ii
ABSTRAK
Salah satu alternatif untuk mengobati stres dan depresi yaitu dengan
penggunaan aromaterapi. Salah satu bentuk sediaan romaterapi yaitu lilin
aromaterapi yang berasal dari minyak atsiri. Tanaman temulawak (Curcuma
xanthorriza) merupakan tanaman yang dapat memberikan efek antidepresan
dengan adanya minyak atsiri yang mengandung felladeran dan trumerol yang
yang dapat menenagkan dan menyegarkan pikiran, sehingga cocok
diformulasikan menjadi sediaan lilin aromaterapi yang memiliki bentuk menarik
dan mudah dibawa kemana-mana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara pembuatan lilin aromaterapi minyak atsiri temulawak (Curcuma
xanthorriza) dan mengetahui konsentrasi minyak atsiri temulawak (Curcuma
xanthorriza) yang baik dalam sediaan lilin aromaterapi. Dalam penelitian
menggunakan sampel rimpang temulawak sebanyak 1000 gram, kemudian
dibuat dalam bentuk simplisia, pengambilan minyak atsiri dari sampel
menggunakan metode destilasi dan diperoleh minyak atsiri sebanyak 51 ml. Pada
penelitian ini dibuat lilin aromaterapi dengan lima konsentrasi dimana terdapat
perbedaan konsentrasi minyak atsiri dan penambahan bahan tambahan yaitu F1
(12%), F2 (16%), F3 (20%), F4 (12%) tanpa menggunakan pengaroma dan F5
(16%) tanpa menggunakan pewarna. Dari hasil analisis yang telah dilakukan
dengan beberapa pengujian terhadap lima formula yaitu uji organoleptik, uji
bobot jenis menunjukkan 0,785 g/ml, uji titik leleh menunjukkan F1 60 , F2
58 , F3 55
, F4 58 dan F5 60 . Uji waktu bakar menunjukkan F1 10 jam 10 menit, F2
8 jam 35 menit, F3 5 jam 45 menit, F4 10 jam 10 menit, dan F5 8 jam 35 menit,
uji efek terapi menunjukkan F1, F2, dan F5 memiliki efek terapi yang baik, dan
uji kesukaan menunjukkan F1 yang paling banyak disukai panelis. Semua
formula lilin aromaterapi telah memenuhi syarat sesuai SNI. Dapat disimpulkan
bahwa formula F1, F2, dan F5 lilin aromaterapi minyak atsiri temulawak
(Curcuma xanthorriza) baik dan aman digunakan sedangkan F3 dan F4 memiliki
efek terapi yang kurang baik yaitu adanya panelis yang merasa sesa. konsentrasi
F1 (6%) lebih unggul dalam uji kesukaan terhadap 20 panelis.
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa atas berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penelitian dengan
tuga akhir pada jurusan Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar dapat
terselesaikan.
khususnya orang tua saya tercinta, Ibu saya Adriana Bella, kakak saya Yerri B.
Djasing serta adik saya jeni E. M. Djasing dan Jefriyanto Djasing yang selalu
Pada kesempatan ini pula, penulis sampaikan rasa terima kasih yang
setulustulusnya kepada :
1. Teriring Do'a untuk Alm. Ibu Hj. Nani Russa, SKM.,M.Kes, selaku pendiri
v
3. Sri Darmawan, SKM,M.Kes selaku Ketua STIKES Nani Hasanuddin yang
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen program studi DIII Farmasi STIKES Nani Hasanuddin
atas segala bentuk motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan dan
8. Bapak dan ibu staf Tata Usaha STIKES Nani Hasanuddin yang telah banyak
tugas akhir.
vi
10. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan saya, Ade, Angel, Arwita, Salsa
dan Metrix yang sudah membantu dan saling memotivasi dalam perkuliahan
11. Terimakasih kepada teman organisasi daerah saya khususnya, Reni, Fitalis
dan Febi, yang sudah menamani dan menghibur saya dalam menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan dan
kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Akhirnya harapan saya semoga Laporan
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan, amin.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
viii
D. Tinjauan Umum Lilin Aromaterapi ........................................................ 20
B. Pembahasan............................................................................................. 39
A. Kesimpulan ............................................................................................. 48
ix
B. Saran ....................................................................................................... 48
LAMPIRAN ........................................................................................................ 52
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
4. Etiket .......................................................................................... 81
xiii
DAFTAR SINGKATAN
No Singkatan Keterangan
3. cm Sentimeter
4. g Gram
5. mm Mili Meter
6. ml Mili liter
7. SM Sebelum Masehi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kecemasan, dan kegelisahan. Namun masih ada orang yang berpikir bahwa
stres dan depresi bukan merupakan suatu penyakit. Saat ini, stres dan depresi
antidepresi sintesis namun, obat sintesis memiliki banyak efek samping yang
dapat mempengaruhi kerja sistem saraf pusat dan pemakaiannya harus dengan
beberapa bentuk sediaan seperti essensial oil, lilin, difuser, sabun dan gram
aroma.
2
terapi memiliki kandungan essential oil yang memiliki banyak manfaat untuk
bisa dibuat dari bahan alam dalam bentuk lilin aromaterapi. Lilin aromaterapi
merupakan aplikasi lain dari lilin yang sudah ada. Cara pembutannya
kesistem limbic dimana aroma akan diproses sehingga kita akan mencium
baunya. Pada saat kita menghirup suatu aroma komponen kimianya akan
kemudian limbic sistem pada otak. Sistem limbic adalah bagian dari otak yang
berkaitan dengan suasana hati, emosi, takut, depresi, dan berbagai emosi
lainnya. Semua bau yang mencapai sistem limbic memiliki pengaruh langsung
(Nadirawati, 2018).
yang mengalami stres atau depresi. Saat ini lilin aromaterapi menjadi salah
satu pilihan karena aroma pada saat lilin di bakar akan memberi rasa tenag,
rileks, dan nyaman kepada orang yang menghirup aroma lilin dan bukan hanya
3
satu orang saja yang dapat merasakan aroma yang dihasilkan oleh lilin
aromaterapi tetapi bisa dirasakan oleh semua orang yang berada dalam
ruanagan sehinga semua orang merasa tenang dan segar.Lilin aroma terapi
Salah satu contoh obat tradisional dari bahan alami, yang dapat
yaitu felladrean dan turmerol atau disebut juga dengan minyak menguap,
bahwa pada pada konsentrasi 7%, 14%, dan 28% ekstrak rimpang temulawak
efektif sebagai antidepresi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Marliani
kurkuminoid yang paling tinggi sebagai anti depresan. Dan juga penelitian
12% dan minyak atsiri 6-10% yaitu felladrean dan trumerol yang dapat
menurunkan depresi.
Pada penelitian ini dibuat produk sediaan lilin aromaterapi dari minyak
atsiri temulawak (Curcuma xanthorriza) sebagai zat aktif. Karena belum ada
bertujuan agar lilin aromaterapi ini dapat digunakan baik untuk, menenagkan
xanthorriza).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
dan konsentrasi minyak atsiri temulawak yang baik sebagai sediaan lilin
aromatarapi.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Institusi
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Tengah selatan Amanuban), temo ireng (Madura), kune bara (Ende) (Tefu,
2022).
tanaman ini masih dapat tumbuh di tempat yang terik matahari, seperti di
tanah tegalan. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah iklim tropis. Suhu udara yang baik untuk
dengan baik di segala jenis tanah, baik tanah berkapur, berpasir, agak
memilih sifat dan ciri tanah. Pada umumnya temulawak tumbuh pada
ketinggian tempat 5-1500 meter dpl, namun untuk mendapatkan hasil yang
8
yang tumbuh pada dataran tinggi (800 meter dpl) mempunyai kandungan
merata dan musim kemaraunya tidak jelas temulawak dapat di panen pada
tumerol, dan juga minyak atsiti yang terdiri atas kamfer, turmerol
2022).
manfaat temulawak yaitu untuk mengobati sakit limpa, sakit kepala, sakit
senyawa yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid dalam darah) dan
atsiri yang tercatat paling awal yaitu yang dilakukan oleh Ibn al-Baitar
karya modern biasanya membahas senyawa kimia tertentu yang terdiri dari
(Novidiantoko, 2021).
rasa pahit atau getir dan beraroma wangi tergantung pada jenis tanaman
11
organik (organic solvent) dan tidak larut di dalam air (aqueous solvent).
yang berbau enak yang banyak terdapat dalam tanaman dan baunya sama
atau berwarna pucat, jika dibiarkan akan berwarna lebih gelap. Baunya
organik dan susah larut dalam air (M. Anwar, 2018). Minyak atsiri
memiliki titik uap yang rendah sehingga mudah menguap dan senyawa
sistem limbik atau pengatur emosi. Minyak atsiri yang tercium oleh
perfume). Efek wewangian yang berasal dari minyak atsiri juga digunakan
untuk beberapa produk seperti sabun, pasta gigi, sampo, lotion, deodoran,
tertentu yang dapat menghasilkan minyak atsiri yang cukup banyak dan
(Novidiantoko, 2021).
Contoh bunga ini biasanya minyak atsiri yang dihasilan diperoleh dari
yang bisa menjadi sumber minyak atsiri yaitu daun, bunga, buah, biji,
minyak atsiri yaitu metode ekstrasi minyak atsiri dan metode steam
a. Ekstraksi
14
yang sesuai.
adanya panas dan air, minyak atsiri yang mengandung fraksi ester
akan terhidrolisa karena adanya air dan panas, komponen minyak yang
larut dalam air tidak dapt terdestilasi, dan komponen minyak yang
bertitik didih tinggi akan menentukan bau wangi dan mempunyai daya
ikat terhadap bau, sebagian teidak ikut terdestilasi dan tetap tertinggal
dalam bahan.
1) Destilasi air
mengandung fraksi sabun, bahan yang larut dalam air dan bahan
2) Destilasi uap
minyak yang dihasilkan cukup baik, tekanan dan suhu dapat diatur,
belum murni. Cara ini baik untuk simplisia yang tidak tahan pada
titik didih lebih rendah dari air yang bisa terdestilasi sehingga
1. Sejarah Aromaterapi
kegelapan.
d. Zaman oriental
e. Abad pertengahan
f. Abad ke 20
2. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi
yang diambil dari sari tumbuh-tumbuhan (ekstrasi dari bunga, daun, akar,
memberi efek tertentu bagi perasaan, pikiran dan organ tubuh tertentu
(Ermavianti, 2019).
penggunaan volatile oil yaitu ekstrak dari tanaman sebagai salah satu
19
2021).
3. Manfaat Aromaterapi
dari minyak esensial yang berasal dari tanaman berupa buah, ekstrasi dari
bunga dan daun yang yang dapat di buat menjadi sebuah sediaan. Contoh
dari bentuk sediaan aromaterapi yaitu seperi krim, gel aromaterapi, sabun
a. Krim
pemakaian luar. Formula krim terdiri dari zat aktif (minyak atsiri) yang
2012).
b. Balsem
merupakan emulsi tipe cair dalam minyak (A/M) atau minyak dalam
yaitu sebagian besar berasal dari senyawa volatil (minyak atsiri) atau
c. Dupa aromaterapi
aromaterapi jenis dupa lebih baik digunakan untuk ruangan yang besar
d. Lilin aromatik
(Cahyani, 2021).
Sejak 1500 tahun yang lalu, sebelum gas dan listrik menjadi
aksesoris lilin yang dipakai. Sebelum tahun 1854, lilin terbuat dari bahan
baku lemak hewan, malam tawon, dan terkadang diberi campuran asam
stearin. Lilin dari lemak hewan menimbulkan asap hitam dan bau tidak
sedap, sedangkan lilin dari malam tawon harganya mahal dan sulit
lilin yang lebih murah. mudah didapat, waktu bakar lebih lama, dan lebih
mudah diolah, yaitu stearin. Pada umumnya lilin hanya berfungsi sebagai
pengganti lampu dan secara fisik tidak menarik. Telah dilakukan penelitian
penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri
dalam wadah berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma
Lilin aromaterapi adalah aplikasi lain dari lilin yang sudah ada.
Cara kerja lilin aromaterapi yaitu ketika lilin dihirup maka aroma
emosi, memori, dan semua aroma yang sampai di sistem limbik akan
23
2021).
E. Uraian Bahan
Bobot molekul :-
Rumus struktur :
24
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95
BAB III
tradisional, memelihara kesehatan dan juga sebagai bahan obat untuk berbagai
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak
essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara
terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari
tanaman asalnya. Minyak atsiri digunakan secara luas pada parfum, kosmetik,
perasa dan pengawet makanan dan minuman, dan juga pada produk pembersih
dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri dalam wadah berisi air panas.
Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma yang memberikan efek terapi bila
(Curcuma zanthorriza).
25
26
26
B. Kerangka Pikir
C. Definisi Operasional
pisah untuk memisahkan minyak dan air, kemudian minyak atsiri yang di
pengujian meliputi: uji organoleptik, bobot jenis, uji titik leleh, uji waktu
BAB IV
METODE PENELITIAN
(Curcuma xanthorriza) dan medote yang digunakan yaitu destilasi uap untuk
1. Lokasi
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
diambil sebanyak 1000 gram kemudian dibuat dalam bentuk simplisia dan
29
pengaduk, cawan porseelin, cawan cruss, gegep kayu, gelas beaker, hot
2. Bahan
E. Formula Penelitian
Bahan Kegunaan F1 F2 F3 F4 F5
Minyak
Atsiri Zat aktif 12% 16% 20% 12% 16%
Temulawak
Bahan
Parafin Padat bakar/basis 10% 10% 10% 10% 10%
lilin
Fragrance
Pengaroma 2% 2% 2% 0% 2%
Lemon
Perawarna
Pewarna 2% 2% 2% 2% 0%
Kuning
Asam Koagulasi titik Ad 50 Ad Ad 50 Ad 50 Ad
Stearat leleh/basis ml 50 ml ml ml 50 ml
F. Alasan Penambahan Bahan
1. Minyak Atsiri Temulawak
30
2. Parafin Padat
3. Frangrace Jeruk
4. Pewarna
5. Asam Stearat
G. Prosedur Kerja
hari (06:00 – 08:00) karena saat itu belum terjadi proses fotosintesis.
2. Pembuatan Simplisia
dicuci langsung dengan air mengalir, lalu sortasi basah setelah itu di
31
gram masukkan ke dalam labu alas bulat, tambahkan aquadest 300 ml,
hasil destilasi ditampung, dipisahkan antara minyak dan air, diukur hasil
minyak atsiri yang diperoleh dan dimasukkan minyak atsiri kedalam botol
coklat.
formula, kemudian asam stearat dipanaskan dalam gelas beaker pada suhu
55oC parafin padat dipanaskan dalam cawan porselin pada suhu 50 oC.
Campukan asam stearat dan parafin yang sudah dipanaskan ke dalam gelas
H. Analisa Produk
1. Uji Organoleptik
lilin aroma terapi dari bentuk, warna, dan aroma dari sediaan yang telah
fisik lilin adalah warna yang sama dan merata, tidak retak, tidak cacat dan
al., 2020).
mempunyai efek terapi atau tidak. Dengan cara membakar sediaan lilin
6. Uji Kesukaan
Data yang diambil setelah melakukan pengujian mutu fisik. Data yang
termasuk pada penelitian ini adalah data yang di peroleh dari hasil Uji evaluasi
yang meliputi; uji organoleptik, uji bobot jenis, uji titik leleh, uji waktu bakar,
J. Analisis Data
Hasanuddin Makassar dan data yang di peroleh dari responden yaitu dari uji
K. Etika Penelitian
tulus dan upayakan untuk selalu menjaga konsistensi pikiran dan perilaku.
ketidakpedulian.
L. Hipotesis Penelitian
stabilitas fisik meliputi; uji organoleptik, uji bobot jenis, uji titik leleh, uji
A. Hasil Penelitian
dan turmerol atau disebut juga dengan minyak menguap, minyak atsiri,
sebagai berikut:
1. Uji Organoleptik
Organo Sampel
No
leptik F1 F2 F3 F4 F5
1. Bentuk Padat Padat Padat Padat
Padat
Kuning
2. Warna Kunig Kuning Kuning Kuning
pucat
Khas Khas Khas
Khas Khas
3. Aroma temulawak temulawak temulawak
temulawak temulawak
menyengat menyengat
36
Keterangan:
F1: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%)
F2: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (16%)
F3: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (20%)
F4: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%) tanpa pengaroma
F5: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (16%) tanpa pewarna
F1 F2 F3 F4 F5 Standar
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil uji titik leleh sediaan lilin
leleh yang berdeda, dimana F1 titik lelehnya 60 oC, F2 titik lelehnya 58 oC,
hasil uji titik leleh dari kelima sediaan dalam penelitian ini sesuai dengan
semakin tinggi titik leleh maka semakin lama waktu bakar lilin hasil yang
diperoleh waktu bakar sediaan lilin pada F1 610 menit, F2 515 menit, F3
standar.
Keterangan :
F1: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%)
F2: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (16%)
F3: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (20%)
F4: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%) tanpa pengaroma
F5: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (16%) tanpa pewarna
memiliki efek terapi yang baik terdapat pada formula 1 dengan konsentrasi
5. Uji Kesukaan
Uji Kesukaan
9
8 88
Pa 7
6
nel Warna
5 5
is 4 Aroma sebelum dibakar
3 3
2 2 22 2 2 aroma sesudah dibakar
1 1
Bentuk
F1 F2 F3 F4 F5
Axis Title
Keterangan :
F1: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%)
F2: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (18%)
F3: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (20%)
F4: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (12%) tanpa pengaroma
F5: Konsentrasi minyak atsiri temulawak (16%) tanpa pewarna
aroma sebelum dibakar, aroma saat dibakar, dan bentuk dari sediaan lilin
39
temulawak 12%.
B. Pembahasan
dan menghilangkan rasa stres. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
hanya dijadikan sebagai bumbu pada masakan dan sebagai air rebusan
aktif pembuatan lilin aromaterapi. Adapun langkah awal yang harus dilakukan
Kabupaten Gowa. Proses pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari (06:00
– 08:00) karena saat itu belum terjadi proses fotosintesis karena jika di ambil
pencucian dibawah air yang menaglir agar bersih sacara maksimal. Kemudian
sampel 1:3. Setelah itu dilakukan destilasi selama 3 jam dihitung saat tetesan
corong corong pisah untuk memisahkan air dan minyak. Minyak atsiri yang
minyak atsiri dilakukan 3 kali penyulingan dimna hasil yang didapatkan yaitu
konsentrasi minyak atsiri temulwak yang baik untuk sediaan lilin aromaterapi.
bahan sesuai dengan formula, kemudian asam stearat dipanaskan dalam gelas
beaker pada suhu 55 oC parafin padat dipanaskan dalam cawan porselin pada
suhu 50 oC. Campukan asam stearat dan parafin yang sudah dipanaskan ke
dalam gelas beaker, dipanaskan kembali sampai suhu 65-70 oC, kemudian di
yang sudah dilumasi minyak parafin dan sudah diletakkan sumbuh dibagian
temulawak (Curcuma xanthorriza) yaitu uji organoleptik, uji bobot jenis, uji
titik leleh, uji waktu bakar, uji efek terapi dan uji kesukaan.
karena tidak ada penambahan pewarna pada sediaan, untuk bentuk sediaan
42
kelima formula memiliki bentuk yang sama yaitu berbentuk padat, untuk
lemon akan berkurang dan digantikan dengan aroma minyak atsiri. hal ini
oroma dari sediaan lilin. Keadaan fisik lilin dari kelima formula telah
memenuhi standar SNI yaitu memiliki warna yang merata, berbentuk padat
dan tidak cacat. Hal ini sejalan dengan penelitian (Oktarina et al., 2021)
menyatakan bahwa menurut SNI keadaan fisik lilin yang baik merupakan lilin
yang mempunyai warna yang merata, tidak retak, tidak cacat dan tidak patah.
jenis. Proses pengujian menghasilkan bobot jenis minyak atsiri minyak atsiri
60oC, formula 2 58oC, formula 3 55oC, formula 4 60oC, dan formula 58oC.
43
Menurut Fatina (2021) syarat evaluasi sifat fisik lilin menurut SNI adalah
42oC - 60oC, oleh karena itu maka hasil uji titik leleh pada kelima formula
telah memenuhi syarat SNI. Hasil uji titik leleh tertinggi yaitu pada F1 dan F4
dimana titik lelehnya dan sebesar 60 oC. hal ini di sebabkan oleh semakin
tinggi konsentrasi minyak atsiri temulawak yang di pakai dalam sediaan lilin
aromaterapi maka semakin menurun titik leleh pada sediaan lilin. Hal ini
semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri pada sediaan lilin aroma terapi maka
akan menaikan viskositas pada lilin aroma terapi sehingga pada saat sediaan
lilin yang jumlah minyak atsirinya sedikit dibakar maka akan meleleh terlebih
selisih antara waktu awal sediaan dibakar sampai waktu saat sumbuh lilin
habis terbakar, setelah dilakukan pengujian hasil yang diperoleh waktu bakar
sediaan lilin pada F1 610 menit, F2 515 menit, F3 345 menit, F4 515 menit
dan F5 610 menit. F1 dan F2 memiliki waktu bakar yang paling lama hal ini
berhubungan dengan uji titik leleh dimana semakin tinggi titik leleh maka
semakin lama waktu bakar lilin. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Pancarani (2020) menyatakan bahwa uji waktu bakar
berhubungaan dengan uji titik leleh dimana semakin tinggi titik leleh sediaan
lilin aromaterapi maka semakin lama waktu bakar dari lilin tersebut.
Uji efek terapi dimana lilin aromaterapi yang dihirup beberapa saat
akan memberikan efek terapi dan semakin lama aroma terapi di hirup maka
pada formula 1 terdapat 4 panelis tidak ada efek yang dirasakan, 6 panelis
merasa nyaman, dan 2 panelis merasa agak segar. hal ini disebabkan oleh Pada
formula 2 terdapat 4 panelis tidak merasa efek terapi, 2 panelis merasa rilex, 3
panelis merasa segar, 3 panelis merasa tenang, 5 panelis merasa nyaman, dan
merasakan efek terapi, dan 12 panelis merasa sesak. Pada formula 4 terdapat 4
panelis tidak merasakan efek terapi, 9 panelis merasa sesak dan 7 panelis
merasa agak segar. dan pada formula 5 terdapat 4 panelis tidak merasakan
efek terapi, 5 panelis merasa rilex, 3 panelis merasa segar, 2 panelis merasa
tenag, 3 panelis merasa nyaman, dan 3 panelis merasa agak segar. berdasarkan
hasil dari pengujian dapat disimpulkan bahwa lilin aromaterapi minyak atsiri
sebelum dibakar, aroma saat dibakar, dan bentuk dari sediaan. Berdasarkan
warna untuk Formula 1 dengan konsentrasi 12% disukai oleh 8 panelis, untuk
12% disukai oleh 2 panelis, dan formula 5 dengan konsentrasi 16% disukai
20% disukai oleh 2 panelis, untuk formula 4 dengan konsentrasi 12% tidak
disukai panelis karena aroma minyak atsiri dari temulawak menyengat, dan
12% disukai oleh 3 panelis, dan formula 5 dengan konsentrasi 16% disukai
oleh 1 panelis.
Hasil yang didapatkan sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh (Al
Fatina et al., 2021) mengenai pembuatan minyak sereh dan lilin aromaterapi
atsiri yang terlalu tinggi akan mempengaruhi kualitas dari sediaan lilin yaitu
titik leleh dan waktu bakar dari sediaan lilin. Menurut (Aisyah et al., 2020)
bahwa konsentrasi minyak atsiri dapat mempengaruhi titik leleh lilin dimana
semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri digunakan maka titik leleh lilin juga
46
tentang lilin aromatik minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomun
bahwa lilin aromaterapai dengan konsentrasi minyak atsiri paling sedikit yang
banyak disukai oleh panelis hal ini disebabkan oleh pada konsentrasi minyak
atsiri terandah menghasilkan aroma yang cukup harum dan tidak terlalu
menyengat.
semakin tinggi konsentrasi zat aktif minyak atsiri temulawak maka akan
mempengaruhi aroma sediaan yaitu semakin kuat aroma yang dihasilkan, juga
minyak atsiri temulawak maka semakin kuat aroma yang dihasilkan sehingga
konsentrasi 12% baik itu dari warna, aroma saat dibakar dan bentuk sediaan
begitu juga dengan titik leleh sediaan dan waktu bakar sediaan dimana minyak
atsiri temulawak dengan konsentrasi 12% memiliki titik leleh lebih tinggi
yaitu
o
60 C dan waktu bakar 610 menit.
47
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa:
dengan metode destilasi yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam
dengan konsentrasi 12%, 16%, 20%, 12% (tanpa pengaroma), dan 16%
Untuk efek terapi namum efek terapi pada konsentarsi 12% lebih unggul
karena meliki efek terapi yang baik yaitu 6 panelis merasa rilex, 2 panelis
B. Saran
cara membuat produk farmasi dalam bentuk sediaan yang lain misalnya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. (2019). Pembuatan Lilin Aroma Terapi dari Minyak Atsiri (Kenanga,
Cengkeh, Sereh). Jurnal Teknologi Pengolahan Minyak Dan Lemak.
Aisyah, S., Effendi, Z., Hawalis, S. N., Teknologi, S., Hasil, P., & Agrobisnis, S.
(2020). OPTIMASI PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI BERBASIS
STEARIC ACID DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI CENGKEH (
SYZYGIUM AROMATICUM ). 4(1), 73–82.
Asiyah, K. P., Prasetya, R. P., Yudha, P., Kurniati, L., & Yunita, A. (2017).
Ekstrak Temulawak untuk Antidepresan. Urecol, 157–160.
Dirjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Kementrian Kesehatan RI:
Jakarta.
Dirjen POM RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi III. Kementrian Kesehatan RI:
Jakarta.
Ervina Sinaga, R., & Aldriany Prasetyo, H. (2020). Seminar Nasional Teknologi
Komputer & Sains (SAINTEKS) Analisis Kadar Minyak Atsiri Andaliman
Desa Bandar Huta Usang Kabupaten Dairi (Zanthoxylum acantophodium
D.). 1(1), 655–657.
Fitri, K., Hafiz, I., Ginting, M., Safitri, N., Farmasi, D., Farmasi, F., Kesehatan,
D., Helvetia, I. K., Farmasi, A., Farmasi, F., Kesehatan, D., Helvetia, I. K.,
Fitri, K., Kesehatan, I., Medan, H., Kapten, J., & No, S. (2020).
FORMULASI KOMBINASI MINYAK NILAM ( Patchouli oil ) DAN
MINYAK MAWAR ( Rose oil ) PADA SEDIAAN LILIN AROMATERAPI
SEBAGAI RELAKSASI. 4(2), 90–98.
51
Herawaty, N., Prabandari, S., & Susiyarti. (2021). Formulasi dan Uji Sifat Fisik
Lilin Aromaterapi Kombinasi Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L) dan Sereh (Cymbopogon citratus). Jurnal Ilmiah Farmasi,
1(1), 1–9.
Herlina Ersi. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Fmedia: Jakarta.
Lilin, F., Berbahan, A., Minyak, A., Sereh, A., Rislianti, V. A., Aryati, F., & Rijai,
L. (n.d.). Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. 312–
318.
Pancarani, L., Amananti, W., Santoso, J., Harapan, P., Tegal, B., & Info, A.
(2020). FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN GINGER SCENTED
CANDLE SEBAGAI AROMA. 7(1), 1–7.
Titis, D., Wardani, K., Saptutyningsih, E., & Fitri, A. (2020). Ekonomi Kreatif :
Pemanfaatan Limbah Jelantah Untuk Pembuatan Lilin Aromaterapi. 402–
417. https://doi.org/10.18196/ppm.32.224
Lampiran 1
54
SKEMA KERJA
55
Lampiran 2
PERHITUNGAN FORMULASI
Frangrance lemon 2 ml
Pewarna 2 gram
Frangrance lemon 2 ml
Pewarna 2 gram
Frangrance lemon 2 ml
Pewarna 2 gram
Pewarna 2 gram
Frangrance lemon 2 ml
Rumus BJ
Keterangan :
Diketahui:
BJ g/ml
57
% = 17
58
Lampiran 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Hasil
No Gambar Keterangan
B. Pengolaha Sampel
No Gambar Keterangan
No Gambar Keterangan
D. Pembuatan Sediaan
No Gambar Keteranagan
63
7. Dicampur pewarna,
pengaroma,
minyak
atsiri
1. Pengujian Organoleptik
No Gambar Keterangan
1. Diamati bentuk warna dan aroma
formula 1 (12%)
No Gambar Keterangan
1. Siapkan pignometer
7. Dikeringkan pignometer
menggunakan tisu
10 Ditutup pignometer
No Gambar Keterangan
1. Formula 1 (12%) memiliki titik
leleh 60
No Gambar Keterangan
73
1. Formula 1 (12%)
memiliki waktu bakar
selama 10 jam 10 menit
2. Formula 2 (16%)
memiliki waktu bakar
selama 8 jam 35 menit
4. Formula 4 (12%)
tanpa menggunakan pengaroma
memiliki waktu bakar selama 8
jam 35 menit
5. Formula 5 (16%)
tanpa menggunakan pewarna
memiliki waktu bakar selama 8
jam 35 menit
No Panelis Keterangan
1. Panelis 1 Efek
terapi:
F1 : Tidak ada efek
F2 : Rilex
F3 : Tidak ada efek
F4 : Sesak
F5 : Rilex
75
2. Panelis 2
Efek terapi:
F1 : Segar
F2 : Tenang
F3 : Sesak
F4 : Agak segar
F5 : Tidak ada efek
3. Panelis 3 Efek
terapi:
F1 : Rilex
F2 : Agak segar
F3 : Tidak ada efek
F4 : Sesak
F5 : Agak segar
4. Panelis 4 Efek
terapi:
F1 : Segar
F2 : Rilex
F3 : Sesak
F4 : Tidak ada efek
F5 : Segar
76
5. Panelis 5 Efek
terapi:
F1 : Tidak ada efek
F2 : Segar
F3 : Sesak
F4 : Agak segar
F5 : Tidak ada efek
6. Panelis 6 Efek
terapi:
F1 : Nyaman
F2 : Tidak ada efek
F3 : Tidak ada efek
F4 : Sesak
F5 : Tenang
7. Panelis 7 Efek
terapi:
F1 : Rilex
F2 : Tidak ada efek
F3 : Sesak
F4 : Sesak
F5 : Rilex
77
8. Panelis 8 Efek
terapi:
F1 : Tenang
F2 : Segar
F3 : Sesak
F4 : Tenang
F5 : Nyaman
9. Panelis 9 Efek
terapi:
F1 : Rilex
F2 : Tidak ada efek
F3 : Tidak ada efek
F4 : Agak segar
F5 : Segar
20. Panelis 20
Efek terapi:
F1 : Agak segar
F2 : Tenang
F3 : Sesak
F4 : Agak segar
F5 : Agak segar
6. Uji kesukaan
No Panelis Keterangan
1. Panelis 1
Kesukaan:
Warna : F2
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F4
2. Panelis 2
Kesukaan:
Warna : F3
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F5
Bentuk : F1
82
3. Panelis 3
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F3
4. Panelis 4
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F2
5. Panelis 5
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F3
83
6. Panelis 6
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F5
7. Panelis 7
Kesukaan:
Warna : F2
Aroma sebelum bakar : F5
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F2
8. Panelis 8
Kesukaan:
Warna : F5
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F2
84
9. Panelis 9
Kesukaan:
Warna : F4
Aroma sebelum bakar : F5
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F3
10. Panelis 10
Kesukaan:
Warna : F5
Aroma sebelum bakar : F4
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F5
11. Panelis 11
Kesukaan:
Warna : F2
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F4
Bentuk : F3
85
12. Panelis 12
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F3
Aroma sesuda bakar : F3
Bentuk : F2
13. Panelis 13
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F3
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F4
14. Panelis 14
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F1
86
15. Panelis 15
Kesukaan:
Warna : F2
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F1
16. Panelis 16
Kesukaan:
Warna : F4
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F1
17. Panelis 17
Kesukaan:
Warna : F2
Aroma sebelum bakar : F4
Aroma sesuda bakar : F3
Bentuk : F2
18. Panelis 18
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F3
87
19. Panelis 19
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F2
Aroma sesuda bakar : F2
Bentuk : F4
20. Panelis 20
Kesukaan:
Warna : F1
Aroma sebelum bakar : F1
Aroma sesuda bakar : F1
Bentuk : F2
Lampiran 4
88
ETIKET
Lampiran 5
89
Lampiran
6
111
Lampiran
SURAT REKOMENDASI ETIK
112
Lampiran
7
Lampiran
114
Lampiran
8
Lampiran
116
Lampiran
9
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : ANJELY BENDELINA DJASING
2. NIM : NH0519011
3. Agama : Kristen
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Tempat dan Tanggal lahir : Kalabahi, 30 Mei 2001
6. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan IV
7. Asal : Alor NTT
8. No HP : 081329115029
9. Email : anjelydjasing@gmail.com
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Gemit 004 Lawahing (Tahun 2007-2013)
2. SMP Negeri 3 Kalabahi (Tahun 2013-2016)
3. SMA Negeri 2 Kupang Timur (Tahun 2016-2019)
4. Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Nani Hasanuddin Makassar Tahun 2019-Sekarang.