupakan hal yang penting, oleh karena itu
organoleptis, homogenitas, tipe emulsi, pH, daya sebar, viskositas, dan sifat alirnya harus
tetap terjaga stabilitasnya. Dengan kata lain dapat mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Harmita dalam Budiman
2008).
1.2 Alasan Pembuatan Produk
Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan pada kulit lebih baik bila
dibuat dalam bentuk sediaan kosmetik topikal dibandingkan oral. Salah satu bentuk
sediaan kosmetik topikal adalah Lotion merupakan sediaan suspensi atau emulsi dengan
atau tanpa obat yang digunakan secara topikal. Pemilihan sediaan lotion karena sifat
cairnya memungkinkan penggunaan yang merata dan luas sehingga cepat kering juga
memberikan rasa nyaman pada kulit dan lotion lebih mudah dibuat (Zulkarnain dkk,
2013).
Antioksidan mampu menghambat reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh dengan
cara mendonasikan satu atau lebih elektronnya kepada senyawa oksidan untuk diubah
menjadi senyawa yang stabil (Kikuzaki, Hisamoto, Hirose, Akiyama, dan Taniguchi,
2002). Sediaan kosmetik yang memiliki aktivitas antioksidan dapat digunakan untuk
mencegah dan memperbaiki dampak penuaan dini pada kulit (Ardhie, 2011).
Daun jambu biji mengandung beberapa metabolit sekunder hasil dari skrining
fitokimia, salah satunya tanin. Tanin merupakan komponen utama dalam daun jambu biji
sebesar 9-12%, di mana tanin memiliki beberapa aktivitas sepertiastringen, antibakteri,
antidiare, dan antioksidan (Desmiaty, Ratih, Dewi, dan Agustin, 2008; Yuliani, Udarno,
dan Hayani, 2003). Menurut Qian dan Nihorimberre (2004) daun jambu biji menunjukkan
potensi sebagai antioksidan dengan menghambat dan mencegah terjadinya oksidasi.
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki aktivitas antioksidan tergolong
kuat dengan IC50 sebesar 7,2 mg/100 mL. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam upaya
pemanfaatan daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang memiliki aktivitas antioksidan
akan diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal semisolid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi
kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan
badanmenjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan (Sularto dkk.,
1995).
Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan
oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Konsistensi yang
berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit,
sehingga mudah menyebar dan segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit. (Lachman dkk., 1994). Untuk mencegah pemisahan
dua fase (fase minyak dan fase air), maka ditambahkan emulgator. Formulasi lotion
dibuat dengan memvariasikan konsentrasi trietanolamin yang dapat berfungsi sebagai
agen pengalkali lotion, juga sebagai agen pengemulsi (Rowe et al., 2003).

2.2 Tanaman Daun jambu biji


a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L. (Rochmasari, 2011).
b. Gambar Tanaman

c. Morfologi Tanaman
Morfologi dari daun jambu biji seperti berikut berbentuk bundar telur agak
menjorong atau agak bundar sampai meruncing, pangkal membulat, tepi rata,
berhadapan, bertulang menyirip, berbintik, mempunyai warna daun hijau kekuningan
ataupun hijau, panjang helai daun 6 cm sampai 14 cm, dan lebar daun 3 cm sampai 6
cm, panjang tangkai 3 mm sampai 7 mm, daun yang muda berbulu sedangkan daun
yang tua permukaan atasnya menjadi licin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
d. Kandungan Kimia
Daun jambu biji mengandung beberapa metabolit sekunder hasil dari skrining
fitokimia seperti tanin, polifenolat, flavanoid, monoterpenoid siskuiterpen, alkaloid,
kuinon, sapoin, kuarsetin, guayaverin, minyak atsiri, asam malat, asam ursolat, dan
asam oksalat (Sudarsono, Wahyuono, Donatus, dan Purnomo, 2002 ; Rusdiana, dkk.,
2007). Komponen utama dari daun jambu biji yaitu tanin, di mana besarnya mencapai
9-12% (Yuliani dkk., 2003). Tanin memiliki beberapa aktivitas seperti astringen,
antibakteri, antidiare dan antioksidan (Desmiaty dkk., 2008).
e. Alasan Penambahan Bahan
1. Ekstrak Daun jambu biji
 Daun jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman yang
memiliki aktivitas antioksidan. Suryani dkk (2015) menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun jambu biji berpotensi sebagai salah satu sumber
flavonoid dan fenolik alami. Flavonoid dan fenolik merupakan senyawa
yang mempunyai aktivitas utama sebagai antioksidan yang dapat
dimanfaatkan sebagai penangkap radikal bebas.
 Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki aktivitas
antioksidan tergolong kuat dengan IC50 sebesar 7,2 mg/100 mL.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam upaya pemanfaatan daun jambu biji
(Psidium guajava L.) yang memiliki aktivitas antioksidan akan
diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal semisolid.
 Daun jambu biji mengandung beberapa metabolit sekunder hasil dari
skrining fitokimia, salah satunya tanin. Tanin merupakan komponen utama
dalam daun jambu biji sebesar 9-12%, di mana tanin memiliki beberapa
aktivitas sepertiastringen, antibakteri, antidiare, dan antioksidan
(Desmiaty, Ratih, Dewi, dan Agustin, 2008; Yuliani, Udarno, dan Hayani,
2003).
2. Gliserin
 Gliserin pada sediaan topikal berfungsi sebagai humektan (menjaga
kelembaban sediaan) dan emolient (menjaga kehilangan air dari sediaan),
konsentrasi gliserin sebagai humektan dan emolient adalah <30%. (Rowe
et al,2009)
 Gliserin juga biasa digunakan sebagai levigating agen atau mengurangi
ukuran partikel dalam sediaan (jelinek,2017)

3. Triethanolamin
 Fungsi triethanolamin pada sediaan topikal yakni sebagai agen
pengemulsi dengan konsentrasi sebesar 2-4% (Putri anggraini, 2020)
 Triethanolamin digubakan pada sediaan topikal sebagai agen penetral,
agen pengemulsi, dimana dengan adanya tambahan gliserol akan
bereaksi sehingga akan membentuk sabun anionic dengan Ph sekitar 8-
10,5 dengan bersifat stabil (Lachman L,2008)
 Triethanolamin berfungsi sebagai sgen penetral Ph dengan mengurangi
tegangan permukaan danmeningkatkan kejrnihan pada konsentrasi 2-4%
(Rowe et al, 2009)
4. Carbomer 940
 Penggunaan carbopol 940 sebagai bahan pengental atau gelling agent
karena memiliki stabilitas yang tinggi, tahan terhadap mikroba serta
sudah digunakan secara luas di dunia farmasetika maupun kosmetik.
Efisiensi carbopol 940 sangat baik, sehingga dengan kadar rendah dapat
memberikan respon viskositas yang signifikan. Angka 940 pada
carbopol 940 merupakan angka yang menunjukkan panjang dari rantai
carbomer (Allen, 2002).
 Carbopol 940 paling efisien dibandingkan dengan jenis yang lain dan
memiliki sifat non-drip dapat membentuk gel dengan viskositas yang
tinggi serta memiliki kejernihan yang sangat baik (Allen dan loyd, 2002)
 Carbopol 940 memeiliki sifat viskositas yang paling tinggi dibandingkan
carbomer lainnya, konsentrasi carbopol 940 yang biasa digunakan adalah
0,5-2 % (rowe et al, 2009)
5. Aquadest
 Aquadest digunakan sebagai pelarut yang dapat melarutkan zat aktif
(depkes,1999).
 Aquadest dipilih karena merupakan pelarut yang jauh lebih baik
dibandingkan hampir semua cairan yang banyak dijumpai
(lehninger,1982)

f. Uraian Bahan
1. Gliserin (DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol, gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna; tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang
tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
20°C.Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Rumus molekul : C3 H8 O3
Berat molekul : 92,10
Rumus struktur : CH2 OH CHOH CH2 OH

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


Khasiat : Zat tambahan.
Incomp : Gliserin mungkin dapat meledak dengan adanya agen
oksidasi seperti kromium tiroksida, potasium klorida
atau potasium permanganat. Dalam sedian cairan, akan
menghasilkan reaksi yang lambat pada beberapa agen
oksidasi. Perubahan warna menjadi hitam dari gliserin
dengan adanya cahaya dan dengan adanya zink oksida
atau bismuth nitrat.Dengan adanya kontaminasi besi
dalam gliserin menghasilkan respon perubahan warna
menjadi gelap dalam campuran fenol, salisilat dan
tannin.
2. Triethanolamin(DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000
Nama resmi : TRIETHANOLAMINUM
Nama lain : Triethanolamina, TEA
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P,
larut dalam kloroform P.
Rumus molekul : N (C2 H4 OH)3
Rumus Struktur :

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.


Khasiat : Zat tambahan.
Incomp : Dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk
garam kristal dan ester-ester. TEA juga akan bereaksi
dengan tembaga membentuk garam-garam kompleks.
Perubahan warna dan pengendapan dapat terjadi akibat
adanya garam-garam logam.TEA juga dapat bereaksi
dengan adanya pereaksi seperti thionyl klorida
menggantikan grup hidroksi dengan halogen
menghasilkan toksik seperti nitrogen mustard lainnya.
3. Aquadest(DIRJEN POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 18,02


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan

4. Carbomer 940
Carbopol dengan nama lain karbomer, karboksi polimetilen, atau asam
poliakrilat memiliki karakteristik serbuk higroskopis, berwarna putih, halus, dan
sedikit memiliki bau khas. Carbopol digunakan dalam sediaan farmasi cair atau
semi-padat sebagai pengubah reologi. Konsentrasi yang digunakan dalam
komposisi sediaan semi padat berbeda-beda, tergantung dari sediaan yang akan
dibuat. Dalam pembuatan gel konsentrasi yang diperlukan adalah 0,5-2,0%.
Carbopol larut dalam air dan gliserin. Carbopol memiliki pH 2,5-4,0 sehingga
perlu ditambah agen yang dapat digunakan untuk menetralkan tingkat
keasamannya. Adapun contoh agen tersebut meliputi asam amino, kalium
hidroksida, natrium bikarbonat, natrium hidroksida, dan amina organik seperti
trietanolamin (Rowe dkk., 2009). struktur dari Carbopol":
BAB III

METODE KERJA

3.1 Formula

NAMA BAHAN KEGUNAAN KONSENTRASI


Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Zat aktif
Acidum Stearicum
Alcoholum Cetylicum
Paraffinum Liquidum
Glycerolum
Triaethanolaminum
Proppylis Parabenum
Metylis Parabenum
Carbopol 940
BHT
Aquadest

3.2 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Timbang bahan-bahan yang digunakan.
Bahan-bahan yang termasuk fase minyak (asam stearat, cetil alcohol, paraffinum liquidum,
buthyil hydroxitoluenum, dan propilparaben) dan fase air (gliserin, triaethanolamin, methylis
parabenum, dan aquam) dimasukkan kedalam cawan terpisah. Carbopol dikembangkan
dicawan selama 30 menit, setelah 30 menit aduk dalam cawan. Fase air dipanaskan pada suhu
70–80oC di waterbath, setelah mencapai suhu 70-80oC masukkan carbopol yang sudah
dikembangkan, dilakukan pengadukan di atas waterbath hingga larut sempurna (massa I).
Fase minyak dipanaskan pada suhu 70– 80oC di waterbath dengan sesekali pengadukan
hingga larut sempurna (massa II). Massa I dan massa II dicampur bersamaan, aduk dengan
homogenizer hingga terbentuk basis lotion. Tambahkan ekstrak etanol daun jambu biji
(Psidium guajava L.) diaduk hingga homogen. Masukkan ke dalam pot lotion.

3.3 Perhitungan Bahan


DAFTAR PUSTAKA
Ardhie, M.A., 2011, Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan,
Scientific Journal Of Pharmaceutical Development and Medical Application,
24(1), pp. 4-9.

Allen, L. V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding,
Second Edition, 170-173, 183, 187, American Pharmaceutical Association,
Washington D.C

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia, (edisi


3). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 63

Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage Forms.,
Tablets, 2nd Ed, 492, Marcell Dekker Inc., New York.

Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., dan Taniguchi, H., 2002, Antioxidants
Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound, J.Agric.Food Chem, 50(7),
pp. 2161-2168.

Rowe, et al., (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth edition, The


Pharmaceutical Press, London

Zulkarnain, A.K., Meiroza, S., dan Aliva, N.L., 2013, Stabilitas Fisik Sediaan Lotion O/W
dan W/O Ekstrak Buah Mahkota Dewa Sebagai Tabir Surya dan Uji Iritasi Primer
Pada Kelinci, Traditional Medicine Journal, 18(3), pp. 141-150.

Anda mungkin juga menyukai