Anda di halaman 1dari 13

UNDANG UNDANG TENAGA KESEHATAN, PEKERJAAN KEFARMASIAN DAN

CARA REGISTRASI TENAGA KEFARMASIAN

Tugas Mata Kuliah : Undang-Undang Kefarmasian

Dosen Pengampu : apt. Ferika Indrasari, S.Farm., MH.

Kelompok I

1. Anik Sofiana 1191007

2. Kristya Ayu Safitri 1191028

3. Lilih Linggar Utami 1191030

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

2021

i
Daftar is

Daftar isi.................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
I.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................3
II.1 Telaah Pustaka.......................................................................................................................3
II.1.1 Tenaga Kesehatan..........................................................................................................3
II.1.2 Pekerjaan Kefarmasian..................................................................................................5
II.1.3 Registrasi Tenaga Kefarmasian......................................................................................6
II.2 Hipotesis................................................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................7
III.1 Pelaku Tenaga Teknis Kefarmasian.......................................................................................7
III.2 Undang-Undang yang Terkait dengan Tenaga Teknis Kefarmasian......................................8
III.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian.................................................................................9
III.4 Undang-undang yang Terkait dengan Pekerjaan Kefarmasian.............................................11
III.5 Cara Registrasi Tenaga Kefarmasian...................................................................................12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................17
IV.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
IV.2 Saran....................................................................................................................................17
BAB V Daftar Pustaka......................................................................................................................18
BAB VI Lampiran..............................................................................................................................19

i
BAB I PENDAHUL
UAN

I.1 Latar Belakang


Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga rekam medis merupakan salah satu profesi yang terdapat di rumah sakit. Tenaga
rekam medis adalah tenaga yang menangani berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien, yang dimulai dari pembuatan rekam medis pasien, assembling,
coding, indexing, dan penyimpanan, serta kemudian pembuatan laporan rekam medis rumah
sakit.

Rekam medis merupakan pencatatan mulai dari pasien masuk hingga keluar serta
pengobatan dan pelayanan yang diterimanya. Rekam medis juga merupakan sebuah alat
komunikasi antara dokter dan tenaga ahlinya yang ikut ambil bagian dalam memberikan
pelayanan pengobatan dan perawatan kepada pasien, serta sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan dan pelayanan kesehatan kepada pasien. Selain itu, rekam medis juga bertujuan
untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Tanpa adanya rekam medis, tentunya akan sulit bagi tenaga
kesehatan, khususnya dokter untuk menganalisis penyakit pasien, serta tertib administrasi
rumah sakit tidak akan berjalan baik semestinya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan,


disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap
perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Sesuai dengan amanat pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah komponen terpenting dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan Indonesia yang setinggitingginya. Untuk itu, perencanaan sumber daya
manusia kesehatan perlu ditatalaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan dinamika
dan perkembangan serta kebutuhan masyarakat.

1
I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan

BAB II

2
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Telaah Pustaka


III.1.1 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009)

Menurut Anna Kurniati dan Ferry Efendi pengertian tenaga kesahatan adalah Setiap
orang yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal yang mendedikasikan
diri dalam berbagai upaya yang bertujuan mencegah, mempertahankan serta meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat.

III.1.2 Tenaga Kefarmasiaan


Dalam peraturan menteri tenaga kefarmasian terdiri dari :

1. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,


pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau enyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional.

2. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

3. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. 4. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.

III.1.3 Registrasi Tenaga Kefarmasian


Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum
untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.

3
Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap tenaga kefarmasian yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

Setiap apoteker maupun tenaga teknis kefarmasi (TTK) wajib memiliki surat registrasi.
Untuk apoteker harus memiliki registrasi yang terdiri dari :

1. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA


adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
2. Surat Tanda Registrasi Apoteker Khusus, yang selanjutnya disingkat
STRA Khusus adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker
warga negara asing lulusan luar negeri yang akan melakukan pekerjaan kefarmasian
di Indonesia.
3. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat
izin praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.

Sedangkan untuk tenaga teknis kefarmasiaan registrasi yang harus dimiliki terdiri dari :

1. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disingkat


STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis
Kefarmasian yang telah diregistrasi.
2. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disebut SIKTTK
adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

III.2 Hipotesis

4
BAB IV PEMBAHASA
N

1. RUANG LINGKUP ATAU RENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAAN


Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 108 ayat (1) bahwa, praktek kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 pasal 5


tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:

a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi, meliputi (pasal 6);

1. Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas distribusi


atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.

2. Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
oleh Tenaga kefarmasian.

3. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan
khasiat Sediaan Farmasi.

b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi, meliputi (pasal 7);

1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker


penanggung jawab.

2. Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu
oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

Berdasarkan pasal 8 bahwa fasilitas produksi sediaan farmasi dapat berupa industri
farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat tradisional, dan pabrik kosmetika.

c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi, meliputi


(pasal 14):

5
1. Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.

2. Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi, meliputi (pasal 19):


a.Apotek b.Instalasi c.Instalasi farmasi rumah sakit; d.Puskesmas; e.Klinik;

f. Toko Obat; atau g.Praktek bersama.

2. REGISTRASI PEKERJAAN KEFARMASIAAN

Registrasi untuk tenaga kefarmasian diatur dalam UU No. 36 Tahun 2014 , dengan isi dan
pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki
surat tanda registrasi.
(2) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. STRA bagi Apoteker; dan
b. STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 3
(1) STRA dan STRTTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikeluarkan oleh Menteri.
(2) Menteri mendelegasikan pemberian:
a. STRA kepada KFN; dan
b. STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pasal 6
STRA dan STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama
memenuhi persyaratan.
Pasal 7
(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah Apoteker;
b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;

6
d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
Pasal 8
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c. memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA,
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga
Teknis Kefarmasian; dan
d. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.

Bagian Ketiga Sertifikat Kompetensi Profesi diatur dalam :


Pasal 9

a. Sertifikat kompetensi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b
dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi.
b. Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji
kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya.

Bagian Keenam Pencabutan STRA & STRTTK diatur dalam :

Pasal 16

STRA atau STRTTK dapat dicabut karena:

a. permohonan yang bersangkutan;

b. pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter

c. melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian; atau

d. melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan


pengadilan.

7
BAB V KESIMPULA
N DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

8
V.2 Saran

9
BAB VI
Daftar Pustaka

UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.


PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
Permenkes nomor 31 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan nomor
889/menkes/per/v/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.

10
BAB VII

Lampiran

a b c

d f g

11

Anda mungkin juga menyukai