Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KALKULASI KEFARMASIAN

PENGUKURAN FARMASI

KELOMPOK A

WILDAN NURTAMIMI 192210101100


SITLIA GALIANI A 192210101106
ARIFAH DWI S.N.R 192210101112
RISA MAULIDIANA EKA 192210101154

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2019
PENDAHULUAN

Dalam dunia kefarmasiaan, pengukuran menjadi hal yang sangat erat kaitannya dengan
farmasi. Seorang apoteker dituntut untuk dapat menimbang dan mengukur bahan obat ketika
meracik resep, memenuhi order obat, dan menyiapkan formula farmasetik, serta dalam
manufaktur dan/atau analisis farmasetik. Hasil dari pengukuran sendiri berupa angka-angka
atau disebut sebagai hasil numerik selalu merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman
hasil pengukuran sebuah benda mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakan hasil
pengukuran tersebut. Dengan demikian, diperlukan angka hasil pengukuran atau angka yang
diketahui dengan “cukup baik” berdasarkan keandalan alat ukur yang dipakai. Oleh karena
itu, akan dibahas mengenai angka penting yang berhubungan dalam metode pengukuran baik
volume maupun berat.
PEMBAHASAN
A. ATURAN ANGKA PENTING

AP atau angka penting (significant figures) adalah angka hasil pengukuran yang
terdiri dari angka pasti (eksak) dan angka taksiran. Angka pasti diperoleh dari
penghitungan skala alat ukur, sedangkan angka taksiran diperoleh dari setengah skala
terkecil. Dalam penulisan hasil pengukuran, aturan-aturan yang harus diperhatikan.
Berikut ini adalah aturan penulisan angka penting dalam fisika :

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.


2. Angka nol di belakang angka bukan nol adalah angka penting, kecuali
diberi tanda khusus, misalnya garis bawah. Contohnya : angka 120
memiliki dua angka penting yaitu 1 dan 2.
3. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh : angka 40700 memiliki tiga angka penting, yaitu 4, 0,
dan 7.
4. Angka nol di depan angka bukan nol adalah bukan angka penting.
Contoh : angka 0,0065 memiliki dua angka penting, yaitu 6 dan 5.
5. Angka nol di belakang tanda decimal dan mengikuti angka bukan nol
adalah angka penting. Contoh : angka 5,600 memiliki empat angka
penting, yaitu 5, 6, 0, dan 0.

6. Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan


pada urutan angka dimaksud. Misal : 1256 memiliki 4 angka penting,
1256 memiliki 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau
dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal).
Analisis hasil pengukuran selalu melibatkan perhitungan matematika atau operasi
hitung. Ada beberapa hal yang diperhatikan saat melakukan operasi hitung
dengan significant figures. Pada bagian ini akan dibahas beberapa aturan dalam
perhitungan angka penting.

I. Pembulatan
Aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut :

1) Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan. Contoh :
a. 246,86 dibulatkan menjadi 246,9
b. 416,64 dibulatkan menjadi 416,6
2) Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil, dan
dihilangkan jika angka sebelumnya angka genap. Contoh :
a. 246,65 dibulatkan menjadi 246,6
b. 326,55 dibulatkan menjadi 326,6.
II. Penjumlahan dan Pengurangan
Operasi pengurangan & penjumlahan angka penting mengikuti aturan sebagai
berikut. Penulisan hasil operasi penjumlahan & pengurangan hanya boleh memiliki
satu angka ragu-ragu / taksiran / angka tak pasti.
Contohnya : 12 cm (2 adalah angka tak pasti) + 2,85 cm (5 angka tak pasti) = 14,85
( 4 dan 5 adalah Angka tak pasti) kemudian, dibulatkan agar hanya ada 1 angka tak
pasti, menjadi 15.
(I) 25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting)
(II) 58,0 + 0,0038 + 0,00001 = 58,00281 ditulis menjadi 58,0
(III) 4,20 + 1,6523 + 0,015 = 5,8673 ditulis menjadi 5,87
(IV) 415,5 + 3,64 + 0,238 = 419,378 ditulis menjadi 419,4
Pada  contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang berada di
belakang tanda desimal jumlahnya sama.
Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir aalah
angka yang diragukan kepastiannya.
Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting terakhir
ialah angka yang diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis sebagaimana
contoh (IV). 

III. Perkalian dan Pembagian


Operasi perkalian dan pembagian mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah AP yang paling
sedikit.
b. Untuk perkalian dan pembagian angka penting dengan angka eksak, hasil akhir
mengikuti jumlah AP tersebut.
c. Hasilnya harus dibulatkan hingga jumlah angka penting sama dengan jumlah
angka penting berdasarkan faktor yang paling kecil jumlah angka pentingnya.
Contohnya : 125 cm (3 AP) dikalikan 10 (1 AP) = 1250, karena masih ada 3 AP,
maka harus dijadikan 1 AP saja. Sehingga hasilnya menjadi 1000 (1 angka penting).
Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu 9,84 : 9,3 = 1,06 ditulis
dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya menurut angka
penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1 (dalam 2 angka penting)
tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1
menggambarkan kesalahan sekitar 1% terhadap hasil pembagian (kesalahan 1%
diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan
angka penting 1,1 dari 1,1 + 0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi
1,1 kemudian dikali 100 persen). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan
penulisan jawaban hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan
menuliskan jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06
karena perbedaan 1 pada angka terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur
pembagian (9,3) memberi kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis
sebagai 1,06 + 0,01
B. ALAT PENGUKUR BERAT
Alat ukur yang biasa digunakan dalam mengukur berat suatu benda adalah
timbangan. Penggunaan timbangan atau neraca disesuaikan menurut besar kecilnya
benda yang ditimbang. Pilihan dapat dibuat berdasarkan luasnya rentang instrument
yang tersedia, termasuk timbangan analitik yang sangat sensitif, timbangan resep
elektronik, atau berdasarkan ukuran kapasitas berbeda yang digunakan dalam
manufaktur produk farmasi skala kecil dan besar. Instrument apapun yang digunakan
harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan untuk kepekaan, akurasi, dan
kapasitas. Bentuk dan kegunaan timbangan diantaranya adalah:
a. Timbangan Badan
Timbangan ini digunakan untuk menimbang berat badan hingga 100
kg.
b. Timbangan Duduk
Timbangan duduk ini mempunyai kegunaan untuk menimbang berat
benda di pasar, pabrik, tempat penggilingan padi, atau barang dalam
karung dan peti. Berat benda maksimum mencapai 50 kg.
c. Timbangan Bayi
Timbangan bayi ini digunakan untuk menimbang berat badan bayi.
Alat ini sering dijumpai di rumah sakit, puskesmas, posyandu,
dan rumah bersalin.
d. Timbangan Gantung
Timbangan ini digunakan untuk menimbang berat kotor benda, seperti
padi, beras, tepung, dan benda yang basah seperti minyak kelapa,
gabah, dll. Berat benda maksimun hingga 1 kuintal.
e. Timbangan warung
Timbangan ini biasa digunakan di warung, kios, atau pasar tradisional.
Berat benda maksimum yang dapat ditimbang hingga 50 kg.

Didalam menimbang perlu ada sebuah alat yang dapat mengukur berat
ataupun massa benda yang ingin diukur secara teliti, apalagi untuk menimbang zat-zat
yang harus tepat jumlahnya. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam
suatu benda. Satuan SI-nya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya
gaya yang dialami benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya
adalah Newton (N). Untuk mengukur massa benda dapat digunakan neraca atau
timbangan (Sudarmadji 2005). Berikut jenis-jenis timbangan yang sering digunakan
di laboratorium :
a. Neraca teknis
Neraca mekanik sering juga disebut neraca/timbangan teknis terdiri atas tiga
batang skala. Batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala
puluhan gram, dan batang ketiga berskala satuan gram. Benda yang akan
ditimbang diletakkan diatas piringan, setelah beban geser diseimbangkan dengan
benda, maka massa benda dapat dibaca pada skala. Neraca teknis biasa digunakan
untuk melakukan penimbangan dengan ketelitian sedang, biasanya hanya sampai
2 desimal di belakang koma. Neraca ini biasanya dipakai untuk menimbang zat -
zat atau benda yang tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi, misalnya
menimbang bahan sebagai larutan pereaksi. Neraca teknis dibagi menjadi 2 yaitu
neraca analog dan neraca digital. Neraca analog adalah neraca yang biasanya
masih tradisional, sedangkan neraca digital adalah neraca teknis yang sudah
modern, yang sekarang sering dipakai di laboratorium untuk menimbang dan
praktis, tinggal menaruh benda atau zat di atas piring neraca (Pradhika 2008).
b. Neraca Analitik
Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan di laboratorium
yang berfungsi untuk menimbang bahan/zat yang akan digunakan sebelum
melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan. Bahan yang
ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Selain itu neraca analitik
merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi dan bermutu
tingg, sehingga dapat ditempatkan di ruang bebas serta terhindar dari gangguan
akibat aliran udara. Neraca ini melakukan kalibrasi internal, tetapi untuk
pemeriksaan ulang, neraca ini harus diperiksa dengan anak-anak timbangan yang
sudah di identifikasi. Neraca analitik ini hanya di gunakan untuk penimbangan
tingkat analitik (Day dan Underwood 2002). Neraca analitik mempunyai ketelitian
yang tinggi, karena sampai 4 desimal di belakang koma, biasanya digunakan
untuk menimbang benda atau zat yang membutuhkan ketelitian yang tinggi
(Pradhika 2008). Neraca analitik yang digunakan di laboratorium merupakan
instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada
kisaran 100 gram sampai dengan ± 0,0001 gram (Day dan Underwood 2002).
Syarat-syarat neraca yang baik :

 Neraca harus teliti dan memberikan hasil yang sama untuk penimbangan yang
berurutan.
 Neraca harus ajeg (mantap), yaitu tangan neraca harus kembali ke dalam keadaan
datar setelah berayun. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pusat gravitasi yang
tepat.
 Neraca harus peka, yaitu bobot 0,1 mg harus segera dapat diketahui bagi rata-rata
beban.
 Waktu ayunan jangan terlalu lama, agaar penimbangan dapat dikerjakan secepat
mungkin.

Ketelitian sebuah neraca ditentukan oleh skala terkecil yang ada pada neraca tersebut.
Misalnya pada neraca tiga lengan, skala terkecil adalah 0.1 gram, maka ketelitian neraca
tersebut adalah 0.1 gram. Selain itu, setiap alat ukur mempunyai nilai ketidakpastian
pengukuran. Nilai ketidakpastian tersebut dirumuskan sebagai berikut.
Ketidakpastian = ½ x skala terkecil
C. ALAT PENGUKUR VOLUME

Pengukuran volume yang akurat merupakan suatu ketrampilan yang diperoleh


melalui pendidikan dan pelatihan apoteker. Volume sendiri adalah ruang yang
ditempati jika diukur dalam satuan kubik. Sedangkan volumetric berkaitan dengan
pengukuran volume dengan instrument atau alat yang sesuai. Instrumen yang lazim
digunakan dalam pengukuran volume farmasetik mulai dari mikropipet dan buret
yang digunakan dalam prosedur analitik hingga bejana-bejana besar berukuran
industry yang dikalibrasi. Pemilihan instrument harus didasarkan pada volume bahan
yang diukur dan tingkat presisi yang diperlukan. Dalam mengukur volume suatu zat
alat-alat yang umum digunakan sebagai berikut:
1. Beaker glass
Pada beaker glass terdapat garis-garis dengan angka yang menyatakan
volume dari suatu zat. Volume benda yang dapat diukur menggunakan
beaker glass tidak hanya zat cair, melainkan juga zat pasat. Tahapan
menggunakan beaker glass berbeda tergantung dari zat apa yang akan kita
ukur, misal kita akan mengukur zat cair, langkah kerjanya diawali dengan
menuangkan zat cair ke dalam beaker glass lalu mengamati garis yang
merupakan batas dari zat cair tersebut, angka yang ada pada garis tersebut
menujukkan volume zat cair yang diukur. Sedangkan ketika kita ingin
mengukur suatu volume benda padat yang tak beraturan, caranya adalah
dengan mengisi beaker glass dengan air telebih dahulu lalu melihat
volumenya pda garis yang tertunjuk. Selanjutnya, kita masukkan benda
padat tersebut ke dalam air, sehingga permukaan air akan naik berubah
volume. Perbedaan (selisih) volume akhir dengan volume awal inilah
disebut dengan volume benda padat tersebut.
2. Pipet
Pipet adalah alat yang berbentuk silinder kecil dan panjang.
Pipet memiliki fungsi untuk memindahkan larutan dari suatu wadah ke
wadah lainnya dengan volume tertentu. Pipet dibedakan menjadi lima,
yaitu pipet, pipet ukur, pipet volume, pipet tetes, dan pipet buret.
Kelima pipet ini memiliki fungsi spesifik yang berbeda. Pipet memiliki
fungsi untuk memindahkan cairan, pipet ukur berfungsi untuk
memindahkan cairan ke dalam suatu wadah dengan berbagai ukuran
volume. Selanjutnya adalah pipet volume, dalam mengukur volume
larutan, pipet volume digunakan untuk mengetahui volume suatu zat
cair dengan tingkat ketelitian paling tinggi karena hanya memiliki satu
garis sebagai batasan volume. Cara mengukur volume menggunakan
pipet volume ini dimulai dengan memasang pipet dengan ball filler.
Selanjurnya, ketika ball filler telah tertancap pada ujung, tekan S untuk
mneyedot larutan agar masuk ke alam pipet, lalu tekan E untuk
mengeluarkan cairan apabila berlebih. Selain itu, ada juga pipet tetes.
Pipet tetes ini memiliki fungsi yang sama yaitu memindahkan volume
dari suatu wadah ke wadah lain. Namun, pipet tetes memiliki fungsi
yang tidak dimiliki pipet jenis lain adalah pipet tetes dapat digunakan
untuk menambahkan volume yang kurang sangat sedikit melalui tetes
demi tetes. Cara menggunakan pipet jenis ini adalah dengan cara
mencelupkan pipet tetes terlebih dahulu ke dalam cairan, lalu menekan
bagian ‘kepala’ yang berbahan karet selanjutnya melepas tekanan
bagian kepala untuk menyedot zat cair agar masuk ke dalam pipet.
Ketika zat cair sudah masuk ke dalam pipet, maka zat cair yang ada
dalam pipet sudah dapat dipindahkan ke wadah lain. Dan jenis pipet
terakhir adalah pipet buret. Pipet buret terdapat garis garis skala
dengan disertai angka. Buret berfungsi untuk mengukur banyaknya
cairan yang dikeluarkan saat titrasi. Cara menggunakan buret ini
langkah awalnya adalah memasang buret pada statif, lalu ketika sudah
terpasang dengan rapat, keran buret dibuka lalu diberi vaselin.
Pemberian vaselin ini bertujuan agar tidak terjadi sumbatan. Setelah
siap semuanya, lalu saat titrasi dimulai, air yang ada dalam buret
dikeluarkan secara perlahan dengan membuka keran ke arah horizontal
seacara perlahan sampai terjadi titik akhir titrasi.
3. Gelas ukur
Pada gelas ukur, terdapat skala dengan angka yang menujukkan
volume suatu zat cair yang berada dalam gelas tersebut. Gelas ukur
tidak hanya digunakan untuk mnegetahui volume zat cair, namun
volume zat padat juga dapat diketahui menggunakan gelas ukur.
Langkah langkah menggunakan gelas ukur saat mengukur air dimulai
dengan memasukkan sejumlah air, lalu mengamati batas air tersebut
pada garis yang ada pada skala. Sehingga dapat diketahui besarnya
volume air tersebut. Sedangkan untuk mengetahui volume benda padat
adalah dengan cara meletakkan gelas ukur tepat dibagian bawah
pancuran lalu memasukkan zat padat yang akan diukur volumenya.
Ketika zat padat dimasukkan ke dalam air, air akan tumpah keluar dari
pancuran gelas. Nah, banyaknya air yang tumpah itu lah merupakan
volume dari zat padat.
4. Tabung Erlenmeyer
Tabung erlenmeyer berbentuk kerucut, leher silinder dan
bagian bawah yang membulat dengan disertai satu garis yang terletak
pada bagian leher ysitu sebagai batas volume tabung erlenmeyer.
Tabung erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan. Tabung
erlenmeyer merupakan wadah penampung volume yang paling teliti
diantara gelas ukur dan beaker glass karena tabung erlenmeyer hanya
memiliki satu garis sehingga dalam proses pengamatan volume, tingkat
ketelitian jauh lebih tinggi daripada keduanya. Cara menggunakan
tabung erlenmeyer adalah dengan memasukkan cairan yang akan
diukur volumenya ke dalam tabung erlenmeyer dengan volume
tertentu, lalu mengamati cairan tersebut agar tepat pada garis yang ada
pada leher erlenmeyer. Namun batas cairan yang dilihat bukan
pinggirnya, melainkan meniskus dari cairan tersebut. Ketika meniskus
cairan sudah mencapai garis, maka volume larutan sudah tepat dengan
volume yang dimaskud pada tabung erlenmeyer. Ini berlaku untuk
semua pengukuran pada alat ukur volume yang lain, bahwa ketika
mengukur volume, yang dilihat bukan bagian pinggir cairan melainkan
bagian meniskus (cembung/cekung) cairan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
 Anonim. Angka Penting.
https://www.wardayacollege.com/fisika/pengukuran/pengukuran/angka-
penting/
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
 Ansel, Howard C. 2006. Kalkulasi Farmasetik : Panduan Untuk Apoteker.
Terj. Aisyah, Cucu., Elviana, Ella. Jakarta : EGC
 Hilkya, Rudy. 2009. Aturan Angka Penting.
https://fisikarudy.wordpress.com/2009/08/07/aturan-angka-penting/
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
 Kemdikbud. 2014. Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
 Khoirunnisa, Isma. Alat Ukur Volume dan Waktu.
https://www.academia.edu/34949364/ALAT_UKUR_VOLUME_DAN_WAK
TU
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
 Muidah. 2016. Fungsi Labu Erlenmeyer .
http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-labu-erlenmeyer/
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
 Sompotan, Veronika. Alat Pengukuran Berat.
https://www.academia.edu/37309298/Alat_pengukuran_berat?auto=download
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai