Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI KOSMETIKA FORMULASI SEDIAAN

KEBERSIHAN BADAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Kosmetika

Dosen Pengampu : Annisa Utami, M.Farm

Disusun oleh :

1. Ayu Silviana (211030700319)


2. Elena prida (211030700486)
3. Larasati (211030700349)
4. Nabilla (211030700501)
5. Ratih Azzahra Aprilia (211030700329)

04FKKP003

JURUSAN S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Tuhan Semesta Alam yang
telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya. Shalawat serta salam tidak lupa kepada
junjungan kami, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya semoga kami dapat syafaat
nya pada hari kiamat nanti. Terima kasih atas kesempatannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan sebaik-baiknya yang berjudul “Formula sediaan kebersihan
badan” Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Kosmetika. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang sekiranya dapat membangun dan memotivasi penulis untuk
belajar lebih baik lagi di masa mendatang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada kami.


2. Dosen mata kuliah Kosmetika yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini dengan baik.
3. Teman-teman sekalian yang telah bekerja sama dalam membuat makalah ini

Demikian apa yang dapat kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaatnya dari makalah ini.

Tangerang Selatan, 18 Maret 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini kosmetik telah menjadi kebutuhan dasar manusia. Kosmetik adalah bahan
atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh mausia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut. Seperti halnya
pasta gigi, shampo, sabun, obat kumur yang kita gunakan sehari-hari merupakan sediaan
kosmetik.
Pembersih wajah atau facial foam, toner, milk cleanser, bedak, dan kosmetik wanita yang
lain sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Jika disadari, kosmetik telah menjadi kebutuhan
manusia sejak manusia lahir hingga kematian, kebutuhan manusia tidak akan terhindar dari
kosmetik.
Perkembangan dunia kosmetik sekarang juga semakin pesat. Teknologi yang semakin
maju membuat produsen kosmetik selalu dituntut untuk membuat sediaan kosmetik yangpraktis,
ekonomis, dan memiliki manfaat yang lebih spesifik.
Sabun adalah suatu sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai pencuci pakaian
dan pembersih kulit. Berbagai jenis sabun yang beredar di pasar andalan bentuk yang bervariasi,
mulai dari sabun cuci, sabun mandi, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga
dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk dan bentuk cair.
Indonesia merupakan negara tropis, sehingga selalu menerima sinar matahari yang kuat.
Efek sinar matahari terhadap kulit adalah membuat kulit menjadi lebih gelap, hitam, dan
kecoklatan. Secara alami kulit mengalami regenerasi kulit dengan siklus 28 hari. Sel kulit mati
yang menumpuk jika tidak dikikis akan membuat kulit menjadi lebih gelap. Oleh karena itu
dilakukan beberapa cara untuk merawat kulit agar lebih cerah salah satunya adalah body scrub
(Angraini, 2015).
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi
lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan
dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al, 1995).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Sabun Dan Body Lotion?
2. Apa Sajakah Jenis Jenis Sabun Dan Body Lotion?
3. Bagaimana Formula Sediaan Sabun Dan Body Lotion Yang Baik?
4. Apa Eksipien Yang Digunakan Dalam Formula Sabun Dan Body Lotion?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apa Itu Sabun Dan Body Lotion
2. Mengetahui Jenis-Jenis Sabun Dan Body Lotion
3. Mengetahui Formula Sediaan Sabun Dan Body Lotion
4. Dapat Menjelaskan Eksipien Yang Digunakan Dalam Formula Sabun Dan Body Lotion

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sabun

Sabun adalah suatu sediaan yang digunakan masyarakat sebagai pencuci pakaian dan
pembersih kulit. berbagai jenis sabun yang beredar di pasaran dalam bentuk yang bervariasi,
mulai dari sabun cuci, sabun mandi, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga,
dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk dan bentuk cair. Sabun cair saat ini
banyak diproduksi karena penggunannya yang lebih praktis dab bentuk yang menarik
dibanding bentuk sabun lain. Disamping itu sabun juga dapat mengobati penyakit, seperti
penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Dengan kata lain sabun dapat
digunakan sebagai obat dengan membersihkan tubuh dan lingkungan sehingga kemungkinan
terserang penyakit akan berkurang (Ari dan Budiyono, 2004).
Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa
natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak
hewani yang umumnya ditambakan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk
membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994). Didalam
sabun terdapat surfaktan yang dapat mengikatkotoran dari permukan kulit dan
melarutkannya bersama air pada saat dibilas. Hal ini dikarenakan sabun memiliki dua gugus
yang berbeda kepolarannya. Gugus non polarmemiliki sifat hidrofobik dan dapat berikatan
dengan kotoran, terutama lemak danminyak. Gugus polar bersifat hidrofilik dapat berikatan
dengan air, sehingga padasaat pembilasan kotoran dapat terbawa dalam air bilasan (Salam,
2003 dalam Handi,2008).
Mekanisme pembersihan oleh sabun yaitu: saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi di
antara kulit dan kotoran untuk menurunkan gaya adhesi danmembuatnya lebih mudah
dihilangkan. Kotoran tersebut selanjutnya dapatdihilangkan secara fisik dan kemudian
terdispersi dalam larutan sabun sebagai hasilemulsifikasi oleh molekul sabun. Beberapa
kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilisasi dalam misel yang terbentuk oleh sabun
(Mitsui, 1997)

2.2 Jenis- Jenis Sabun


a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran
minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta
menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan
gliserin atau alcohol.

3
c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang
rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-
bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda,
irgassan Dp 300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun
yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu.
Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau
menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
e. Sabun Bubuk untuk mecuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung
bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium
karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas:


a. Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai tambahan
selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang
membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah
turunan dari ammonia.
b. Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.
c. Neutral atau Non-Ionic Sabun
Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena sabun jenis
ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion
yang terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan
dengan ionic sabun.

2.3 Formula Dasar Sediaan Sabun


a) Bahan baku pembuatan sabun
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan
larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan

4
ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan.
Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai
dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon
dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan
busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah
daripada asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun
tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan
sabun di antaranya:
a. Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur
solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin.
Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan
tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer
di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
b. Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan
sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk
mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan
mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit
dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga
kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang
terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari

5
itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus
dicampur dengan bahan lainnya.
d. Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi
daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak
jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi
yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak
kaproat, kaprilat, dan kaprat
e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan
sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak
jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah, daripada minyak kelapa.
f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah stearin.
g. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
h. Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
i. Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang
keras tapi lembut bagi kulit.
j. Campuran minyak dan lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

2.4 Bahan Baku Utama: Alkali


Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda

6
kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena
sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan
alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan
trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah
larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah
berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen,
bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan
oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.5 Eksipien Pembuatan Sabun


Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk
yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a) NaCl.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam
sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air
garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b) Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan
aditif tersebut antara lain: Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna, dan parfum.
c) Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral
yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak
dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga
membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran
yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa
kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
d) Fillers Inert (Bahan Pengisi)

7
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan
ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini
dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada
umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering
digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat.
Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
e) Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu terdiri dari warna
merah, putih, hijau maupun orange.
f) Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar
dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas
sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal
dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan
dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis
parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum
ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat
seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan
jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada
produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan
harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang
digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower.

2.6 Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun


Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan
dasar sabun antara lain:
a. Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
b. Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalim hidroksida yang
digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka
saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi
secara sempurna pada lemak atau minyak.

8
c. Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak jenuhan minyak atau lemak, semakin
besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi
ketahanan sabun pada suhu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai