Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Sampel yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu

dilembabkan dengan air tapi jangan berlebihan, diselipkan kertas saring yang

telah dibasahi dengan larutan natrium pikrat dengan bantuan gabus pada mulut

tabung, dibiarkan terkena sinar matahari. Timbulnya warna merah pada kertas

saring menunjukkan adanya sianogenik glikosida. Uji ini didasarkan pada

pelepasan gas HCN dari glikosida cyanogenik jika terjadi hidrolisis.


Sampel yang telah dihaluskan disari dengan 10 ml air, disaring,

diencerkan sampai hampir tidak berwarna, diambil 2 ml larutan atau sari dan

ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl3 10%. Warna biru atau hijau menunjukkan

adanya tanin. Warna biru menunjukkan adanya 3 buah gugus hidroksil pada inti

aromatis. Warna hijau menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti

aromatis.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di

daun ubi racun (Manihot glaziovii M.A).


2. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di

dalam tumbuhan jambu biji (Psidium guajava).


1.3 Manfaat percobaan
1. Agar dapat mengetahui cara kerja skrining sianogenik glikosida dan tanin.
2. Agar dapat mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

di daun ubi racun (Manihot glaziovii M.A).


3. Agar dapat mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

di dalam tumbuhan jambu biji (Psidium guajava).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1 Daun ubi racun

Tumbuhan ini berupa semak atau perdu yang tidak banyak bercabang,

batangnya menonjol dari berkas daun. Daun tumbuhan ini tersebar dan berurat
menjari dengan canggap 5-9 helai. Daunnya berpenumpu kecil dan mudah

sekali gugur (Rukmana, H.R., 2007).

Daun tumbuhan ini mengandung karbohidrat, lemak, protein, air, serat,

abu, asam amino metionin (Hambali,E.,2008).

Selain itu, daun tumbuhan ini juga mengandung vitamin A, B1, C dan

HCN. HCN ini terutama banyak terkandung di pucuk daun yang masih muda

(Djing, O.E., 2009).

Efek daripada tumbuhan ini adalah dapat merelaksasi mata, antikanker

atau antitumor karena mampu mengubah sel kanker mejadi sel normal,

antioksidan (Ahira,A., 2007).

Karena kandungan vitamin C nya penambah nafsu makan, melancarka

aliran darah, penambah darah, rheumatic, sakit kepala, demam, luka bernanah,

luka terkena panas, diare, cacingan dan beri-beri serta menambah vitalitas

tubuh (Ahira,A., 2007).

2.1.2 Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot

Spesies : Manihot glaziovii M.A (Teykey, 1988).

2.1.3 Glikosida Sianogenik dan Aktivitasnya

Singkong mengandung senyawa glukosida sianogenik, yang tersebar

hampir pada semua jaringan tanaman, yang terdiri atas linamarin dan

lotaustrain dengan perbandingan 10:1 (dimana senyawa ini dapat berubah

menjadi sianida yang sangat beracun) (Mierza, dkk, 2015).

Hidrolisis linamarin dengan linamarase menghasilkan aseton

sianohidrin dan glukosa. Aseton sianohidrin secara spontan pada Ph di atas 5

menghasilkan asam sianida (HCN) dan aseton (Mierza, dkk, 2015).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kandungan glikosida

sianogenik pada singkong di indonesia berkisar 20 sampai 200 ppm.

Kandungan sianida yang diperbolehkan pada makanan dari singkong

maksimal 10 ppm (Mierza, dkk, 2015).

Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat

dengangugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan

sianogenesis, yakni membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil sampingan

reaksi biokimia dalam tanaman. Rumus bangun glikosida sianogenik secara

umum dapat dilihat pada gambar diatas (Azmi, H.U., 2009).

Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi

penting terhadap kelangsungan hidup tanaman tersebut (Azmi, H.U., 2009).

Glikosida sianogenik berperan sebagai sarana protektif terhadap

gangguan predator terutama herbivora (Azmi, H.U., 2009).


Adanya kerusakan jaringan pada tanaman akibat hewan pemakan

tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang mengganggu kelangsungan hewan

tersebut (Azmi, H.U., 2009).

Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida sianogenik berfungsi

untuk melindungi kecambah yang masih muda agar tidak dimakan siput dan

keong (Azmi, H.U., 2009).

Timbulnya warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya

sianogenik glikosida. Uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari

glikosida cyanogenik jika terjadi hidrolisis (Mierza, dkk, 2015).


2.1.4 Tanin

Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul

besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan,

seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan

protein dan beberapa makromolekul (Mierza, dkk, 2015).

Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin

terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang

paling dominan terdapat dalam tumbuhan adalah tanin terkondensasi (Mierza,

dkk, 2015).

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti

daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang,

tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk

oksidasi tannin (Robinson, 1995).


Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tanin

merupakan senyawa phenolic yang mengandung protein. Tanin terdiri atas

bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada

beberapa kesimpang siuran tentang terminologi yang digunakan

untuk mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin (Robinson,

1995).

Salah satu definisi yang paling baik yang diberikan oleh tanin adalah

suatu senyawa phenolic dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung hidroksil

dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk komplek

yang efektif dengan protein dan makro molekul yang lain di bawah kondisi

lingkungan tertentu yang dipelajari (Robinson, 1995).

Tanin merupakan bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan

mineral. Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris C 76H52O46

(Robinson, 1995).

Warna biru atau hijau menunjukkan adanya tanin. Warna biru

menunjukkan adanya 3 buah gugus hidroksil pada inti aromatis. Warna hijau

menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti aromatis.

2.1.5 Sifat-sifat Tanin


- Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
- Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
- Tidak dapat mengkristal.
- Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
- Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.


2.1.6 Sifat kimia Tanin
- Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang

sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.


- Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
- Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan

pemberi warna.
2.1.7 Klasifikasi Tanin

Berdasarkan warna dari garam ferri (FeCl 3). Tanin digolongkan atas 2

yaitu sebagai berikut :

1. Katekol

Menghasilkan warna hijau dengan penambahan FeCl3. Katekol

memiliki 2 gugus fenol. Comtohnya adalah Pirokatekol dan

Flobatanin.

2. Pirogalatanin atau pirogalol

Menghasilkan warna biru dengan penambahan FeCl3, Pirogalatanin

atau pirogalol memiliki 3 gugus fenol.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

3.1.1 Skirining Sianogenik Glikosida


Alat yang digunakan untuk skirining sianogenik glikosida, yaitu

erlenmeyer, kertas saring, lumpang dan alu.


3.1.2 Skirining Tanin
Alat yang digunakan untuk skirining tanin, yaitu beaker glass, cawan

penguap, corong, kertas saring, tabung reaksi.


3.2 Bahan
3.2.1 Skirining Sianogenik Glikosida
Bahan yang digunakan untuk skirining sianogenik glikosida, daun ubi

racun (Manihot glaziovii M.A), air, dan asam pikrat.


3.2.2 Skirining Tanin
Bahan yang digunakan untuk skirining tanin, yaitu daun jambu biji

(Psidium guajava), akuades, dan FeCl3 10%.


3.3 Flowsheet

3.3.1 Skirining Glikosida Sianogenik

← Dihaluskan dalam lumpang.


sampel
← Dilembabkan dengan sedikit air.
← Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
← Dimasukkan kertas saring yang ditetesi

asam pikrat ke dalam erlenmyer


← Diletakkan di tempat yang terkena sinar

matahari

Timbul warna merah pada


3.3.2 Skrining Tanin
kertas saring
← Dihaluskan dalam lumpang.
sampel
← Dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
← Di sari dengan 10 ml air.
← Disaring.
← Di ambil 2 ml filtrat larutan sari,

ditambahkan dengan 2 tetes FeCl3 10%.

Hijau, biru
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Golongan Senyawa
No. Pereaksi Hasil Kesimpulan
Kimia
1. Sianogenik glikosida Asam pikrat Warna merah (+) sianogenik

(Diteteskan ke pada kertas glikosida.

kertas saring). saring.


2. Tanin FeCl3 10%. Warna hijau. (+) tanin.
4.2 Pembahasan

Singkong mengandung senyawa glukosida sianogenik, yang tersebar

hampir pada semua jaringan tanaman, yang terdiri atas linamarin dan

lotaustrain dengan perbandingan 10:1 (dimana senyawa ini dapat berubah

menjadi sianida yang sangat beracun). Hidrolisis linamarin dengan linamarase

menghasilkan aseton sianohidrin dan glukosa (Mierza, dkk, 2015).

Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul

besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan,

seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan

protein dan beberapa makromolekul (Mierza, dkk, 2015).

Pada skrining sianogenik glikosida, sampel yang digunakan adalah

daun ubi racun (Manihot glaziovii M.A). pereaksi yang digunakan adalah

asam pikrat. Ketika dilakukan skrining pada ekstraksi daun ubi racun

diperoleh warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya sianogenik

glikosida. Uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari glikosida

cyanogenik jika terjadi hidrolisis.

Pada skrining tanin, sampel yang digunakan adalah daun jambu biji

(Psidium guajava). Pereaksi yang digunakan adalah FeCl3 10%. ketika

dilakukan skrining pada ekstraksi jambu biji dengan pereaksi FeCl 3 10%

diperoleh warna hijau.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Senyawa metabolit sekunder daun ubi racun (Manihot glaziovii M.A) adalah

sianogenik glikosida. Karena ketika dilakukan skrining pada ekstraksi daun

ubi racun diperoleh warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya

sianogenik glikosida. Uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari

glikosida cyanogenik jika terjadi hidrolisis.

2. Senyawa metabolit sekunder pada daun jambu biji (Psidium guajava) adalah

tanin. Karena ketika dilakukan skrining pada ekstraksi jambu biji dengan

pereaksi FeCl3 10% diperoleh warna hijau.


5.2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya sampel untuk sianogenik glikosida

diganti dengan yang lain seperti


2. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya sampel untuk tanin diganti dengan

yang lain misalnya

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.(2000).Metode Analisis PPOM.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Harborne, J.B.(1987).Metode Fitokimia.Bandung: ITB Press.

Mahmud, Mien K. dkk.(1990). Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.DepkesRI.


Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga.Bogor.

Mierza, V, dkk. (2015). Penuntun dan Laporan Praktikum Fitokimia. Medan.

Roy J.Gritter.(1991).Pengantar Kromatografi.Bandung: Penerbit ITB.

Teykey,V.E.(1988).Pharmacognosy Editon.Phiadelphia.

Tyler, at al.(1988).Pharmacognosy 16 th Edition.Lea and Febiger.Philadelpia.

Anda mungkin juga menyukai