Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KOSMETOLOGI

CHARACTERISTICS OF SEAWEED PORRIDGE Sargassum sp. and

Eucheuma cottonii AS RAW METRIALS FOR LIPBALM

(KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Sargassum sp. and

Eucheuma cottonii SEBAGAI BAHAN BAKU UNTUK PELEMBAB BIBIR)

DISUSUN OLEH:

PUJI APRILIANI

61608100815047

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MITRA BUNDA PERSADA

BATAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang

berjudul: “Formulasi Ekstrak Tomat (Solanum lycopersicum L.) Sebagai

Sunscreen Lotion”. Tujan dari penulisan makalah ini yaitu untuk membuat

formula yang menarik, efektif, dan sunscreen yang stabil dari ekstrak tomat.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan-hambatan,

namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan

tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada yang semua pihak yang

telah memberikan dukungan moril maupun materil. Penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan segala

kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat baik bagi pembaca maupun pihak lain yang berkepentingan.

Batam, 25 Juli 2019

Puji Apriliani
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (kulit) terutama untuk membersihkan,

mengharumkan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan dan melindungi

dan memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011).

Produk kosmetik sangat diperlukan manusia sejak lahir, baik laki-laki

maupun perempuan. Produk-produk ini itu dipakai secara berulang setiap hari dan

diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan

persyaratan aman untuk dipakai (Iswari et al.,2007).

Bibir adalah organ yang rentan terhadap paparan radikal bebas. Salah satu

fungsi bibir adalah tempat masuknya makanan dan minuman setiap hari dalam

frekuensi yang cukup besar. Makanan dan minuman mungkin mengandung zat-zat

itu dapat merusak bibir. Kondisi fisik bibir rentan terhadap masalah dari luar, jadi

perlindungan bibir tentu saja perlu dari dalam dan dari luar tubuh. Penggunaan lip

balm mengandung agen antioksidan dapat membantu kerusakan kulit bibir akibat

radikal bebas. Ultraviolet (UV) sinar di bawah sinar matahari dapat merusak bibir.

Sinar UV dapat menyebabkan bibir menjadi kering, pecah-pecah, terbakar,

bengkak atau timbul bintik-bintik coklat, gelap, dan berkerut di bibir. Produk

kosmetik lipstik atau lip balm yang memiliki aktivitas antioksidan tersedia di

pasaran dengan berbagai merek, tetapi orang khawatir tentang penggunaan bahan

antioksidan sintetik di persiapan kosmetik ini. Senyawa antioksidan dapat


diproduksi dari sintetis dan alami senyawa. Senyawa antioksidan sintetis termasuk

butyl hydroxy toluene (BHT), asam askorbat, asam kojic, merkuri dan

hidrokuinon. Asam Kojic dan butyl hydroxy toluene (BHT) adalah karsinogenik

ketika digunakan dalam konsentrasi tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan

pada kulit. Penggunaan merkuri dalam kosmetik berbahaya, karena merkuri

bersifat karsinogenik. Alternatif lain adalah menggunakan alami bahan

antioksidan yang lebih aman yang berasal dari rumput laut (Nurjanah et al., 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja komponen yang terkandung dalam lip balm?

2. Bagaimana formulasi rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam lip balm.

2. untuk mengetahui formulasi rumput laut Sargassum sp. dan Eucheuma.

cottonii.
BAB II

PEMBAHASAN DAN TEORI

2.1 Sagarssum sp.

Sargassum sp Rumput laut jenis Sargassum sp. merupakan tanaman laut

yang berwarna cokelat, berukuran relatif besar, memiliki bentuk thallus silindris

atau gepeng, bentuk daun melebar, lonjong seperti pedang yang rimbun dan juga

gelembung berisi udara yang disebut dengan blader. Rumput laut ini tumbuh dan

berkembang diatas benda keras seperti batu karang yang telah mati, namun juga

sering dijumpai terapung di perairan terbawa air (Pratiwi, 2008). Berikut adalah

gambar Sargassum sp. yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sagarssum sp.

2.1.1 Taksonomi

Divisio : Thallophyta

Kelas : Phaeophyceae

Ordo : Fucales

Familia : Sargassacaceae

Genus : Sargassum

Spesies : Sargassum sp
Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. adalah rumput laut yang

mempunyai cabang seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat,

berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat.

Bagian tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radikal

serta dilengkapi dengan bagian bagian untuk pertumbuhan. Alga merupakan

tanaman yang pertumbuhannya paling cepat pada perairan, tumbuh sampai dua

kaki perharinya, dan memiliki panjang mencapai 1000 kaki. Secara ekologi, alga

digunakan sebagai habitat para hewan laut. Alga cenderung tumbuh di sepanjang

garis pantai dan hidup dibawah batu karang yang jauh dari ombak. Alga dapat

hidup di dasar perairan atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial)

yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan alga hingga kini hidup di

perairan. Alga cokelat memiliki senyawa terbanyak yaitu alginat, selain itu

senyawa kimia lain yang jumlahnya relatif sedikit diantaranya laminarin, selulosa,

fukoidan, manitol, dan senyawa bioaktif lainnya. Disamping itu alga cokelat juga

mengandung lemak, protein, serat kasar, dan zat anti bakteri serta mineral (trace

element). Sargassum sp. memiliki thalus berbentuk silindris atau gepeng

percabangannya menyerupai tanaman perdu di darat, daun melebar, lonjong atau

seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder), umumnya hidup soliter

dan panjangnya dapat mencapai 7 m. Rumput laut ini tumbuh di perairan yang

terlindung ataupun dapat juga diperairan yang berombak besar pada habitat

berkarang, atau pada bongkahan karang.


2.2 Eucheuma cottonii

Rumput laut adalah salah satu jenis alga yang dapat hidup di perairan laut

dan merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan

kerangka seperti akar, batang, dan daun. Rumput laut atau alga juga dikenal

dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tergolong

dalam divisi Thallophyta. Ada empat kelas yang dikenal dalam divisi Thallophyta

yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae

(alga merah) dan Cyanophyceae (alga biru hijau). Alga hijau biru dan alga hijau

banyak yang hidup dan berkembang di air tawar, sedangkan alga merah dan alga

coklat secara eksklusif ditemukan sebagai habitat laut (Ghufran, 2010). Rumput

laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu carragaenophtytes yaitu

rumput laut penghasil karaginan, yang berupa senyawa polisakarida. Karaginan

dalam rumput laut mengandung serat (dietary fiber) yang sangat tinggi. Serat yang

terdapat pada karaginan merupakan bagian dari serat gum yaitu jenis serat yang

larut dalam air. Karaginan dapat terekstraksi dengan air panas yang mempunyai

kemampuan untuk membentuk gel. Sifat pembentukan gel pada rumput laut ini

dibutuhkan untuk menghasilkan pasta yang baik, karena termasuk ke dalam

golongan Rhodophyta yang menghasilkan florin starch. Dalam dunia perdagangan

nasional dan internasional, Eucheuma cottonii umumnya lebih dikenal dengan

nama Cottonii. Spesies ini menghasilkan karaginan tipe kappa. Oleh karena itu

secara taksonomi diubah namanya dari Eucheuma alvarezii menjadi Eucheuma

cottonii. Eucheuma cottonii umumnya terdapat di daerah tertentu dengan

persyaratan khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut atau yang selalu
terendam air. Melekat pada substrat di daerah perairan berupa karang batu mati,

karang batu hidup, batu gamping dan cangkang molusca (Anggadiredja, 2011).

2.2.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisio : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieriaceae

Genus : Eucheuma

Spesies : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)

Menurut Anggadiredja (2011), Eucheuma cottonii masuk kedalam marga

Euchema dengan ciri-ciri umum adalah : berwarna merah, merah-coklat, hijau-

kuning, Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng, Substansi

thalli “gelatinus” dan atau “kartilagenus” (lunak seperti tulang rawan), Memiliki

benjolan-benjolan dan duri Karakteristik gel kappa-karaginan dicirikan oleh tipe

gel yang lebih kuat dan rapuh dengan sineresis dan memiliki efek sinergis yang

tinggi dengan locust been gum. Pada umumnya rumput laut jenis Eucheuma

cottonii (karaginan) dapat melakukan interaksi dengan makromolekul yang

bermuatan misalnya protein sehingga mempengaruhi peningkatan viskositas,

pembentukan gel dan pengendapan (Anggadiredja, 2011). Rumput laut Eucheuma

cottonii dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2 Eucheuma cottonii
Manfaat Rumput Laut Sejak berabat-abad yang lalu, rumput laut atau alga

telah dimanfaatkan penduduk pesisir Indonesia sebagai bahan pangan dan obat-

obatan. Saat ini, pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang pesat.

Selain digunakan untuk pengobatan langsung, olahan rumput laut kini juga dapat

dijadikan agar-agar, algin, karaginan, dan furselaran yang merupakan bahan baku

penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain (Ghufran, 2010).

2.3 Kulit

Gambar 2.Kulit
1. Anatomi kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan

tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar (Chasanah, 2017).

2. Struktur kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

(Chasanah, 2017):

a. Lapisan epidermis

1. Stratum corneum (lapisan tanduk) terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih,

mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak

berwarna dan sangat sedikit mengandung air dan sangat resisten terhadap

bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk

memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati

di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk berdegenarasi. Permukaan

stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang

bersifat asam disebut mantel asam kulit.

2. Stratum lusidum (lapisan jernih) terletak tepat di bawah stratum corneum

merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak

jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.


3. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) tersusun oleh selselkeratinosit

yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

4. Stratum spinosum (lapisan malphigi) memiliki sel berbentuk kubus dan

seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamenfilamen kecil

yang terdiri atas serabut protein.

5. Stratum germinativum (lapisan basal) adalah lapisan terbawah epidermis.

Didalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel

yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen

melanin dan memberikan kepada sel-sel keratinosit melalui dendritnya.

b. Dermis

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai

bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan

elastin yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari

gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan

berat kulit manusia bebas lemak.

Adneksa-adneksa kulit terdapat di dalam dermis seperti folikel rambut,

papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak

rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang

terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis).

c. Lapisan subkutis (hipodermis)

Lapisan subkutis merupakan lapisan kulit yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya, di lapisan ini terdapat ujungujung saraf

tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening.


3. Fungsi biologi kulit

a. Proteksi

Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan

berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan

tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah

masuk air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi

sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah

pertumbuhan bakteri di kulit (Chasanah, 2017).

b. Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan

konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi

saraf otonom. Vasokontriksi terjadi pada saat temperature badan menurun,

sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk

meningkatkan pembuangan panas (Chasanah, 2017)

c. Persepsi Sensoris

Kulit berfungsi sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa

tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor. Rangsangan dari luar

diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan

selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Chasanah, 2017).

d. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua

jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea (Chasanah, 2017)
2.4 Lipbalm
Pengkilap bibir atau balsem bibir (lipbalm) merupakan sediaan kosmetika

yang dibuat dengan bahan yang sama dengan lipstik namun tanpa warna sehingga

terlihat transparan, gunanya untuk mengkilatkan bibir yang warnanya sudah

sesuai dengan keinginan, warna asli bibir atau hasil penggunaan lipstick biasa.

Lipbalm atau salep bibir adalah lilin substansi dioleskan pada bibir dari mulut.

Tujuannya untuk melembapkan bibir agar tidak kering dan mudah pecah pecah.

Biasanya lipbalm digunakan untuk bibir yang membutuhkan proteksi,

umpamanya pada keadaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang

terlalu dingin, untuk mencegah penguapan air dan sel-sel mukosa bibir.

Lipbalm sering mengandung beeswak atau lilin karnauba, kapur barus,

setil alkohol, lanolin parafin, petrolatum, dan bahan-bahan lainnya. Lipbalm

merupakan sediaan kosmetika yang dibuat dengan basis yang sama dengan basis

lipstik, namun tanpa warna sehingga terlihat transparan.

2.4.1 Komponen Lipbalm

1. Gliserin

a. Pemerian: cairan jernih seperti sirup, tidak bewarna, rasa manis, tidak berbau,

higroskopis, netral terhadap lakmus. Jika disimpan beberapa lama suhu rendah

dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur

hingga suhu mencapai lebih kurang 20ºC.

b. Kelarutan: dapat bercampur dengan air dan etanol; praktis tidak larut dalam

kloroform p, eter p, minyak lemak dan minyak menguap.

c. Kegunaan: pengawet, emolien dan humektan.

d. Konsentrasi: pengawet≥20%, emolien/humektan 1-0%.


e. Stabilitas: karena bersifat higroskopis maka terdekomposisi dengan panas dan

akan terjadi akrolein yang menyebabkan racun.

f. Wadah: dalam wadah tertutupbaik, terlindung, dari cahaya dan sejuk.

2. Nipasol

a. Pemerian: serbuk putih atau hablur kecil, tidak bewarna.

b. Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam

eter, sukar larut dalam air mendidih.

c. Dosis lazim: 0,01-0,6%.

d. Khasiat: anti mikroba dan pengawet.

e. Wadah: dalam wadah tertutup baik.

3. Nipagin

1. Pemerian: hablur kecil tidak bewarna atau serbuk hablur, tidak berbau atau

berbau khas lemah dan mempunyai sedikit rasa terbakar.

2. Kelarutan: sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida;

mudah larut dalam etanol dan eter. Konsentrasi: 0,02-0,3% untuk sediaan

topikal.

4. Kegunaan: anti mikroba dan pengawet.

5. Wadah: dalam wadah tertup baik.

4. Cera Alba

a. Pemerian: Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan; bau khas lemah.
b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%)

dingin; larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan

dalam minyak atsiri.

c. Kegunaan: zat tambahan

d. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

5. Cera Flava

a. Pemerian: Zat padat; coklat kekuningan; bau enak seperti madu; agak rapuh jika

dingin; menjadi elastik jika hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-butir.

b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) p; larut

dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan dalam

minyak atsiri.

c. Kegunaan: zat tambahan.

d. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

6. BHT (Butil Hidroksi Toluena)

a. Pemerian: hablur padat, putih dan bau khas lemah.

b. Kelarutan: tidak larut dalam air dan propilen glikol mudah larut dalam etanol,

mudah larut dalam klorofom dan dalam eter.

c. Kegunaan: antioksidan sintetik.

7. Oleum cacao

a. Pemerian: lemak padat, putih kekuningan; bau khas aromatik; rasa khas lemak;

agak rapuh.
b. Kelarutan: sukar larut dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam kloroform p,

dalam eter p dan dalam minyak eter minyak tanah.

c. Titik lebur: 31-34ºC.

d. Kegunaan: zat tambahan

8. Vaselin Album

a. Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat

dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.

b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p :larut dalam

kloroform p, dalam eter p dan dalam eter minyak tanah p, larutan kadang-

kadang beropalesensi lemah.

c. Titik lebur: 38º-56ºC.

d. Kegunaan: Zat tambahan.

9. Vaselin Flavum

a. Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda; sifat ini tetap setelah zat

dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.

b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p larut dalam

kloroform p, dalam eter p dan dalam eter minyak tanah larutan kadang-kadang

beropalesensi lemah.

c. Titik lebur: 38-56ºC.

d. Kegunaan: Zat tambahan.


2.4 Pembahasan

2.4.1 Formulasi Lipbalm

2.4.1.1 Alat dan Bahan

1. Alat.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

(Optima type SP-300), gelas ukur, blender, pusaran, pisau, wadah, termometer,

talenan, pipet volumetrik, mikropipet, tabung reaksi, cangkir porselen, kompor

listrik, batang pengaduk, timbangan analitik, inkubator, timbangan digital, oven,

pH meter (Lutron YK-2001 PH), rendaman air.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut E. cottonii

dan Sargassum sp., Emulgade, cetyl alkohol, vaseline, cocoa butter, gliserin, metil

paraben, pewangi, air murni, demineralisasi kelembaban, 1,1-difenil-2-

picrylhydrazyl (DPPH), etanol (Merck), vitamin C, minyak zaitun, lilin lebah,

alkohol, etanol, pereaksi meyer, dragendorff, dan wagner, kloroform, NH3,

H2SO4, NaOH, HCl, amil alkohol, FeCl, anhidrida.

2.4.1.2 Koleksi sampel.

Sampel rumput laut adalah bahan baku utama adalah rumput laut coklat

Sargassum sp. diperoleh dari Pulau Pasauran, Desa Umbul Kecamatan Tanjung

Cinangka, Kabupaten Serang, Banten dan rumput laut merah E. cottonii diperoleh

dari budidaya orang di Lontar, Tirtayasa Kecamatan, Kabupaten Serang, Banten.

Sampel yang diperoleh dicuci dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

ditempatkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung untuk


menghindari kerusakan pada senyawa bioaktif.

2.4.1.3 Karakterisasi bahan baku.

E. cotonii dan Sargassum sp. segera dikeringkan setelahnya diambil dari

laut. Semua rumput laut dikarakterisasi secara kimia termasuk uji kadar air dan

berat rehidrasi

2.4.1.4. Persiapan bubur rumput laut

Rumput Laut Sargassum sp. atau E. cottonii masing-masing ditimbang

sebagaisebanyak 100 g. Setelah ditimbang, sampel dicuci, lalu direndam selama

12 jam dalam air demineral. Perbandingan antara rumput laut dan air

demineralisasi adalah 1:20. Kedua rumput laut itu lalu dicuci Bersihkan

menggunakan air demineral untuk menghilangkan kotoran, garam, dan pasir yang

masih menempel pada rumput laut. Campuran bubur rumput laut adalah rasio

sampel 1 dan 1 kelembaban terdemineralisasi, kemudian dihomogenisasi dengan

sebuah blender. Persiapan bubur rumput laut, dilakukan analisis persentase

pengembangan (rehidrasi), kadar air, pH, dan uji fitokimia.

2.4.1.5. Formulasi lip balm

Proses pembuatan lip balm sebagai pelembab bibir termasuk bahan yang termasuk

dalam fase minyak yaitu minyak zaitun, cocoa butter, Vaseline, emulgade, cetyl

alcohol. Bahan fase uap air adalah gliserin dan uap air. Tambahan Bahan yang

digunakan adalah rumput laut Sargassum sp. dan Eucheuma cottonii, methyl

paraben, dan strawberrykeharuman. Fase pencampuran fase minyak dan uap air
dilakukan pada 75 ° C. Base lip balm terbentuk menambahkan bubur rumput laut

Sargassum sp. dan E. cottonii dengan rasio berbeda (1: 1), (1: 2), (2: 1) sebanyak

30%, kontrol (tanpa rumput laut) dan metil paraben.

2.4.1.6 metode analitis

1. Analisis kadar air.

Analisis kadar air dilakukan untuk menentukan jumlah kelembaban yang

terkandung dalam sampel rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii. Tahap

pertama adalah untuk mengeringkan gelas porselen dalam oven pada suhu 105

° C untuk mendapatkan berat konstan selama 1 jam. Piala itu ditempatkan ke

dalam desikator (sekitar 15 menit) dan dibiarkan dingin kemudian ditimbang.

Rumput laut sampel Sargassum sp. dan E. cottonii ditimbang 5 g, kemudian

mangkuk diisi sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 ° C selama 5

jam. Gelas dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan dingin kemudian

ditimbang.

2. Pengukuran pH . Beratnya 3 g sampel, diencerkan dengan 10 mL uap air suling,

lakukan pengukuran pH dalam sampel. Pengukuran pH sampel dilakukan

langsung oleh mencelupkan elektroda pH meter ke dalam sampel encer sampai

nilai pH muncul pada pH meter layar (YK-2001PH merek Lutron) stabil.

3. Uji fitokimia. Tes fitokimia dilakukan untuk menentukan kandungan senyawa

bioaktif terkandung dalam sampel. Sampel diuji dalam bentuk rumput laut

bubur. Tes fitokimia yang dilakukan meliputi pengujian senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, hidrokuinon fenol, dan steroid / triterpenoid pada

rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii.


4. Analisis LoD (Loss on Drying) [24]. Gelas porselen ditimbang dan dicatat berat

kosongnya. Bibir sampel balsem ditimbang ke dalam cawan petri. Tes LoD

dilakukan dengan mengeringkan sampel kering pada 105 ° C selama dua jam,

maka cawan dilepas dan disimpan dalam desikator.

5. Uji aktivitas antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (radikal bebas

metode redaman). Tes aktivitas antioksidan termasuk membuat stok DPPH,

stok vitamin C, sampel tes stok, blank, dan activity menggunakan metode

DPPH. Persentase penghambat aktivitas radikal bebas adalah diperoleh dari

nilai absorbansi sampel. Persamaan regresi linier diperoleh dari hubungan

antara konsentrasi sampel dan persentase penghambatan aktivitas radikal

bebas. Aktivitas antioksidan dari setiap sampel dan antioksidan yang sebanding

dengan vitamin C diekspresikan oleh persen penghambatan.

2.4.2 Hasil dan diskusi

2.4.2.1 Kelembaban bahan baku

Analisis kadar air dimaksudkan untuk menentukan kadar air gratis yang

terkandung dalam rumput laut kering Sargassum sp. dan E. cottonii. Kadar air

sangat mempengaruhi umur simpan, penerimaan, fisik sifat dan kesegaran sampel.

Hasil analisis kadar air sampel Sargassum sp. dan E. cottonii adalah 31,32% dan

38,71%. Hasil kadar air Sargassum sp. kekeringan yang diperoleh lebih tinggi

dari, yaitu 12,37%. Kadar air kering E. cottonii yang diperoleh lebih tinggi dari,

yaitu 14,34%. Proses pengeringan dapat menyebabkan ini perbedaan nilai

kelembaban. Proses pengeringan dilakukan yaitu angin kering; bahannya tidak


langsung terkena sinar matahari. Semakin lama waktu pengeringan, kadar air

suatu makanan akan lebih rendah.

2.4.2.2 pH Sargassum sp. dan E. cottonii bubur

Pengukuran pH Sargassum sp. dan E. cottonii dilakukan untuk menentukan

derajat keasaman bubur rumput laut digunakan sebagai bahan baku pembuatan lip

balm. Hasil pH analisis rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii masing-masing

memiliki pH 6,91 dan 6,57. Nilai pH ini menunjukkan bahwa Sargassum sp. dan

E. cottonii aman untuk digunakan sebagai bahan baku kosmetik

(lip balm) karena memiliki keseimbangan pH dan sesuai dengan nomor SNI 16-

4399-1996. Nilai dari tingkat keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang

digunakan secara topikal adalah 4,5-7 pH untuk produk kosmetik kulit menurut

SNI nomor 16-4399-1996 yang disarankan berkisar antara 4,5-8,0. Nilai pH dari

pH rumput laut netral disebabkan karena telah direndam menggunakan uap air

mineral. Yang demineralisasi pH kelembaban berada pada kisaran pH 6,5 hingga

7,5.

2.4.2.3. Komponen aktif Sargassum sp. dan E. cottonii

Analisis fitokimia yang dilakukan adalah alkaloid, steroid / triterpenoid,

flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Senyawa fitokimia terdeteksi

pada Sargassum sp. termasuk steroid / triterpenoid, flavonoid, saponin.

Kandungan alkaloid, fenol hidrokuinon dan tanin tidak terdeteksi dalam persiapan

rumput laut Sargassum sp. diteliti. Senyawa fitokimia yang terdeteksi dalam

pembuatan bubur E. cottonii hanya kandungan alkaloid, sedangkan senyawa lain

tidak terdeteksi. Komponen bioaktif yang ditemukan dalam rumput laut sangat
tinggi prospektif untuk digunakan dalam kosmetik.

2.4.2.4. pH lip balm

Produk yang memiliki pH lebih rendah daripada pH fisiologis kulit akan

menyebabkan reaksi iritasi, jika terjadi pH yang lebih tinggi daripada pH

fisiologis kulit akan menyebabkan kulit kering pada bibir pecah-pecah. Nilai pH

untuk produk kosmetik adalah 4,5-7. Hasil analisis varian (ANOVA)

menunjukkan bahwa perbedaan Sargassum sp. dan E. cottonii berpengaruh pada

nilai pH lip balm yang diproduksi pada α = 0,05 (Lampiran 6). Hasil uji Duncan

menunjukkan bahwa nilai pH lip balm tertinggi pada rasio 2: 1 adalah berbeda

secara signifikan dengan rasio 1: 1 dan 1: 2. Nilai pH lip balm dalam penelitian ini

berkisar dari 5,05 hingga 5,65. Hasil ini sesuai dengan pH fisiologis kulit bibir.

PH fisiologis kulit bibir adalah 4.2-5.6 [29]. Kulit normal memiliki pH lebih

asam. SNI No. 16- 4399-1996 produk-produk kulit yang direkomendasikan pH

berkisar 4,5-8,0. Menurut, ideal kosmetik topikal tidak mengiritasi kulit bibir.

Kemungkinan iritasi pada kulit bibir adalah sangat besar bila sediaannya terlalu

asam atau terlalu basa

2.4.2.5. Kerugian Pengeringan (LoD) Analisis Loss on Drying (LoD) pada lip

balm dilakukan untuk mengetahui kemampuan lip balm dalam menjaga

kelembaban, dilihat dari bobot susut setelah dipanaskan menggunakan oven pada

suhu 105⁰C selama 2 jam. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa

perbedaan Sargassum sp. dan E. cottonii berpengaruh pada nilai loss on drying

(LoD) lip balm yang diproduksi pada α = 0,05 (Lampiran 7). Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa kerugian tertinggi pada lip balm pengeringan (LoD) pada

rasio 2: 1 adalah berbeda secara signifikan dari rasio 1: 1 dan 1: 2. Nilai Loss on

Drying (LoD) dalam lip balm miliki nilai antara 3,01-4,52%. Nilai LoD tertinggi

ditemukan pada kontrol lip balm (tanpa menambahkan rumput laut) sebesar

4,52% dan terendah di lip balm dengan perlakuan 1: 2 sebesar 3,01%. Semakin

rendah berat susut setelah memanaskan material mampu menahan kelembaban

lebih lama dan dapat bertindak sebagai pelembab. Balsem bibir dengan

penambahan rumput laut E. cottonii memiliki berat penyusutan lebih sedikit, ini

karena rumput laut E. cottonii memiliki hidrokarbon dalam bentuk karaginan. [30]

menyatakan bahwa carrageen dari rumput laut E. Cottonii menunjukkan

kemampuan untuk menyebar dan memiliki kapasitas penahan air (WHC) sehingga

bisa digunakan sebagai pelembab. Menurut [31], polisakarida dalam rumput laut

memiliki kelembaban tinggi kemampuan retensi (WHC) dari serat selulosa.

Menurut [32], hidrokoloid dalam bentuk alginat berasal dari rumput laut

Sargassum sp. dapat mengurangi kehilangan kelembaban dan dehidrasi selama

penyimpanan.

2.4.2.6. Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menonaktifkan reaksi oksidasi dengan

mencegah pembentukan radikal bebas, karena reaksi oksidasi yang berlebihan

dapat memicu pembentukan radikal bebas. Aktivitas antioksidan dapat ditentukan

oleh nilai IC50. Analisis varians (ANOVA) menunjukkan bahwa perbedaan

Sargassum sp. dan E. cottonii memiliki efek pada nilai antioksidan IC50 dari lip

balm diproduksi pada α = 0,05 (Lampiran 8). Hasil tes Duncan menunjukkan
bahwa lip balm antioksidan IC50 terbaik nilai pada rasio 1: 1 berbeda secara

signifikan dengan rasio 1: 2 dan 2: 1. Formula lip balm dengan Nilai IC50 terbaik

adalah pada rasio rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii 1: 1 dari 576,41 ppm.

Itu Aktivitas antioksidan terendah ada pada kontrol lip balm (tanpa penambahan

bubur rumput laut) dengan IC50 nilai 1261,78 ppm. Balsem bibir dengan

penambahan bubur rumput laut memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik,

bila dibandingkan dengan kontrol lip balm. Bubur rumput laut mengandung

senyawa aktif dalam bentuk flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan.

Balsem bibir dengan penambahan Sargassum sp. dan E. cottonii memiliki

aktivitas antioksidan yang lemah karena mereka memiliki IC50> 200 ppm. Nilai

IC50 terkandung dalam suatu material terkait erat dengan senyawa bioaktif yang

terkandung dalam materi [34]. Suatu senyawa dikatakan menjadi antioksidan yang

sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 antara 50-100

ppm, sedangkan jika IC50 bernilai 100-150 ppm dan lemah jika IC50 bernilai

150-200 ppm. Rumput laut memiliki komponen fenolik dan mengandung

antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dengan menyumbang satu atau

lebih banyak elektron ke radikal bebas. Senyawa polifenol adalah sekelompok

senyawa heterogen dan struktural yang diklasifikasikan sebagai flavonoid, asam

fenolik, dan lignin. Senyawa polifenol adalah antioksidan dan baik turunan

polifenol dari rumput laut telah dieksplorasi sebagai makanan fungsional . Faktor

yang mempengaruhi aktivitas antioksidan meliputi: penyimpanan, pemanasan,

oksigen, dan iradiasi, yang dapat menyebabkan rantai inisiasi dan perbanyakan

reaksi oksidasi, sehingga mengurangi aktivitas antioksidan dalam materi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komponen yang terdapat pada lipbalm adalah nipagin, nipasol, vaslein

album, vaselin flava, BHT, cera flava, cera flavum dan oleum cacao.

Rasio rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii untuk formula lip balm

terbaik adalah 1: 1 dengan IC50 nilai antioksidan 576,41 ppm, pH 5,39, dan Rugi

Pengeringan 3,52%. Nilai pH lip balm sesuai dengan SNI dan pH keseimbangan

kulit manusia normal. Rumput rumput laut Sargassum sp. Dan E. cottonii

mengandung senyawa fitokimia seperti steroid, triterpenoid, flavonoid, dan

saponin. Kandungan senyawa fitokimia menunjukkan bahwa Sargassum sp. dan

E.cottonii berpotensi menjadi digunakan sebagai sumber antioksidan alami dalam

membuat lip balm.

3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penelitian terhadap lip balm dari

jenis-jenis tumbuhan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja JT, Istini S, Purwoto AZH. 2011. Rumput laut. Depok: Penebar
swadaya.

Badan POM RI. 2016. Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna
Berbahaya.

Chasanah, Q. (2017). Formulasi Gel Tabir Surya Ekstrak Kulit Buah Pepaya (
Carica Papaya L .) Dan Uji Spf Menggunakan Spektrofotometriuv-Vis
Proposal Skripsi. Universitas Tulang Bawang Lampung.

Iswari, Retno., Latifah Fatma. 2007. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Ghufran, M.H.K.K. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan,


Kosmetik, dan Obat-obatan. Lily Publisher. Yogyakarta

Nurjanah, A Abdullah, R Fachrozan and T Hidayat. (2018). Characteristics Of


Seaweed Porridge Sargassum Sp. And Eucheuma Cottonii As Raw Metrials
For Lipbalm. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science

Pratiwi, Sylvia T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008.

Anda mungkin juga menyukai