Anda di halaman 1dari 14

PELARUT DAN

LARUTAN
MUHAMMAD
2222220191154570
TEKNIK SIPIL REG B
1a. Perbedaan Zat Murni dan
Campuran
• Zat murni adalah zat yang terdiri dari satu jenis atom atau
molekul. Contohnya, air murni yang hanya terdiri dari molekul
H2O. Sedangkan campuran adalah gabungan dari dua atau lebih
zat murni yang tidak berikatan kimia. Contohnya, udara yang
terdiri dari campuran nitrogen, oksigen, dan gas-gas lainnya.
• Perbedaan utama antara zat murni dan campuran adalah pada
sifat-sifatnya. Zat murni memiliki titik lebur dan titik didih yang
tetap, sedangkan campuran memiliki rentang suhu lebur dan
didih yang bervariasi tergantung dari komposisinya. Selain itu,
zat murni juga memiliki sifat-sifat kimia yang khas, seperti
reaktivitas dan kestabilan, yang tidak dimiliki oleh campuran.
1b. Jenis-jenis Campuran:
• Campuran Homogen: Campuran di mana komponen-
komponennya terdistribusi secara seragam dan tidak dapat
dibedakan secara visual. Contohnya adalah air garam (NaCl)
atau larutan gula dalam air.
• Campuran Heterogen: Campuran di mana komponen-
komponennya terdistribusi secara tidak seragam dan dapat
dibedakan secara visual. Contohnya adalah campuran air dan
minyak, suspensi pasir dalam air.
1c. Penjelasan masing-masing jenis
Campuran:
• Campuran Homogen: Partikel-partikel komponen dalam
campuran homogen sangat kecil sehingga tidak terlihat secara
kasat mata. Partikel-partikel tersebut terlarut dalam pelarut
hingga membentuk larutan seragam. Contoh perhitungan: Jika
kita mencampurkan 10 gram gula (sukrosa) ke dalam 100 ml air,
maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tersebut dengan
membagi massa gula dengan volume air.
• Campuran Heterogen: Partikel-partikel komponen dalam
campuran heterogen cukup besar sehingga terlihat secara kasat
mata dan terdapat lapisan atau fase yang terpisah antara
komponen-komponennya. Contoh perhitungan tidak diperlukan
karena campuran heterogen tidak membentuk larutan seragam.
2a. Agar koloid dapat dikondisikan menjadi stabil,
beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:

1.Penggunaan zat pengemulsi: Zat pengemulsi dapat menstabilkan


koloid dengan membentuk lapisan di sekitar partikel-partikel koloid,
mencegahnya saling berdekatan dan saling menggumpal. Contoh zat
pengemulsi adalah sabun, deterjen, atau surfaktan.
2.Penggunaan zat pengental: Zat pengental dapat menambah viskositas
medium dispersi dan mencegah partikel-partikel koloid saling
bergerak dan menggumpal. Contoh zat pengental adalah gelatin,
pektin, atau agar-agar.
3.Penggunaan elektrolit: Penambahan elektrolit dapat menstabilkan
koloid dengan menghasilkan muatan pada partikel koloid. Muatan ini
akan mencegah partikel-partikel koloid saling mendekat karena
adanya gaya tolak elektrostatik. Contoh elektrolit yang digunakan
adalah garam dapur (NaCl) atau aluminium sulfat (Al2(SO4)3).
2b. Bagaimana pula untuk memecahkan koloid? Berikan
contohnya.

1.Koagulasi: Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid


menjadi partikel-partikel yang lebih besar sehingga dapat terpisah dari
medium dispersi. Koagulasi dapat dilakukan dengan menambahkan zat
koagulan, seperti elektrolit yang memiliki muatan yang berlawanan
dengan muatan partikel koloid. Contoh penggunaan koagulasi adalah
dalam pengolahan air limbah, di mana zat koagulan seperti aluminium
sulfat digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid sehingga
air menjadi jernih.
2.Presipitasi: Presipitasi adalah proses pembentukan endapan padat dari
larutan koloid. Endapan tersebut terbentuk ketika partikel-partikel koloid
saling bertumbukan dan membentuk partikel-partikel yang lebih besar
hingga akhirnya terpisah dari medium dispersi. Contoh presipitasi adalah
dalam reaksi kimia di mana endapan terbentuk sebagai produk yang
tidak larut.
2c. Jenis campuran terdiri dari tiga kategori utama:
larutan, koloid, dan suspensi..

1.Larutan: Larutan adalah campuran homogen di mana partikel-partikel


zat terlarut (solven) terdispersi secara molekuler dalam zat pelarut
(solvent). Partikel-partikel zat terlarut memiliki ukuran sangat kecil
sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang. Contoh larutan adalah
air gula, air garam, atau minuman bersoda.
2.Koloid: Koloid adalah campuran heterogen di mana partikel-partikel
terdispersi memiliki ukuran antara 1 nanometer hingga 1 mikrometer.
Partikel-partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop biasa.
Contoh koloid adalah susu, cat, atau busa.
3.Suspensi: Suspensi adalah campuran heterogen di mana partikel-
partikel terdispersi memiliki ukuran lebih besar dari pada koloid dan
cenderung mengendap jika dibiarkan tidak bergerak. Partikel-partikel
suspensi dapat
3a. Terdapat beberapa cara untuk menyatakan satuan
konsentrasi pada suatu larutan. Berikut adalah beberapa
di antaranya:
1.Persen Massa (%m/m): Persen massa menggambarkan massa zat terlarut yang terdapat
dalam massa total larutan, dinyatakan dalam persen. Perhitungannya adalah:
Persen massa (%m/m) = (Massa zat terlarut / Massa total larutan) x 100%
Contoh: Jika terdapat 20 gram gula dalam 100 gram larutan gula, maka persen massa gula
adalah: Persen massa gula = (20 g / 100 g) x 100% = 20%
2. Persen Volume (%v/v): Persen volume menggambarkan volume zat terlarut yang terdapat
dalam volume total larutan, dinyatakan dalam persen. Perhitungannya adalah:
Persen volume (%v/v) = (Volume zat terlarut / Volume total larutan) x 100%
Contoh: Jika terdapat 30 mL alkohol dalam 150 mL larutan alkohol, maka persen volume
alkohol adalah: Persen volume alkohol = (30 mL / 150 mL) x 100% = 20%
3. Molalitas (m): Molalitas menggambarkan jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
Perhitungannya adalah:
Molalitas (m) = (Jumlah mol zat terlarut / Massa pelarut dalam kg)
Contoh: Jika terdapat 0,5 mol garam (NaCl) dalam 2 kg air, maka molalitas garam adalah:
Molalitas garam = 0,5 mol / 2 kg = 0,25 m
3b. Kelarutan zat-zat dalam berbagai pelarut adalah
berbeda-beda. Jelaskan beberapa penyebab terjadinya
perbedaan tersebut!
1.Sifat polaritas: Kelarutan suatu zat dalam pelarut dipengaruhi oleh polaritas zat
tersebut. Zat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan zat nonpolar
cenderung larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya, senyawa ionik yang polar
seperti garam larut dalam air yang juga polar.
2.Interaksi antar partikel: Interaksi antara partikel zat terlarut dengan partikel pelarut
dapat mempengaruhi kelarutan. Jika interaksi antar partikel terlarut dan pelarut
lebih kuat daripada interaksi partikel terlarut dengan partikel terlarut lainnya, maka
kelarutan akan meningkat. Contohnya, senyawa polar seperti etanol larut dalam air
karena terdapat interaksi antara molekul air dan molekul etanol.
3.Suhu: Suhu juga mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarut. Pada umumnya,
kelarutan zat padat dalam pelarut cair meningkat seiring dengan peningkatan suhu,
sedangkan kelarutan gas dalam pelarut cair cenderung menurun seiring dengan
peningkatan suhu. Contohnya, gas karbon dioksida (CO2) lebih mudah larut dalam
air pada suhu yang rendah.
4.Tekanan: Tekanan juga dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam pel
3b. Kelarutan zat-zat dalam berbagai pelarut adalah
berbeda-beda. Jelaskan beberapa penyebab terjadinya
perbedaan tersebut!

1.Sifat-sifat kimia zat: Zat dengan polaritas tinggi cenderung lebih mudah larut dalam
pelarut polar, sedangkan zat nonpolar lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar.
2.Sifat-sifat fisika pelarut: Pelarut dengan polaritas tinggi cenderung lebih mampu
melarutkan zat polar, sedangkan pelarut nonpolar lebih mampu melarutkan zat
nonpolar. Selain itu, kelarutan juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
3.Interaksi antara zat dan pelarut: Interaksi yang terjadi antara zat dan pelarut akan
mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarut. Jika interaksi antara zat dan pelarut kuat,
maka kelarutan zat dalam pelarut juga akan tinggi.
4.Konsentrasi larutan: Jika konsentrasi suatu larutan sudah sangat tinggi, maka zat-zat
terlarut di dalamnya cenderung saling menolak dan kelarutan zat baru sulit terjadi.
5.Ukuran partikel zat: Ukuran partikel zat terlarut juga mempengaruhi kelarutan.
Semakin kecil ukuran partikel zat, maka semakin mudah zat tersebut larut dalam
pelarut.
4a. Apa yang dimaksud dengan Kalor Pelarutan?
Jelaskan.

Kalor pelarutan adalah jumlah energi kalor yang diserap atau


dilepaskan saat suatu zat terlarut larut dalam pelarut. Proses
pelarutan dapat melibatkan perubahan energi yang dapat berupa
penyerapan kalor (endotermik) atau pelepasan kalor
(eksothermik). Kalor pelarutan bergantung pada sifat-sifat kimia
zat terlarut dan pelarut serta kondisi pelarutan.
4b. Jelaskan bagaimana perubahan Kalor Pelarutan
terjadi pada beberapa jenis Larutan!

• Perubahan kalor pelarutan dapat terjadi pada beberapa jenis larutan


sebagai berikut:
1.Larutan endotermik: Pada larutan endotermik, pelarutan zat terlarut
memerlukan penyerapan kalor dari sekitarnya. Contohnya, larutan
garam ammonium (NH4Cl) dalam air. Ketika NH4Cl terlarut,
ikatan antar partikel-partikel NH4+ dan Cl- diputuskan, dan kalor
diserap dari lingkungan untuk memecah ikatan tersebut.
2.Larutan eksothermik: Pada larutan eksothermik, pelarutan zat
terlarut melepaskan kalor ke sekitarnya. Contohnya, larutan natrium
hidroksida (NaOH) dalam air. Ketika NaOH terlarut, terjadi reaksi
antara NaOH dan air yang melepaskan kalor dalam proses hidrasi.
4c. Jelaskan pula bagaimana perubahan kesetimbangan
dinamik dipengaruhi oleh Kelarutan dan Suhu!

• Perubahan kesetimbangan dinamik dalam pelarutan dipengaruhi oleh kelarutan


dan suhu sebagai berikut:
1.Kelarutan: Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk melarut
dalam pelarut pada suhu tertentu. Jika kelarutan zat meningkat, perubahan
kesetimbangan dinamik akan terdorong ke arah pelarutan. Sebaliknya, jika
kelarutan zat menurun, perubahan kesetimbangan dinamik akan terdorong ke arah
pengendapan atau pembentukan endapan.
2.Suhu: Suhu mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarut. Pada umumnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan kelarutan zat padat dalam pelarut, sedangkan pada
beberapa kasus, kenaikan suhu dapat menurunkan kelarutan zat gas dalam
pelarut. Ketika suhu naik, energi kinetik partikel-partikel zat meningkat, sehingga
interaksi antara partikel-partikel zat terlarut dan pelarut lebih mudah dilawan, dan
kelarutan meningkat. Namun, setiap zat memiliki kurva kelarutan yang unik
terhadap suhu, di mana ada zat yang kelarutannya meningkat seiring peningkatan
suhu dan ada pula yang kelarutannya menurun seiring peningkatan suhu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai