disusun oleh :
HARIANINGSIH, ST, MT
i
Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif
KATA PENGANTAR
Semoga bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Tata Tertib Praktikum iv
Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium v
Materi I Acidimetri 1
Materi II Alkalimetri 10
Materi III Permanganometri 18
Materi IV Penentuan Kadar Sulfat Secara Gravimetri 25
Materi V Argentometri 32
Materi VI Iodometri 39
Materi VII Kompleksometri 46
Materi VIII Analisa Logam Dengan Spektrofotometri Serapan Atom 55
Materi IX Penentuan Kadar Kalium Bikromat Dengan Spektrofotometer 67
Uv-Visible
Materi X Penentuan Daya Hantar Listrik Larutan Dengan 72
Konduktometer
Materi XI Penentuan Konsentrasi Larutan Berdasarkan Berat Jenis 76
Lampiran 81
Format Laporan Praktikum 82
1) Beracun/ toksik
Beracun artinya suatu zat dapat menimbulkan kecelakaan ataupun kematian
apabila tertelan, terhirup, atau terserap melalui kulit. Contohnya merkuri dan
sianida.
2) Mudah terbakar
Bahan-bahan yang sangat mudah menyala atau terbakar pada keadaan normal.
Contohnya alkohol dan kerosin.
3) Korosif
Korosif artinya bahan-bahan yang dapat merusak jaringan hidup bila
bersentuhan. Contohnya asam dan basa kuat.
4) Mudah meledak
Bahan-bahan yang mudah meledak bila terkena gesekan, benturan, panas, atau
kontak dengan api. Contohnya campuran hidrogen dan oksigen.
5) Iritasi
Bahan-bahan yang dapat menimbulkan hilangnya pigmen atau melepuh bila
bersentuhan. Contohnya kloroform.
6) Radioaktif
Bahan-bahan yang dapat memancarkan sinar radioaktif yang dapat
mengakibatkan efek racun dalam waktu singkat ataupun lama. Contohnya
uranium.
MATERI I
ACIDIMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum acidimetri, mahasiswa mampu:
1. Membuat larutan standar asam dan menstandarisasinya dengan larutan standar
primer.
2. Menentukan kadar Na2CO3 dalam soda dengan cara acidimetri.
B. Dasar Teori
Dalam analisa kimia dipelajari cara cara yang dipergunakan untuk
menyelidiki susunan suatu zat. Untuk mengetahui unsur atau senyawa yang terdapat
dalam suatu bahan digunakan analisa kualitatif. Sedangkan bila dikehendaki kadar
unsur atau senyawa tersebut digunakan analisa kuantitatif.
Analisa kuantitatif secara sederhana dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Analisa gravimetri
2. Analisa volumetri
Melalui analisa gravimetri, sejumlah cuplikan ditimbang kemudian dilakukan
suatu reaksi untuk mengubah zat yang hendak ditetapkan menjadi senyawa lain
yamg beratnya dapat ditentukan. Sedangkan pada analisa volumetri, pengujian
dilakukan dengan cara menentukan volume suatu larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dengan tepat, yang bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan
ditentukan.
Acidimetri adalah reaksi netralisasi (dengan metode volumetri/titrasi) larutan
basa dengan larutan standar asam. Larutan standar ialah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, di mana larutan ini setiap liternya
mengandung sejumlah gram ekivalen tertentu. Larutan standar yang dibuat dari zat
dengan kemurnian yang tinggi, dan dapat langsung dipergunakan sebagai larutan
standar dalam proses titrasi (tanpa distandarisasi terlebih dahulu) disebut larutan
standar primer. Apabila larutan standar itu dibuat dari zat yang tidak mempunyai
kemurnian tinggi, sehingga masih perlu distandarisasi lebih dahulu dengan larutan
standar primer, disebut dengan larutan standar sekunder.
Untuk membuat larutan standar dengan normalitas N dan volume V dari zat
cair dengan massa jenis (kerapatan) L dan kadar K %, maka banyaknya volume zat
cair yang akan diencerkan dapat dihitung dengan cara berikut.
Misal : pembuatan larutan asam polibasis (HnA) yang normalitasnya N
sebanyak V ml, maka :
HnA = N x V mgrek (1)
HnA = N x V / n mmol (2)
Jika berat molekul asam tersebut = M gram /mol, maka :
HnA = N x V x M / n mgram (3)
Zat cair HnA dengan kerapatan (masa jenis) L gram / ml, mengandung arti setiap
ml zat cair tersebut beratnya L gram. Jika kadar zat cair HnA = K %, berarti setiap
100 ml zat cair tersebut terkandung HnA murni sebanyak K ml, dan beratnya = K x
L gram = 1000 K x L gram. Jadi setiap 100 ml HnA = 1000 K x L gram.
Tiap 1 ml HnA = (1000 / 100) K x L mgram
= 10 K x L mgram (4)
Seandainya banyaknya zat cair yang akan diencerkan = a ml, maka beratnya = 10 x
a x K x L mgram
Sehingga 10 x a x K x L = N x V x M / n
a = N x V x M / (10 x n K x L) (5)
dengan,
a = volume zat cair yang akan diencerkan, ml
N = normalitas larutan yang akan dibuat, mgrek / mL
V = volume larutan yang akan dibuat, ml
M = berat molekul zat cair tersebut
n = valensi, grek / mol
K = kadar zat cair, K %
L = kerapatan, masa jenis zat cair, gram/ml
Jika larutan standar berasal dari zat padat, maka cara pembuatannya dengan
cara menimbang zat padat tersebut dan kukan dengan cara pengenceran. Bila
diketahui terlebih dahulu berapa konsentrasi larutan asal yang harus diencerkan,
maka pengenceran dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2 (6)
dengan:
M1 = molaritas larutan asal
V1 = volume larutan asal yang diambil
M2 = molaritas larutan standar yang akan dibuat ( setelah pengenceran)
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat (setelah pengenceran)
Prinsip titrasi (netralisasi) adalah menentukan banyaknya asam atau basa
yang secara kimia tepat ekivalen (setara) dengan banyaknya asam atau basa yang
terdapat dalam larutan. Apabila larutan asam maupun larutan basa adalah elektrolit
kuat, maka larutan akhir pada titik ekivalen akan bersifat netral yaitu pH larutan =
7. Tetapi apabila salah satu larutan asam atau basa adalah elektrolit lemah, maka
larutan akhir pada titik ekivalen merupakan garam terhidrolisis, sehingga pH
larutan dapat dihitung dengan rumus :
a. Hidrolisis garam menghasilkan basa lemah dan basa kuat
pH = p Kw p Kb log Cg (7)
b. Hidrolisis garam menghasilkan asam lemah dan basa kuat
pH = p Kw + p Kb + log Cg (8)
dengan :
Kw = tetapan kesetimbangan air = 10-14 pada 25OC
Ka = tetapan kesetimbangan asam
Kb = tetapan kesetimbangan basa
Cg = konsentrasi garam
Saat tercapainya titik ekivalen dalam suatu titrasi pada umumnya dapat
diketahui karena terjadinya perubahan yang jelas dalam larutan. Perubahan tersebut
dapat disebabkan oleh:
a. Larutan standarnya sendiri, misalnya pada permanganometri.
b. Penambahan larutan lain, yang digunakan sebagai zat penunjuk yang
mempunyai warna berbeda dalam setiap suasana larutan, yang bergantung pada
pH larutan, zat penunjuk tersebut dinamakan indikator.
Jadi dalam suatu titrasi asam-basa, ketelitiannya tergantung pada pemilihan daerah
kisaran pH dari indikator terhadap pH titik ekivalen.
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Larutan HCl pekat 4. Soda
2. Aquadest 5. Indikator metil orange (MO)
3. Borax
D. Alat
Alat yang digunakan :
1. Buret dan statif 7. Timbangan
2. Pipet volume 25 ml, 10 ml 8. Corong
3. Pipet ukur 10 ml 9. Gelas ukur 100 ml
4. Erlenmeyer 250 ml 10. Pipet tetes
5. Labu takar 100 ml, 250 ml 11. Gelas beaker 250 ml
6. Gelas beaker 600 ml 12. Pengaduk
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara Percobaan
a. Pembuatan larutan HCl 1,0 N
1. Ambil V ml larutan HCl pekat dengan pipet ukur dan masukkan ke dalam
labu takar 100 ml. Sebelumnya hitung terlebih dahulu V ml larutan HCl pekat
yang akan diambil untuk membuat larutan HCl 1,0 N sebanyak 100 ml dengan
melihat kerapatan dan kadar HCl pekat pada botol HCl pekat.
2. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda garis batas, kemudian
tutup dan kocok sampai larutan homogen.
3. Isi buret dengan larutan HCl yang akan distandarisasi (gunakan corong) dan
catat batas volumenya.
4. Titrasilah larutan borax di dalam erlenmeyer dengan larutan HCl.
5. Titrasi diakhiri jika telah terjadi perubahan warna indikator.
6. Catat volume larutan HCl yang digunakan.
7. Lakukan butir 1 6 sebanyak 3 kali dan hitung volume rata-rata larutan HCl
yang digunakan.
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : ACIDIMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
a. Standarisasi larutan HCl
No. Volume borax (mL) Vol. HCl titran (mL)
1. 25
2. 25
3. 25
Rata-rata .. mL
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
a. Pembuatan larutan HCl 1,0 N 100 ml
Banyaknya volume larutan HCl pekat yang diambil
NV M
V = (9)
10 n K L
dengan :
V1 = volume larutan HCl pekat yang diambil, ml
N = normalitas larutan HCl = 1,0 N
V2 = volume larutan HCl = 100 ml
M = berat molekul HCl
n = 1 grek / mol
K = kadar larutan HCl pekat, K%
L = massa jenis larutan HCl pekat, gram / ml.
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI II
ALKALIMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum alkalimetri, mahasiswa mampu:
1. Membuat larutan standar basa dan menstandarisasinya dengan larutan standart
primer.
2. Menentukan kadar CH3COOH dalam asam cuka di pasaran dengan cara
alkalimetri.
B. Dasar Teori
Acidimetri dan alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetri berdasarkan
reaksi netralisasi. Acidimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan basa dengan
larutan standar asam. Sebaliknya alkalimetri adalah reaksi netralisasi ( titrasi )
larutan asam dengan larutan standar basa. Jadi keduanya dibedakan pada larutan
standarnya. Pada acidimetri dipakai asam sebagai larutan standarnya, sedangkan
pada alkalimetri dipakai basa sebagai larutan standarnya.
Penentuan kadar CH3COOH dalam asam cuka dengan cara alkalimetri
menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar basa / titrasi basa. Larutan
tersebut bereaksi dengan asam hingga diperoleh suatu garam sebagai hasil akhir.
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan
garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O
Garam natrium asetat ini akan dihidrolisa dalam larutan sebagai berikut :
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat, atau sebaliknya, keduanya
merupakan larutan elektrolit kuat. Di sini akan dihasilkan garam yang tidak
terhidrolisa yaitu garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Kation / anion
dari elektrolit kuat tidak mengadakan interaksi dengan ion-ion dari air, akibatnya
kesetimbangan air tidak terganggu, sehingga larutan bersifat netral.
Pada titrasi asam asetat dan NaOH dihasilkan garam natrium asetat yang
berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam tersebut akan terionisasi dalam air,
ion asetat (CH3COO-) yang merupakan anion dari elektrolit lemah, akan
mengadakan interaksi dengan molekul air (H+) menghasilkan asam lemah, dengan
reaksi seperti tersebut di atas. Akibatnya kesetimbangan air akan terganggu dan
bergeser ke kanan untuk mensuplai H+. Karena ion H+ diikat CH3COO-, maka :
(OH- > (H+) , sehingga larutan akan bersifat basa / alkalis.
Indikator dalam titrasi netralisasi adalah indikator pH karena indikator ini
berubah warnanya seseuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki
perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi asam asetat
dengan NaOH dipakai indikator pH, sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap
perubahan reaksi. Selanjutnya dapat dipilih indikator yang sesuai dengan melihat
grafik volume pereaksi versus pH.
Pada penentuan kadar CH3COOH dalam asam cuka di pasaran dengan
menitrasi asam cuka dengan larutan NaOH , grek/gram ekivalen dari asam asetat
dapat dihitung :
grek CH3COOH = V NaOH x N NaOH (1)
dengan:
N NaOH = normalitas NaOH
V NaOH = volum NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan semua asam.
Karena 1 grek CH3COOH = 1 mol, maka :
Berat asam asetat (gram) = grek CH3COOH x BM CH3COOH (2)
C. Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 4. Aquadest
2. NaOH 5. Indikator phenolphtalein ( PP )
3. Asam cuka di pasaran
D. Alat
Alat yang digunakan:
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara Percobaan
a. Pembuatan larutan NaOH 1,0 N
1. Timbang b gram NaOH dengan wadah botol timbang. Sebelumnya hitung
dulu b gram NaOH yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 1,0 N
sebanyak 100 ml, dengan melihat berat molekul NaOH yang tercantum pada
tabel botol NaOH.
2. Larutkan NaOH dengan 50 ml aquadest di dalam gelas beaker 100 ml.
3. Masukkan larutan NaOH tersebut ke dalam labu takar 100 ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda garis batas, kemudian
tutup dan kocok sampai larutan homogen.
6. Titrasi larutan asam cuka di dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,1 N.
7. Titrasi diakhiri jika telah terjadi perubahan warna larutan.
8. Catat volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan.
9. Lakukan butir 3 8 sebanyak 3 kali dan hitung volume rata-rata larutan
NaOH 0,1 N yang digunakan.
F. Hasil Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : ALKALIMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
a. Standarisasi larutan NaOH
No. Volume as. oksalat (ml) Vol. NaOH titran (ml)
1. 25
2. 25
3. 25
Rata-rata .. ml
Rata-rata .. ml
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
a. Pembuatan larutan NaOH 1,0 N 100 ml
Banyaknya / berat NaOH yang diperlukan:
NVM
b= gram (3)
n
dengan :
b = massa zat padat yang akan dilarutkan, gram
N = normalitas larutan NaOH = 1,0 grek/L
V = volume larutan NaOH = 100 ml
M = berat molekul NaOH, gram/mol
n = 1 grek / mol
Pembuatan larutan standar primer (asam oksalat) :
mn
N= (4)
MV
dengan :
N = normalitas larutan asam oksalat, grek/l
m = berat asam oksalat yang dilarutkan, g
n = 2 grek/mol
M = berat molekul asam oksalat, g/mol
V2 = volume larutan asam oksalat, l
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI III
PERMANGANOMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum permanganometri, mahasiswa mampu:
1. Menstandarisasi larutan KMnO4 dengan Na2C2O4
2. Mempelajari analisis volumetri secara permanganometri.
3. Menetapkan kadar ion ferro dan ferri dalam larutan dengan cara
permanganometri.
B. Dasar Teori
Permanganometri adalah salah satu analisis volumetri dengan menggunakan
larutan standar kalium permanganat (KMnO4). Kalium permanganat dalam air yang
mengandung zat organik akan terjadi peruraian sebagai berikut :
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Dalam suasana netral atau sedikit alkalis, berat ekivalen KMnO4 = 1/3 mol (1 grek
KMnO4 = 52,7 gram), karena garam kalium permanganat ini akan tereduksi
menjadi endapan MnO2. Kalium permanganat dalam suasana asam akan tereduksi,
dengan reaksi sebagai berikut :
MnO4- + 8H+ + 5 e Mn2+ + 4 H2O
Dalam suasana larutan asam, berat ekivalen KmnO4 = 1/5 mol (1 grek KMnO4 =
31,6 gram).
Garam kalium permanganat (KMnO4) tidak diperoleh dalam keadaan murni
karena banyak mengandung oksida-oksidanya seperti MnO dan Mn2O3, sehingga
tidak dapat digunakan sebagai zat standar primer. Dengan demikian perlu
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer yaitu natrium oksalat.
Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan natrium oksalat
(Na2C2O4), akan terjadi reaksi sebagai berikut :
5 C2O4 2- +2 MnO4- + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Untuk mengetahui terjadinya titik ekivalen dalam titrasi standarisasi ini, tidak perlu
digunakan indikator, karena KMnO4 yang berwarna merah ungu dapat dipakai
sebagai indikator. Jadi titik ekivalen ditandai dengan adanya warna ungu dalam
larutan.
Pada standarisasi kalium permanganat dengan natrium oksalat, berlaku :
V KMnO4 N KMnO4 = V Na2C2O4 N Na2C2O4
V N
N = (1)
V
Analisa volumetri dengan cara permanganometri dapat digunakan untuk
penetapan kadar ion ferro dan ferri dalam larutan. Larutan yang akan dianalisis
ditambahkan larutan asam, kemudian dititrasi dengan larutan KmnO4 yang telah
distandarisasi hingga mencapai titik ekivalen. Banyaknya ion ferro dalam larutan
tersebut = V KMnO4 N KMnO4 mgrek = (V KMnO4 N KMnO4 ) 56 mgram.
Analisa volumetri dengan cara permanganometri dapat juga digunakan untuk
penetapan kadar nitrit dalam larutan. Karena garam nitrit bila diasamkan akan
terurai menjadi gas NO, maka penetapannya dibalik, yaitu larutan standar KmnO4
yang diasamkan dititrasi dengan larutan yang dianalisis. Jadi larutan KmnO4
ditambahkan larutan asam, kemudian dititrasi dengan larutan yang mengandung
nitrit (larutan yang akan dianalisis).
C. Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Kalium permanganat ( KMnO4 ) 7. Larutan SnCl2 15 %
2. HCL pekat 8. Larutan HgCl2 6 %
3. Natrium oksalat 9. Asam sulfat pekat
4. Larutan yang mengandung ion ferro dan ferri 10. Lar. H2SO4 0,1 N
5. Kalium nitrit 11. Lar. H2SO4 1 N
6. Aquadest
D. Alat
Alat yang digunakan :
1. Buret dan statif 8. Gelas arloji
2. Pipet volume 25 ml, 10 ml 9. Corong
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara Percobaan:
a. Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N; 250 ml
1. Timbang 0,79 gr KMnO4
2. Larutkan KmnO4 tersebut dengan aquadest di dalam gelas beaker 100 ml.
3. Masukkan larutan KMnO4 tersebut ke dalam labu takar 250 ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda batas, kemudian tutup
dan kocok sampai larutan homogen.
b. Standarisasi laruan KMnO4 dengan natrium oksalat.
1. Timbang 0,3 gram natrium oksalat dengan tepat.
2. Larutkan dalam 100 ml aquadest di dalam labu takar 100 ml.
3. Ambil 25 ml larutan Natrium Oxalat kr dalam Erlenmeyer 250 ml
4. Tambahkan 12,5 ml asam sulfat pekat.
5. Panaskan sampai 70OC.
6. Pindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
7. Isi buret dengan larutan KMnO4 yang akan distandarisasi (gunakan corong )
dan catat batas volumenya.
8. Titrasilah larutan natrium oksalat di dalam erlenmeyer dengan larutan
KMnO4.
9. Titrasi diakhiri pada saat terjadinya warna ungu dalam larutan.
10. Amati dengan cermat dan catat volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan.
c. Penetapan ion Ferro dan Ferri dalam larutan.
I. Penentuan ion ferro
1. Ambil 25 ml larutan yang akan dianalisis dengan pipet volum 25 ml.
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Tambahkan 25 ml larutan H2SO4 4N.
4. Titrasilah larutan di dalam erlenmeyer tersebut dengan larutan KMnO4 yang
telah distandarisasi tadi.
5. Titrasi diakhiri pada saat terjadinya warna ungu dalam larutan.
6. Amati dengan cermat dan catat volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan.
II. Penentuan ion ferri
1. Ambil 25 ml larutan yang akan dianalisis dengan pipet volume 25 ml.
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Tambahkan 10 ml HCl pekat.
4. Panaskan sampai suhu 70 OC.
5. Tambahkan larutan SnHCl2 15 % tetes demi tetes sambil diaduk sampai
warna kuning hilang.
6. Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan HgCl2 5% sehingga terjadi endapan
Hg2Cl2.
7. Encerkan larutan dalam erlenmeyer tersebut sampai volume sekitar 150 ml.
8. Titrasilah larutan di dalam erlenmeyer tersebut dengan larutan KMnO 4 yang
telah distandarisasi tadi.
9. Titrasi diakhiri sampai terjadinya perubahan warna dalam larutan.
10. Amati dengan cermat dan catat volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan
F. Hasil Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : PERMANGANOMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
a. Standarisasi larutan NaOH
No. Volume Na-oksalat (Ml) Vol. KmnO4 titran (mL)
1.
2.
3.
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
a. Pembuatan larutan standar KMnO4 0,1 N 250 ml
Banyaknya / berat KMnO4 yang diperlukan
= , (1)
dengan :
b = berat KMnO4 yang dilarutkan, gram
N = normalitas larutan KMnO4 = 0,1 N
V = volume larutan KMnO4
M = berat molekul KMnO4
n = 1 grek / mol
= , (2)
dengan :
N. V = gram ekivalen larutan natrium oksalat, grek
v = berat natrium okslat, yang dilarutkan, gram
n = 2 grek / mol
M = berat molekul natrium oksalat, gram/mol
= , (3)
= , (4)
dengan :
N KMnO4 = normalitas larutan KMnO4, grek/l
V KMnO4 = vol. larutan KMnO4 yang diperlukan, l
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan Revisi Svehla, G., ed ke-4, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI IV
PENENTUAN KADAR SULFAT SECARA GRAVIMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum gravimetri, mahasiswa mampu:
1. Menentukan kadar sulfat dalam sampel secara gravimetri.
B. Dasar Teori
Analisis gravimetri pada dasarnya merupakan proses pemisahan dan
penimbangan suatu senyawa dengan rumus kimia tertentu dalam keadaan murni.
Penentuan suatu unsur secara gravimetri meliputi pengubahan unsur itu menjadi
suatu senyawa dengan rumus kimia tertentu yang stabil, diketahui bobot
molekulnya, dan sesuai untuk ditimbang. Kemudian, kadar senyawa yang
ditentukan dapat dihitung dengan faktor gravimetri. Pemisahan dalam gravimetri
biasanya dilakukan dengan pengendapan pada pH tertentu, larutan yang encer dan
panas.
Pada dasarnya, pengerjaan dalam analisa gravimetri dapat dibagi menjadi
enam tahapan :
1. Penimbangan sampel
2. Pelarutan sampel
3. Pengendapan
4. Penyaringan dan pencucian
5. Pemanasan endapan yang telah disaring
6. Penimbangan endapan murni
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan pengerjaan adalah sebagai
berikut:
1. Penimbangan
Analisis gravimetri adalah analisis yang berdasarkan penimbangan. Oleh
karena itu, penimbangan menjadi hal yang sangat penting, baik pada saat
menimbang sampel maupun menimbang endapan. Kesalahan penimbangan akan
menyebabkan kesalahan pada hasil analisis.
2. Pengendapan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengendapan:
a. Endapan yang terbentuk harus mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam
air, sehingga jika endapan disaring tidak ada yang lolos dalam bentuk filtrat.
b. Ukuran partikel yang terbentuk harus besar-besar sehingga mudah disaring.
Untuk memperoleh endapan yang kasar dan mudah disaring, pengendapan
biasanya dilakukan pada larutan panas, relatif encer dan penambahan pereaksi
pengendap secara perlahan-lahan.
c. Endapan yang terbentuk harus murni, stabil dan mempunyai rumus kimia
tertentu, sehingga harus dicegah adanya zat pengotor. Salah satu cara untuk
mencegah adanya zat pengotor dalam endapan adalah dengan proses
pematangan endapan, yaitu dengan membiarkan bersama larutan induk selama
waktu tertentu pada temperatur 80 OC.
3. Penyaringan
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan endapan dari pelarut dan
kelebihan pereaksi. Media penyaring harus dipilih sedemikian rupa, sehingga tidak
bereaksi dengan endapan ataupun larutan pencuci. Pemilihan media penyaring juga
ditentukan oleh pemanasan yang diperlukan pada tahap berikutnya, yaitu untuk
penguapan air, zat pengotor lainnya serta sisa larutan pencuci.
4. Pencucian
Larutan pencuci endapan harus mempunyai sifat-sifat :
a. Mampu mengusir pengotor dari endpan.
b. Menekan kelarutan endapan.
c. Tidak bereaksi dengan endapan.
d. Sisa larutan pencuci dapat diuapkan pada proses pemanasan endapan.
5. Pemanasan Endapan
Pemanasan endapan bertujuan untuk menguapkan air, pengotor lain dan sisa
larutan pencuci yang terdapat pada endapan, selain itu juga untuk memperoleh
endapan yang stabil dengan rumus kimia tertentu. Temperatur pemanasan sangat
bergantung pada sifat endapan.
C. Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Sampel sulfat.
2. HCl pekat.
3. Larutan BaCl2 5 % (larutkan 10 gram BaCl2 padat dengan aquadest hingga
volume 200 ml)
4. Larutan AgNO3 0.1 M.
5. Kertas Saring Whatman No.40
Keterangan Gambar :
1. Gelas Beaker 3. Keras Saring 5. Erlenmeyer (penampung filtrat)
2. Pemanas 4. Corong gelas
E. Cara Percobaan:
1. Timbang 0.3 gram sampel sulfat (misalnya nikel sulfat), masukkan dalam gelas
beker dan larutkan dengan 25 ml air.
2. Tambahkan 0.4 ml HCl pekat, kemudian encerkan sampai 200 ml.
3. Didihkan larutan, lalu tambahkan setetes demi setetes larutan BaCl 2 5 %
aduklah selama penambahan larutan BaCl2.
4. Biarkan endapan selama beberapa menit, kemudian lakukan tes pada
supernatan dengan menambah BaCl2 untuk mengetahui apakah pengendapan
telah sempurna. Bila masih terbentuk endapan tambahn BaCl2 sampai sedikit
berlebih. BaCl2.
5. Tutup gelas beaker dengan kaca arloji, kemudian letakkan gelas beker diatas
penangas air ( 1 jam) sampai seluruh endapan turun dan terbentuk larutan
bening diatasnya. Volume larutan jangan sampai 150 ml. Sementara itu siapkan
cawan porselen yang bersih dan kering, pijarkan selama 30menit, dinginkan
selama 5 10 menit di udara, di dalam desikator dan ditimbang.
6. Tambahkan lagi beberapa tetes larutan BaCl2 pada larutan jernih diatas
endapan. Jika terbentuk endapan berarti pengendapan belum sempurna,
tambahkan lagi larutan BaCl2 sampai pengendapan sempurna.
7. Saring endapan menggunakan kertas saring whatman No.40. Saring terlebih
dahulu larutan jernihnya, lalu tampung filtratnya dalam gelas beaker.
8. Lakukan tes filtrat dengan meneteskan larutan BaCl2, jika terbentuk endapan
maka pengerjaan harus diulangi dari awal, dan pengeringan dapat diteruskan.
9. Setelah semua larutan jernih disaring, tuang endapan ke kertas saring dengn
bantuan semprotan air panas dari botol semprot.
10. Bersihkan seluruh dinding gelas beker dengan bantuan batang pengaduk
sampai seluruh endapan pindah ke kertas saring.
11. Cuci endapan beberapa kali dengan sejumlah kecil air panas sampai filtratnnya
bebas ion Cl -.
12. Pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam cawan porselin.
13. Pijarkan cawan perlahan-lahan sampai cawan berwarna merah 30 40 menit.
14. Dinginkan di dalam desikator 5 10 menit kemudian setelah dingin timbanglah
cawan.
15. Hitung % berat sulfat dalam sampel.
faktor : SO4 / BaSO4 = 0.41153
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : GRAVIMETRI
Kelompok :
DATA PERCOBAAN
1. Nama sampel : ..........................................................
2. Berat sampel : ..........................................................
I. Penimbangan Cawan Kosong
Penimbangan Lama pemanasan Lama pendinginan Berat (gram)
I
II
III
Data berat yang diambil untuk perhitungan = A =
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI V
ARGENTOMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum argentometri, mahasiswa mampu:
1. Mempelajari analisis volumetri dengan cara argentometri
2. Menetapkan kadar NaCl pada garam dapur di pasaran dengan cara argentometri.
B. Dasar Teori
Argentometri adalah analisis volumetri berdasarkan reaksi pengendapan
dengan menggunakan larutan standar argentum. Titrasi argentometri adalah salah
satu dari sekian banyak proses pengendapan. Titrasi ini disebut dengan
argentometri karena larutan standartnya adalah garam argentum. Analisa ini banyak
digunakan untuk penetapan garam-garam yang dpat membentuk endapan dengan
larutan standar argentums, seperti garam-garam halogen.
Pada titrasi pengendapan ini, titik ekivelen ditunjukkan dengan berbagai cara,
yaitu :
1. dengan pembentukan endapan berwarna (metode Mohr)
2. dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (metode Volhard)
3. dengan indikator absorbsi (metode Fajans)
Pada metode Mohr digunakan indikator larutan kalium kromat (K2CrO4),
setelah reaksi berakhir, indikator membentuk garam sukar larut dengan ion Ag+
berwarna merah, sesuai reaksi :
CrO4- + 2 Ag+ Ag2CrO4
Larutan yang dititrasi harus netral atau sedikit basa karena jika terlalu asam akan
terjadi :
CrO4- + 2 H+ 2 H2CrO4 Cr2O72- + H2O
Metode Volhard dikenal juga sebagai metode tidak langsung,larutan yang
akan dianalisis ditambah larutan Ag+ berlebihan. Kemudian kelebihan Ag+ dititrasi
dengan kalim thiosianat (KCN) atau ammonium thiosianat dengan menggunakan
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. AgNO3 4. Garam dapur
2. NaCl 5. Aquadest
3. Indikator K2CrO4
D. Alat
Alat yang digunakan
1. Buret dan statif 7. Timbangan
2. Pipet volume 10 ml, 5 ml 8. Gelas arloji
3. Pipet ukur 5 ml 9. Pengaduk
4. Labu takar 100 ml 10. Corong
5. Erlenmeyer 250 ml 11. Pipet tetes
6. Gelas beker 600 ml, 250 ml
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara Percobaan
a. Pembuatan larutan standar AgNO3 0,02 N 100 ml
1. Timbang b gram AgNO3 yang diperlukan untuk membuat larutan AgNO3
0,02 N sebanyak 100 ml, dengan melihat berat molekul AgNO3 yang
tercantum dalam label wadah AgNO3.
2. Larutkan AgNO3 dengan 50 ml aquadest di dalam gelas beker 250 ml.
3. Masukkan larutan AgNO3 tersebut ke dalam labu takar 100 ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda batas, kemudian tutup
dan kocok sampai larutan homogen.
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : ARGENTOMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
1. Penimbangan :
a. Berat AgNO3 (gram) =
Berat molekul AgNO3 (gram/mol) =
Volume larutan AgNO3 (ml) =
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Pembuatan larutan standar AgNO3 0,02 N 100 ml
Banyaknya / berat AgNO3 yang diperlukan :
N V BM
b= , gram (1)
n
dengan :
b = berat AgNO3 yang dilarutkan, gram
N = normalitas larutan AgNO3, grek/l
V = volume larutan AgNO3, l
BM = berat molekul AgNO3, gram/mol
n = grek/l
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI VI
IODOMETRI
A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum iodometri, mahasiswa mampu:
1. Mempelajari analisis volumetri dengan cara iodometri
2. Menetapan kadar Cu dalm larutan dengan cara iodometri
B. Dasar Teori
Dalam analisis Iodometri masih sering dibedakan dua macam analisis yaitu
iodometri dan iodometri. Iodometri adalh titrasi terhadap Iodum (I2) bebas yang
terdapat dalam larutan dengan menggunakan larutan Natrium Thiosulfat
(Na2S2O3.5H2O) sebagai larutan standarnya. Sedangkan iodimetri adalah titrasi
dengan menggunakan larutan standar iodium (I2).
Dalam titrasi Iodometri, sebagian besar yang dipergunakan sebagai larutan
stabdarnya adalah larutan I2 dalam KI, dengan reaksi sebagai berikut :
I2 + 2 S2O3 2- 2 I- + S4O6 2-
Natrium thiosulfat termasuk larutan standar sekunder sehingga perlu
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer yaitu Kalium Bikromat
(K2Cr2O7.5 H2O). Peada standarisasi netrium thiosulfat dengan kalium bikromat
berlaku :
N NagS2O3 x V Na2S2O3 = N K2Cr2O7 x V K2Cr2O7 (1)
= , (2)
kadar Cu dalam larutan. Larutan yang akan dianalisis bila tidak netral perlu
dinetralkan dulu dengan NH4OH. Larutan kemudian ditambah KI padat. Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat sampai titik
ekivalen. Banyaknya Cu dalam larutan tersebut = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x 63,5
gram
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Natrium thiosulfat (Na2S2O3. 5H2O) 5. Aquadest
2. kalium bikromat (K2Cr2O7 5H2O) 6. Larutan NH4OH
3. KI (Kalium Iodida) 7. Kertas pH
4. Larutan HCl 4 N 8. Indikator amilum
D. Alat
Alat yang digunakan :
1. Buret dan statif 7. Timbangan
2. Pipet volume 25 ml 8. Gelas arloji
3. pemanas magnetic stirrer 9. Pengaduk
4. Labu takar 100 ml 10. Corong
5. Erlenmeyer 250 ml 11. Pipet tetes
6. Gelas beker 600 ml, 250 ml
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara percobaan
a. Pembuatan larutan standar natrium thiosulfat 0,1 N 100 ml
1. Timbang b gram Na2S2O3. 5H2O yangdiperlukan untuk membuat larutan 0,1
N sebanyak 100 ml, dengan melihat berat molekul Na2S2O3. 5H2O yang
tercantum dalam label wadah Na2S2O3. 5H2O.
2. Larutkan Na2S2O3. 5H2O dengan 50 ml aquadest di dalam gelas beker 250 ml
dan panaskan sampai mendidih dengan pemanas magnetic stirrer.
3. Tambahkan aquadest ke dalam gelas beker tersebut sampai volumenya 100
ml.
b. Pembuatan larutan standar primer Kalium Bikromat 0,1 N 100 ml
1. Timbang c gram K2Cr2O7 5H2O yang diperlukan untuk membuat larutan 0,1
N sebanyak 100 ml, dengan melihat berat molekul K2Cr2O7 5H2O yang
tercantum dalam label wadah K2Cr2O7 5H2O
2. Larutkan K2Cr2O7 5H2O dengan 50 ml aquadest di dalam gelas beker 250 ml
dan panaskan sampai mendidih dengan pemanas magnetic stirrer.
3. Masukkan larutan K2Cr2O7 5H2O tersebut ke dalam labu takar 100 ml
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda batas, kemudian tutup
dan kocok sampai larutan homogen.
c Standarisasi larutan Natrium Thiosulfat dengan Kalium Bichromat
1. Timbang 1 gram KI padat
2. Ambil 25 mL larutan K2Cr2O7.5H2O 0,1 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL.
3. Tambahkan 1 gram KI padat.
4. Tambahkan 25 mL HCl 4 N.
5. Encerkan dengan aquadest 100 mL.
6. Isi buret dengan larutan Na2S2O3.5H2O yang akan distandarisasi (gunakan
corong) dan catat batas volumenya.
7. Titrasikanlah larutan kalium bichromat di dalam erlenmeyer dengan natrium
thiosulfat.
8. Tambahkan 3 tetes indikator amilum.
9. Titrasi diakhiri dengan pada saat terjadinya perubahan warna dalam larutan.
F. LembarPengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : IODOMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
1. Penimbangan :
a. Berat Na2S2O3.5H2O (g) =
Berat molekul Na2S2O3.5H2O (g/mol) =
Volume larutan Na2S2O3.5H2O (ml) =
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Pembuatan larutan standar natrium thiosulfat 0,1 N 100 ml
Banyaknya / berat Na2S2O3.5H2O yang diperlukan :
N V BM
b= (3)
n
dengan:
b = berat Na2S2O3.5H2O yang dilarutkan, gram
N = normalitas larutan Na2S2O3.5H2O, grek/l
V = volume larutan Na2S2O3.5H2O, l
BM = berat molekul Na2S2O3.5H2O, gram/mol
n = 2 grek/l
dengan :
NNa2S2O3.5H2O = normalitas larutan Na2S2O3.5H2O yang akan distandarisasi, grek/l
VNa2S2O3.5H2O = volume larutan Na2S2O3.5H2O yang diperlukan, l
NK2Cr2O7 5H2O = normalitas larutan K2Cr2O7 5H2O yang digunakan, grek/l
VK2Cr2O7 5H2O = volume larutan K2Cr2O7 5H2O, l
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI VII
KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum kompleksometri, mahasiswa mampu:
1. Mempelajari analisis volumetric dengan cara kompleksometri
2. Menetapkan kadar kalsium sebagai CaO dan kadar magnesium sebagai MgO
dalam air dengan cara kompleksometri
B. Dasar Teori
Kompleksometri adalah analisis volumetric dengan melibatkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks dengan larutan standar Etilen Diamin Tetra Asetat
(EDTA). Senyawa kovalen koordinasi (kompleks) adalah senyawa yang
mengandung ion logam dan ligan (gugus pengeliling). Ion logam dalam senyawa
kompleks adalah sebagai ion pusat yang berfungsi sebagai penyedia pasangan
elektron bebas, sehingga jenis ikatan senyawa kompleks adalah ikatan kovalen
koordinasi.
Adapun jenis ligan kompleksometri dibagi menjadi 2 macam yaitu ligan jenis
unidentat dan ligan jenis polidentat. Jenis ligan unidentat yang sering digunakan
adalah NH3, CN-, Cl- sedangkan jenis polidentat di antaranya adalah EDTA sering
ditulis X4Y (tetra basis).
Logam-logam yang banyak ditentukan dengan larutan EDTA adalah logam
alkali tanah karena memberikan warna yang khas. EDTA dalam bentuk kristal
biasanya sebagai Na2EDTA dengan logam-logam dapat membentuk kompleks
dengan perbandingan 1 : 1.
Persamaan reaksinya : Mn+ + H2Y2- 2 H+ + M (Y)n-4
Struktur EDTA :
HOOC CH2-COOH
N CH2 CH2 N
HOOC CH2-COOH
Karena EDTA merupakan asam tetra basis maka dalam larutan dapat
berbentuk Y4-, HY3-, H2Y2-, H3Y- dan bahkan H4Y tergantung pada pH larutan
sehingga dalam titrasi perlu ditambahkan larutan buffer.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi ini adalah Erichrom Black
T (EBT) pada penentuan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), indicator
murexide pada penentuan kalsium (Ca), nikel (Ni), seng (Zn) dan tembaga (Cu),
sedangkan indicator calkon pada penentuan kalsium (Ca).
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) termasuk larutan standar sekunder
sehingga perlu distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan CaCO3. Pada
standarisasi larutan EDTA dengan CaCO3 berlaku :
NEDTA VEDTA = NCaCO3 VCaCO3
N V
N = (1)
V
Analisis volumetric dengan cara kompleksometri ini dapat digunakan untuk
penetapan kadar kalsium sebagai CaO dan kadar magnesium sebagai MgO dalam
air yang berarti dapat digunakan sebagai untuk mengukur kesadahan air.
Ion Ca2+ dan ion Mg2+ bersama-sama dalam larutan dapat membentuk ion
kompleks dengan Na2EDTA dengan persamaan reaksi sbb :
Ca2+ + Na2EDTA 2 Na+ + Ca EDTA
Mg2+ + Na2EDTA 2 Na+ + Mg EDTA
Untuk menetapkan ion Ca2+ maka ion Mg2+ dapat diendapkan dengan
menaikkan pH larutan dalam bentuk Mg(OH)2.
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. CaCO3 5. Indikator EBT
2. EDTA 6. Indikator calkon
3. Aquadest 7. Larutan KOH 8 N
4. Larutan buffer pH 10 8. Sampel air yang akan dianalisis
D. Alat
Alat yang digunakan :
1. Buret dan statif 8. Gelas ukur 50 ml, 100 ml
2. Pipet volume 25 mL, 5 ml 9. Timbangan
3. Pipet ukur 5 ml 10. Gelas arloji
4. Pemanas magnetic stirrer 11. Pengaduk
5. Labu takar 100 ml, 250 ml 12. Corong
6. Erlenmeyer 250 ml 13. Pipet tetes
7. Gelas beker 600 ml, 250 ml
1 Keterangan :
1. Buret
2
2. Klem
3. Statif
3
4. Erlenmeyer
5. Keramik
4
E. Cara Percobaan
a. Pembuatan larutan standar EDTA 0,01 M 250 ml
1. Timbang b gram EDTA yangdiperlukan untuk membuat larutan 0,1 M
sebanyak 250 ml, dengan melihat berat molekul EDTA yang tercantum dalam
label wadah EDTA.
2. Larutkan EDTA dengan 100 ml aquadest di dalam gelas beker 250 ml.
3. Masukkan larutan EDTA tersebut ke dalam labu takar 250 ml
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai tanda batas, kemudian tutup
dan kocok hingga larutan homogen.
8. Ulangi langkah 1 sampai 9 sebanyak 3 kali dan hitung volume rata-rata larutan
EDTA yang diperlukan.
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Percobaan : KOMPLEKSOMETRI
Kelompok :
Nama Praktikan (NIM) : 1.
2.
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
1. Penimbangan
a. Berat EDTA (g) =
Berat molekul EDTA (g/mol) =
Rata-rata ...........ml
Perubahan warna yang terjadi : .................
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Pembuatan larutan standar EDTA 0,01 M 250 ml
Banyaknya / berat EDTA yang diperlukan :
N V BM
b= (2)
n
dengan :
b = berat EDTA yang dilarutkan, g
N = normalitas larutan EDTA, grek/l
V = volume larutan EDTA, l
BM = berat molekul EDTA, g/mol
H. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Revisi Svehla, G., edisi ke 4, PT Kalman Media Pustaka,
Jakarta.
Anonim, Buku petunjuk Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Jurusan Teknik Kimia
PSD III Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Troskialina L, MSc., Haryadi, Drs., Santoso Budi, Drs dkk, 1996, Petunjuk
Praktikum Kimia Umum, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
MATERI VIII
ANALISA LOGAM DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
1. Mempelajari metode atau cara analisa pada spektrometri serapan atom.
2. Menentukan kadar/konsentrasi Fe dalam larutan sample dengan metode AAS.
B. Dasar Teori
Spektrofotometri serapan atom (AAS) merupakan suatu metode analisa kimia
untuk menentukan unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace),
hasil perhitungan akan memberikan kadar total unsur logam / semi logam tersebut
dalam sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam tersebut dalam
sampel, yang didasarkan atas pengukuran jumlah radiasi yang diserap oleh atom-
atom apabila sejumlah radiasi dilewatkan melalui sistem yang mengandung atom
tersebut. Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi (sinar) dan
materi (atom). Ini dapat dilaksanakan dengan menghisap cuplikan melalui tabung
kapiler dan menyemprotkan ke dalam nyala api yang memenuhi syarat tertentu
sebagai kabut yang halus (aerosol). Jumlah radiasi yang diserap tergantung pada
jumlah atom-atom bebas yang terlibat dan kemampuan atom itu untuk menyerap
radiasi. Oleh karena itu penerapan metode ini dalam analisa kimia sangat tergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan atom bebas. Distribusi
atomatom pada setiap tingkat energi akan mengikuti Hukum distribusi Boltzman.
Nj/No = Pj /Po exp (-Ej /kT) (1)
dengan,
Nj = jumlah atom dalam tingkat eksitasi j
No = jumlah atom dalam tingkat dasar
Pj = jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada tingkat eksitasi
Po = jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada tingkat dasar
T = temperatur
K = tetapan Boltzman (1,38 X 10-16 erg / derajat)
Sedangkan hubungan antara selisih tingkat energi dengan frekwensi dan panjang
gelombang diberikan oleh persamaan Planck sebagai berikut :
Ej-Eo = E = hv = hc/ (2)
Persamaan Boltzman menunjukkan bahwa perbandingan distribusi atom dalam
tingkat energi tertentu bergantung pada energi yang diperlukan untuk eksitasi atom
dan temperatur sistem. Pada temperatur kamar jumlah atom yang ada dalam tingkat
energi tereksitasi jauh lebih kecil dari pada jumlah atom yang ada dalam tingkat
energi dasar sehingga dapat dikatakan bahwa praktis semua atom berada dalam
tingkat energi dasar.
Spektra serapan atom suatu unsur terdiri atas garis-garis sempit yang jelas
batasnya, yang ditimbulkan oleh transisi elektronik antar tingkat energi elektron
dari elektron-elektron yang ada pada kulit paling luar, garis tersebut disebut garis
resonansi. Setiap unsur akan memiliki garis resonansi, dan apabila mempunyai
lebih dari satu garis resonansi maka garis-garir tsb akan memiliki kekuatan osilasi
yang berbeda sehingga akan memberikan sensitifitas yang berbeda pula.
Dasar perhitungan pada spektrofotometri serapan atom adalah menggunakan
Hukum Lambert Beer:
A =bC (3)
dengan,
= koefisien absorpsi molar
b = tebal cuvet
C = konsentrasi.
Terjadinya penyimpangan Hukum Lambert Beer dalam analisa pada
prinsipnya dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
a. Penyimpangan konseptual
b. Penyimpangan experimental
a. Sumber sinar.
Pada analisis dengan menggunakan AAS memerlukan sumber sinar yang
benar-benar monokromatis, namun sampai saat ini belum ada monokromator yang
dapat menghasilkan cahaya dengan persyaratan tsb, namun masalah ini dapat
diatasi setelah Walls (1955) memperkenalkan penggunakan sumber radiasi yang
dapat menghasilkan garis spektra dengan panjang gelombang yang tepat sama
dengan panjang gelombang serapan atom unsur yang dianalisa. Sumber radiasi ini
disebut Hollow Chatode Lamp yang terdiri dari elektroda katode yang berbentuk
cekung dilapisi dengan logam murni dan elektroda anoda yang terbuat dari
wolfram.. Kedua elektroda tsb berada dalam tabung gelas tertutup yang diisi dengan
gas mulia pada tekanan rendah (2-3 mm Hg).
b. Sistem pengatuman.
Sistem pengatuman dalam AAS merupakan salah satu bagian yang terpenting
karena disinilah senyawa yang akan dianalisa ditempatkan. Bagian ini merupakan
tempat untuk mengubah unsur dari keadaan semula (larutan) ke dalam bentuk uap
atom bebas yang siap untuk dianalisa Untuk memperoleh atom tsb dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu sistem pengatuman dengan nyala api dan sistem pengatuman
tanpa nyala api.
Pengatuman dengan nyala.
Pada pembentukan atom dengan atomisasi nyala, pada prinsipnya terdiri dari
2 bagian utama yaitu Nebulaizer dan Burner. Pada Nebulaizer terjadi perubahan
larutan menjadi aerosol sedangkan pada Burner terjadi proses atomisasi dengan
nyala, nyala yang dapat digunakan dalam AAS dihasilkan dari pembakaran gas
pembakar dengan oksidan pada burner tsb, adapun jenis gas pembakar maupun
oksidan tergantung dari suhu yang diperlukan .
INTERVERENSI
Metode AAS ternyata bukan merupakan metode analisa yang bebas dari
interverensi. Interverensi yang ada dalam AAS dibedakan menjadi :
a. Interverensi spektral
Interverensi ini terjadi apabila dalam atomisasi terdapat spesies lain yang
menyerap radiasi pada panjang gelombang yang overlap atau sangat dekat dengan
daerah serapan atom unsur yang dianalisa, sehingga pemisahan oleh monokromator
tidak mungkin dapat dilakukan.
b. Interverensi kimia
Interverensi kimia terjadi karena keterlibatan reaksi kimia yang dapat
menurunkan konsentrasi uap atom dalam ruang atomisasi.
c. Interverensi fisika
Interverensi fisika ini dapat terjadi karena terbentuknya partikulat yang dapat
menurunkan intensitas radiasi melalui hamburan cahaya, juga dapat terjadi karena
perbedaan sifat fisika larutan cuplikan dengan sifat fisika larutan standart.
CARA ANALISA
Untuk keperluan analisa kuantitatip secara spektofotometri serapan tom
(AAS) dengan menggunakan nyala, cuplikan harus disiapkan berupa larutan.
Untuk memperoleh bentuk larutan, cuplikan ini perlu perlakuan pendahuluan. Yang
prosedurnya tergantung pada sifat dan jenis cuplikan yang bersangkutan.
Ada beberapa cara untuk melarutkan cuplikan yaitu :
Cuplikan langsung dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
Cuplikan direaksikan dengan asam
Cuplikan dilebur dulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam
asam.
Prosedur yang banyak digunakan adalah melarutkan sampel dengan asam
murni seperti dengan HNO3, H2SO4, HCl, karena tidak menambah kadar zat padat
dalam larutan. Disamping itu kebanyakan cuplikan (organik, anorganik) dapat larut
di dalam asam. Yang perlu diperhatikan di dalam metode pelarutan adalah apapun
pelarut yang digunakan yang terpenting jangan sampai unsur yang akan dianalisa
hilang karena perlakukan tersebut, dan diperoleh larutan yang jernih.
Apabila dalam larutan ternyata banyak terdapat zat pengganggu maka
harus dilakukan pemisahan sebelum dilakukan pengukuran absorbansi. Apabila
memilih menggunakan pelarut organik jangan menggunakan senyawa aromatik
seperti benzen ataupun pelarut halogenida yang sangat mudah menguap seperti
CCl4, CHCl3, karena akan mengganggu nyala sehingga tidak stabil.
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Larutan FeCl3
2. Aquadest
3. sample air
D. Alat
Alat yang digunakan :
1. Seperangkat alat AAS 6. Pipet volum
2. Seperangkat alat komputer 7. Pipet tetes
3. Kompresor 8. Gelas beaker
4. Erlemeyer 9. Botol semprot
5. Labu takar
E. Cara Percobaan
Menghidupkan dan optimasi alat
1. Cara menghidupkan
Sebelum alat AAS dihidupkan, ada beberapa hal yang perlu dicek:
Tegangan listrik : cek sesuaikan jala-jala (tanyakan pada instruktur)
Tombol pengatur arus lampu katode cekung (HCl) = 0 mA
Tombol pengatur panjang gelombang, apabila dilengkapi dengan tombol untuk
scanning maka tombol (scanning) harus di off-kan.
Tombol Mode, apabila dilengkapi dengan tombol Mode maka tombol mode
harus dipasang pada posisi Emisi
Gain, tombol gain adalah tombol untuk mengatur perbesaran pengeras
(amplifier) maka sebelum dinyalakan tombol ini harus pada posisi minimal
(=0) sehingga amplifier tidak ada hentakan beban yang terlalu berat.
Tombol pengatur tekanan gas, baik oksidan maupun bahan baker sebelum alat
dinyalakan tombol ini harus pada posisi minimal sehingga apabila gas yang
dialirkan ke dalam alat tekanannya terlalu besar alat tidak akan mengalami
kerusakan pada saat dinyalakan.
Kepala burner, cek dulu kepala burner sebelum alat dinyalakan, harus pada
keadaan terpasang, sehingga apabila alat dinyalakan apinya tidak akan terjadi
ledakan yang bias membahayakan operator dan kerusakan alat.
Drainer, cek dulu recervoir harus terisi air sampai tanda safety.
2. Optimasi alat
1) Setelah posisi diatas sudah kita penuhi hidupkanlah alat dengan mengubah
sakelar power ke posisi on
2) Pasanglah lampu yang akan kita pakai pada tempat lampu dan panaskan lampu
pada arus 2 mA selama 15 menit
2.1 Optimasi Lampu
2.2 Setelah 15 menit lampu dipanaskan, tambah kuat arus lampu sesuai
dengan label lampu pada Working range jangan sampai melebihi kuat arus
maksimum yang tertera pada label lampu sebab lampu bisa terbakar.
F. Lembar pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
DATA PERCOBAAN
I. Pembacaan absorbansi larutan standar FeCl3
No. Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 Standar 1
2 Standar 2
3 Standar 3
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
Tugas perhitungan yang harus dilakukan :
1. Menghitung volume larutan standar
V1N1 = V2N2 (4)
dengan,
Vn : volume larutan pada kondisi n
Nn : konsentrasi larutan pada kondisi n.
H. Daftar Pustaka
Masykuri, M, 2004, Petunjuk Praktikum Kimia Analisa Instrumen, UNS Press,
Surakarta.
MATERI IX
PENENTUAN KADAR KALIUM BIKROMAT DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar kalium bikromat dengan menggunakan kurva kalibrasi.
B. Dasar Teori
Kadar suatu larutan senyawa berwarna tertentu dapat ditentukan secara
spektrofotometri melalui kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi yang dimaksud adalh
kurva absorbansi versus konsentrasi. Hukum Lambert-Beer menyatakan :
A=bC (1)
dengan,
A = absorbansi
= absorptivitas molar
b = tebal kuvet
C = konsentrasi larutan.
Dari hubungan di atas dapat diketahui bahwa absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi. Hukum ini hanya berlaku untuk konsentrasi larutan encer.
Masing-masing senyawa mempunyai karakteristik tersendiri mengenai tingkat
keenceran yang memenuhi syarat. Menurut hokum Lambert-Beer, kadar/
konsentrasi larutan senyawa yang belum diketahui dapat dicari dengan mengukur
absorbansinya kemudian memplotkan ke dalam grafik sehingga konsentrasinya
dapat diketahui.
C. Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Larutan K2Cr2O7 0,01 M
2. Aquadest.
D. Alat
Bahan yang digunakan :
1. Spektronik 21 D atau spektrofotometer sinar tampak yang lain.
2. Labu ukur 10 mL (5 buah)
3. Pipet volume 1 mL dan 5 mL
E. Cara Percobaan
Cara Pengoperasian Spektronik 21 D
Cara Menghidupkan
1) Hubungkan alat dengan arus listrik
2) Nyalakan tombol power untuk menghidupkan alat
3) Tunggu kurang lebih 15 menit
Analisa
1) Set yang akan digunakan untuk pengukuran dengan memutar knop untuk
set
2) Posisikan lampu yang digunakan sesuai dengan yang digunakan
3) Tekan tombol diatas layar untuk set pengukuran pada absorbansi.
4) Masukkan kuvet yang berisi blanko dan putar knop pengatur dibagian depan
bawah alat sampai diperoleh angka nol
5) Lanjutkan untuk pengukuran larutan standar/sample.
Cara Mematikan
1) Keluarkan kuvet dari tempatnya
2) Matikan alat dengan menekan tombol power.
3) Cabut kabel yang menghubungkan alat dengan sumber listrik.
Pembuatan Larutan
1. Buatlah larutan standar K2Cr2O7 0,0002 M, 0,0005 M, 0,001 M dan 0,002 M
dengan cara mengencerkan dari larutan induk K2Cr2O7 0,01 M dengan H2SO4
0,5 M.
2. Pilih panjang gelombang 440 nm pada spektronik 20 D.
3. Set alat spektronik 20 D pada 0% T dan 100% T dengan larutan blangko asam
sulfat 0,5 M.
4. Ukur absorbansi semua larutan standar K2Cr2O7 yang telah dibuat, kemudian
buat kurva kalibrasi A versus C.
5. Ambil larutan sample (yang belum diketahui) pada asisten, ukur absorbansinya
dan tentuka konsentrasinya dengan kurva kalibrasi.
6. Dari pengukuran no. 4 hitung harga k-nya (k = A/C).
7. Tentukan harga rata-rata k dan gunakan untuk menghitung konsentrasi sample
(C = A/k). Bandingkan konsentrasi yang diperoleh dari perhitungan ini dengan
konsentarsi yang diperoleh dari grafik / kurva kalibrasi.
F. Lembar pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
Pembacaan absorbansi larutan standar dan sampel
No. Konsentrasi Volume (mL) Absorbansi K=A/C
(ppm)
1 .
2 .
3 Sample
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Menentukan harga absorbansi dengan persamaan Lambert-Beer :
A=bC (2)
dengan,
A = absorbansi
= absorptivitas molar
b = tebal kuvet
C = konsentrasi larutan.
atau dengan pembacaan skala.
2. Menghitung nilai k dari tiap sample dengan persamaan k = A / C.
3. Menghitung k rata-rata dari sejumlah data percobaan.
4. Menghitung konsentrasi tiap larutan dari nilai k rata-rata.
H. Daftar Pustaka
Masykuri, M, 2004, Petunjuk Praktikum Kimia Analisa Instrumen, UNS Press,
Surakarta.
MATERI X
PENENTUAN DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN DENGAN
KONDUKTOMETER
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
1. Mengetahui perbedaan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit melalui
pengukuran daya hantar listrik.
2. Menentukan hubungan antara konsentrasi dan daya hantar listrik pada larutan
elektrolit.
B. Dasar Teori
Larutan dapat dibedakan menjadi 2:
1. Larutan elektrolit, larutan yang dapat menghantarkan listrik.
2. Larutan non elektrolit yaitu larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik.
Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi 2 bagian :
1. Elektrolit kuat : jika dilarutkan dalam air terdisosiasi sempurna menadi ion-ion,
contoh : HCl, NaOH, H2SO4 dll
2. Elektrolit lemah : jika dilarutkan dalam air hanya terdisosiasi sebagian saja,
contoh : NH4OH, CH3COOH, HCN dll
Hukum ohm menyatakan bahwa arus dalam konduktor listrik berbanding
lurus dengan gaya gerak lisrik dan berbanding terbalik dengan tahanan ( R ).
Kebalikan dari tahanan adalah konduktansi (daya hantar listrik).
G = I/R = k A / L (1)
dengan,
G : daya hantar listrik
R : tahanan
k : daya hantar listrik / konduktansi spesifik
A : luas permukaan elekrode
L : jarak kedua elekrode
C. Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Larutan NaCl 4. Aquadest
2. Larutan CH3COH 5. Air Kran
3. Larutan gula
D. Alat
Alat yang digunakan
1. Gelas Beaker 5. Pipet volume
2. Labu takar 6. Gelas arloji
3. Botol semprot 7. Sendok
4. Pipet tetes 8. Conducivity meter
Keterangan
1. Tampilan angka hasil
pengukuran
2. Pengaturan range/kisaran
3. Pengaturan tetapan sel
4. Pengaturan suhu
5. Tombol on/off
E. Cara Percobaan
1. Buat larutan NaCl 0,1 M ; 0,001 M ; 0,0001 M
2. Buat larutan CH3COH 0,1 M ; 0,001 M ; 0,0001 M
3. Buat larutan gula 2 gr/100 ml ; 3 gr/100 ml ; 4 gr/100 ml
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
DATA PERCOBAAN
Pembacaan daya hantar listrik larutan
No Larutan Konsentrasi Range Daya hantar listrik
1 NaCl 0,1 M
0,01 M
0,001 M
2 CH3COH 0,1 M
0,01 M
0,001 M
3 Gula 2 gr / 100 ml
3 gr / 100 ml
4 gr / 100 ml
4 Aquadest
5 Air kran
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Bandingkan besarnya daya hantar listrik larutan NaCl, CH3COH, dan larutan
gula
2. Bandingkan besarnya daya hantar listrik larutan NaCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001
M, CH3COH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M , dan larutan gula serta buat kurva
hubungan anara konsentrasi larutan dengan daya hantar listrik.
H. Daftar Pustaka
Widiastuti E dkk, 1996, Petunjuk Praktikum Kimia Analisa Instrumen, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik Dirjen Dikti Depdiknas, Bandung
MATERI XI
PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN BERDASARKAN BERAT
JENIS
A. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
1. Mempelajari cara analisa kuantitatif dengan penentuan berat jenis.
2. Menentukan kadar/konsentrasi suatu bahan dalam larutan sample dengan
penentuan berat jenis.
B. Dasar Teori
Kadar / konsentrasi suatu bahan dalam larutan dapat dinyatakan dalm satuian
massa per satuan volume (misal: gram/liter, mol/liter, dll) atau dalam bentuk fraksi
larutan. Bentuk fraksi dapat dinyatakan dalam persentase massa (% berat, % w/w),
persen mol (% mol) atau persentase volume (% volume, % v/v). Suatu campuran
zat berfasa padat atau cair dapat dinyatakan dalam persen massa, sedangkan
campuran zat berfasa gas dapat dinyatakan dalam persen mol atau volume. Untuk
gas ideal, persen mol setara dengan persen volume.
Kadar suatu zat yang dinyatakan dalam bentuk fraksi dapat pula dinyatakan
dalam fraksi mol, fraksi berat atau fraksi volume. Dalam suatu campuran zat,
jumlah fraksi-fraksinya selalu sama dengan 1.
x1 + x2 + x3 + ..... + xn = 1 (1)
dengan,
x : fraksi mol / berat / volume
1, 2, 3,, n : zat 1, 2, 3, , n
Berat jenis/densitas suatu bahan adalah berat bahan tersebut tiap satuan
volume. Satuan beratnya jenis dapat dinyatakan dalam g/ml atau lb/ft 3. Secara
numeris kedua sataun tersebut bernilai sama. Perbandingan antara berat jenis suatu
bahan dengan jenis air kondisi standar dinyatakan sebagai spesific gravity.
Parameter tersebut tidak memiliki satuan. Berat jenis bahan murni merupakan salah
satu sifat fisis bahan tersebut (bernilai tertentu) sehingga dapat mengindikasikan
kemurniannya.
C. Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Gula
2. Aquadest
3. Sampel larutan gula dengan konsentrasi tertentu
D. Alat
Alat yang digunakan:
1. Picnometer 5. Neraca
2. Pipet ukur 6. Oven
3. Gelas ukur 7. Pipet tetes
4. Erlenmeyer 8. Pengaduk kaca
E. Cara percobaan
Untuk mencari kadar suatu bahan dari suatu sampel dengan mengukur berat
jenis dapat dilakukan dengan kurva kalibrasi.
Caranya:
1. Bersihkan picnometer dengan pencucian dan keringkan dalam oven selama 30
menit pada suhu 105C.
2. Dinginkan dalam desikator dan timbang hingga berat konstan. Catat beratnya
(WO).
3. Isi dengan aquadest hingga penuh dan pastikan tidak ada gelmbung udara di
dalamya. Timbang picnometer berisi aquadest (W1).
4. Hitung volume picnometer hasil kalibrasi tersebut dengan ketentuan bahwa berat
jenis aquades pada suhu kamar (30C) sebesar 0,9956 gr/ mL (0).
5. Buat sederetan larutan standart dengan berbagai konsentrasi gula dalam aquades
(% berat), misal 10 %, 20 %, 40 %, 60 % berat dan ukur berat jenis masing-
masing larutan.
6. Buat kurva standar konsentrasi konsentrasi versus berat jenis dari data-data di
atas dan cari persamaan linear dari kurva tersebut.
7. Siapkan sampel.
8. Ukur beratnya dengan neraca analitis dan plotkan berat sampel hasil pengamatan
pada persamaan linear kurva standar sehingga dapat diketahui kadar sampel.
F. Lembar Pengamatan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Hari, tanggal :
Nama Asisten :
DATA PERCOBAAN
Pengukuran berat jenis larutan.
No Larutan Berat (g) Volume larutan (ml) Berat Jenis (g/ml)
1 Aquades
2 Larutan Gula 70 %
3 Larutan Gula 10 %
4 Larutan Gula 20 %
5 Larutan Gula 40 %
6 Larutan Gula 60 %
Larutan Gula 30 %
7
Larutan Gula 50 %
ttd
(nama terang) Praktikan 2, Tanda tangan
Dosen Pembimbing,
ttd
(nama terang)
G. Cara Perhitungan
1. Menghitung volume picnometer untuk kalibrasi.
V1 + (W1 W0) / 0 (2)
dengan,
V1 : volume kalibrasi picnometr (ml)
W1 : berat picnometer berisi aquades (g)
W2 : berat picnometer kosong (g)
0 : densitas aquades pada kondisi standar (g/ml).
2. Menentukan hubungan antara kadar larutan dengan berat jenis dengan regresi
linier.
Dari data kadar larutan dan berat jenis pada larutan standar dicari
hubungan antara keduanya dengan metode regresi linier :
A = aC + b (3)
dengan,
A : berat jenis
C : kadar larutan
Dengan persamaan yang diperoleh dan data berat jenis yang terbaca, kadar
larutan sampel dapat ditentukan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Vogel, A, 1994, A textbook of Quantitatif Inorganic Analysis.
Day, R.A. and Underwood, A.L., Analisa Kimia Kuantitatif.
LAMPIRAN
Aturan pembuatan laporan resmi praktikum Program Studi Diploma III Teknik
Kimia adalah sebagai berikut :
1. Laporan ditulis tangan di atas kertas HVS minimal 70 gr ukuran A4
2. Format kertas untuk penulisan 4-4-3-3, yaitu :
4 cm
4 cm tempat penulisan 3 cm
3 cm
Bahan pre-test meliputi tujuan, dasar teori, gambar alat, bahan dan cara
kerja. Dinilai dan ditanda tangani oleh asisten
Lain-lain ( grafik, tabel, gambar)
4. Laporan akhir berisi sub bab :
Halaman judul (format di lampiran 5)
Lembar Pengesahan (ditandatangani oleh asisten dan dosen pengampu)
Daftar Isi
Bab I Materi Praktikum 1
Bab II Materi Praktikum 2
Bab III Materi Praktikum 3
Dst
Daftar Pustaka (Tabel/gambar/pustaka yang digunakan pada perhitungan dan
pembahasan)
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
disusun oleh:
NAMA :
NIM : I83
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
Nama : .............
NIM : I83
............................... ................................
NIP. NIM.