Anda di halaman 1dari 13

besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh Bentuk dan sifat ikatan

atom-atom sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui

kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan pengotor, maka

tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni.

Komponen dalam suatu system merupakan jumlah minimum dari spesis yang

yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap

fase dalam suatu system ,jika suatu system mengandung satu atau lebih

komponen dalam satu atau lebih fase pada keadaan kesetimbangan.

Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat ditentukan

kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain itu

penentuan titik lebur dari suatu bahan obat juga digunakan dalam pembuatan

sediaan obat (terutama untuk obat yang diberikan melalui rektal), dan diperlukan

pada penentuan cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak

pada suhu kamar/tertentu.

Melihat kegunaan dari penentuan titik eutektikum atau titik lebur suatu zat

padat ini, maka diadakan praktikum ini dengan maksud agar mahasiswa memahami

cara penentuan titik lebur suatu senyawa obat.


I.2. Maksud Dan Tujuan

I.2.1. Maksud Percobaan

Agar dapat mengetahui dan memahami cara penentuan titiklebur dari suatu

zat padat secara mikro dengan membandingkan titik lebur asam salisilat dengan

mentol dan menentukan kecepatan titik lebur antara asam salisilat dengan mentol

I.2.2. Tujuan percobaan

Menentukan titik lebur dari zat padat yaitu asam salisilat dengan

menggunakan paraffin sebagai medium penghantar panas

I.3. prinsip percobaan

Dalam percobaan kita mengenalnya dengan nama titik eutektikum yaitu suatu

campuran dispersi padat yang memiliki suhu lebur paling rendah. Pada titik tersebut

terjadi kesetimbangan antara fase padat dan fase cairnya.


BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum

Titik eutektikum adalah suatu sistem dispersesi padat yang memiliki suhu

lebur paling rendah.Pada titk tersebut terjadi kesetimbangan antara fase padat dan

fase cairnya.Dalam bidang analisa titik lebur suatu senyawa dipilih sebagai tetapan

karakteristik senyawa untuk identifikasinya .

Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu system, yang dapat

dpisahkan secara mekanik, serbasama dalam halkomposisi dan sifat kimia dan sifat-

sifat fisika.

Jika suatu sistem mengandung satu atau lebih komponen dalam satu atau

lebih fasa pada keadaan kesetimbangan, ada hubungan umum yang harus di

penuhi antara lain jumlah fasa (p), komponen (c), dan derajat bebas (f). persamaan

dengan aturanb fase dikemukakan oleh J. Willard Gibbs : (1 : 1)

f= c-p+2

keteragan :

f = jumlah derajat bebas

c = jumlah komponen

p = jumlah fase yang ada

Derajat bebas di definisika sebagai variable insentif yang terkecil (suhu,

tekanan, kadar, refraksi indeks, bobot jenis, dan viskositas). Semakin banyak jumlah

komponen semakin banyak variable, oleh karena itu c bertanda (+).Semakin banyak

jumlah fase semakin banyak pula syarat kesetimbangan dan jumlah persamaan,

sehingga mengurangi beberapa variable, jadi p bertanda (-). (1 : 2)


Besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh Bentuk dan sifat ikatan

atom-atom sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui

kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan pengotor, maka

tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni (2).

Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zatcairsama

dengan tekanan external yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum

akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam

tekanan atmosphere Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap

jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada

permukaan cairan). Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka

gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan

menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan

luar (3).

Titik lebur sebuah benda adalah suhu dimana benda tersebut akan meleleh

dan berubah wujud yang sebelumnya merupakan benda padat akan menjadi benda

cair. Titik lebur bersifat karakteristik dimana digunakan untuk menentukan sifat fisika

dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain (4).

Sekarang jika zat terlarut dilarutkan dalam cairan pada titik tripel (air bebas

udara, dimana zat padat, zat cair dan uap ada dalam keseimbangan, terletak pada

tekanan 4,58 mm Hg dan temperature 0,0098 o C), kecenderungan melepaskan diri

atau tekanan uap pelarut cair mengalami penurunan di bawah tekanan pelarut

murni. Temperatur harus turun dengan maksud menata kembali kesetimbangan

antara cair dan padat.Karena kenyataan ini, titik beku larutan selalu lebih rendah

daripada pelarut murni.Dianggap pelarut membeku dalam keadaan murni daripada

sebagai larutan padat yang mengandung zat terlarut.Perbedaan titik lebur senyawa-
senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya

ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut.Semakin kuat ikatan yang

dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan

kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara

senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan

elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut (5)


II. 2. Uraian Bahan

1. Asam Salisilat (6:56)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM

Nama Lain : Asam salisilat

RM / BM : C7H6O3 / 138, 12

Suhu Lebur : 158,5o – 161o C

rian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna

putih; hapir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.

utan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol

(95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter

P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium

hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrap P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

araffin cair (6:474) :

Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : Parafin cair

sun : Campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral; sebaggai zat pemantap dapat ditambahkan

tokoferol atau butil hidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.

Bobot Jenis : 0,870 g/ml sampai 0,890 g/ml

rian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak

berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak


mempunyai rasa.

utan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;

larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai media penghantar panas

3. Mentol (6:362)

Nama Resmi : MENTHOLUM

Nama Lain :mentol

RM / BM : C10H20O / 156, 30

Suhu Lebur : 41o – 44o C

rian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna;

bau tajam seperti minyak permen; rasa panas dan

aromatik diikuti rasa dingin

utan : sangat mudah larut dalam etanol (95%), dalam

kloroform P dan dalam eter P; mudah larut dalam

paraffin cair P dan dalam minyak atsiri

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : penggunaan koringen; antiiritan


BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1. alat
Adapun alat yang kami gunakan antara lainLabu Tile, Lampu spritus, Pipa

kapiler, Statif dan klem, Thermometer, Timbangan

III.1.2 bahan
Adapun bahan yang kami gunakan antara lain Asam salisilat,Mentol, Paraffin

III.2 prosedur kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lalu timbang asam salisilat-menthol dengan perbandingan

(0,5:0,0,4:0,1,0,3:0,2,0,2:0,3,01:0,4).

3. Lalu campurkan asam salisilat dengan menthol hingga homogen

4. Masukkan campuran tersebut kedalam pipa kapiler dengan cara ditotolkan

5. ikat pipa kapiler pada thermometer,lalu masukkam kedalam labu tile yang telah berisi

paraffin.

6. Cacat serta amati perubahan suhu dan waktu yang digunakan pada saat melebur..
BAB IV
DATA PENGAMATAN

IV. Tabel pengamatan


no Asam salisilat Mentol Suhu waktu
1 5 0
2 4 1
3 3 2 - -
4 2 3 80o C 7 :14
5 1 4 64o C 1 : 33
6 0 5 64oC 1 : 25
BAB V
PEMBAHASAN

Pada percobaan titik eutektikum yang dilakukan dengan menggunakan asam

salisilat dengan mentol denganperbandingan 5:0, 4:1, 2:3, 1:4, 0:5.Di dapatkan

bahwa sampel akan semakin cepat melebur apabila mentolyang di gunakan

semakin banyak. Hal ini disebabkan karena mentol mudah larut dalam paraffin cair

dan mentol mempunyai suhu lebur yaitu 41 o – 44o C sedangkan asam salisilat

mempunyai suhu lebur 158,5oC – 161o C. karena suhu lebur mentol yang rendahlah

sehingga sampel akan semakin cepat melebur.

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil pebandingan antara Parafin dengan

mentol 5:1 suhunya adalah lebih dart 100oC dan waktunya15 menit 22 detik, paraffin

dengan mentol 4:1 suhunya adalah lebih dari100 oC dan waktunya 11 menit 31 detik,

paraffin dengan mentol 2:3 suhunya adalah 80oC dan waktunya 7 menit 14 detik ,

paraffin dengan mentol 1:4 suhunya adalah 64oC dan waktunya 1 menoit 33 detik,

paraffin dengan mentol 0:5 suhunya 64oC danwaktunya 1 menit 25 detik.

Dalam percobaan ini di gunakan paraffin sebagai mediator karna paraffin

mempunyai titik didih yang tinggi sehingga tidak akan mendidih ataupun menguap

sampai tercapai suhu lebur dari sampel. Apabila medan penghantar panas maka
akan terjadi floating yang akan mengganggu dan bisa saja medium penghantar akan

menguap habis sebelum tercapai suhu lebur dari salo dan timol.

Dalam percobaan ini juga digunakan labu tile karena pada saat

pemanasanakan mengalami gerak turbelensi yaitu sirkulasi searah yang disebabkan

adanya adhesi, hubungan antara kekentalan larutan dengan dinding zat padatnya

jika dipercepat viskositas paraffin dengan zat padattabung tile ini akan mengalami

pemanasan yang merata tidak hanya satu titik saja.

Adapun beberapa factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada percobaan

ini diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, selain

kesalahan pada penimbangan dan pengukuran pada bahan, kerusakan pada

thermometer, dan kesalahan pada perhitungan waktu.

BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

1. Waktu peleburan 5:0 adalah 15:22, 4:1 adalah 11:31, 3:2 adalah 04:00, 2:3 adalah

07:14, 1:4 adalah 01:33, dan 0:5 adalah 01:25

2. suhu peleburan 5:0 adalah Lebih dari c, 4:1 adalah Lebih dari c, 3:2 adalah Lebih

dari c, 2:3 adalah c,1:4 adalah c, dan 0:5 adalah c


3. Semakin sedikit jumlah asam salisilat yang ditambahkan maka waktu yang

diperlukan untuk mencapai titk lebur semakin cepat.

VI.2 Saran
No Coment

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten , 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi :
Makassar. (1 – 2)
2. Kosman, R. 2005.Kimia Fisika. Universitas Muslim Indonesia:Makassar. P:13-16

3. Martin, Alfred dkk.1990.Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu

Farmasetik.Universitas Indonesia Press:Jakarta. P:32-35

4. http://Inabucu91.blogspot.com/laporan-penentuan-titik-leleh-dan-titik.html. Di akses

2010/05

5. http:/Yayat-arizonia.blogspot.com/judul-titik-leleh-dan-titik-nyala-1.html. Di akses

2010/10

6. Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen Kesehatan Republik

Indonesia:Jakarta. P: (56, 474, 362)

Anda mungkin juga menyukai